Part 14

436 28 0
                                    

Minggu sore di rumah, pasangan pengantin baru itu duduk berdua di sofa yang ada di balkon di lantai dua. Richard sengaja merancang rumah dengan balkon yang cukup lebar di lantai dua agar bisa bersantai berdua di sore hari.

"Sayang, kangen mie ayam keliling deket kos dulu gak?" tanya Richard.

"Iya nih, Yang. Beli, yuk! Biasanya si dia lewat pas jam empat sore gitu. Sekarang jam tiga lebih, keburu gak ya?"

"Kamu coba telepon Karen apa Pak Bayu, suruh stop kalau mie ayamnya lewat," saran Richard.

"Oiya ya, aku kok nda kepikiran."

Segera Olie menelepon Karen dan menanyakan apabila penjual mie ayam sudah lewat, Karen bilang belum datang. Karen sudah mengirim pesan ke bapak penjualnya dan dia bilang akan datang tidak lama lagi. Maka Olie meminta Karen untuk menahan si bapak agar tidak pergi sebelum mereka berdua datang.

"Sayang ... cepetan, kasihan bapaknya nanti nungguin lama. Karen bilang sebentar lagi bapaknya dateng," seru Olie memanggil Richard yang masih berada di kamar.

"Ayo, berangkat."

Dua puluh menit perjalanan mereka tempuh dari perumahaan tempat mereka tinggal sampai di kos Olie yang dulu. Richard segera memarkirkan motornya dan menghampiri bapak penjual mie ayam.

"Pak, gimana kabarnya? Sehat-sehat, kan?" tanyanya.

"Ya, gini-gini aja, Mas. Oiya saya belum ucapin selamat atas pernikahannya. Semoga bahagia berdua sampai kakek nenek dan segera punya anak ya."

"Iya, makasih Pak doanya. Pesen mie ayam dong Pak, masih inget kan kesukaan saya?"

"Masih, Mas. Mbaknya sekalian apa enggak?"

"O ... iya, dua kaya biasanya ya, Pak."

"Siap, ditunggu ya, Mas."

Di dalam kos, Richard tak melihat Olie, dia pun bertanya pada pak Bayu.

"Pak, istri saya ...." Kata-kata Richard terpotong karena pak Bayu menyela.

"Yaelah, sekarang manggilnya istri, yang penganten baru masih mesra-mesranya," goda pak Bayu.

"Bapak, bisa saja. Mana istri saya, Pak? Gak diumpetin, kan? Awas kalau berani."

"Dikira saya itu Alfon apa, ngumpetin punya orang? Itu lagi ke kamarnya mbak Karen. Mbak Karen lagi kurang fit kayanya, sedari pagi di kamar terus. Makan aja minta tolong saya yang beliin," ujar pak Bayu.

"Oh gitu, saya naik ya Pak."

"Itu mie ayamnya, gimana nanti?"

"Suruh taruh meja dulu dong, Bapak."

"Oiya, iya."

Richard menyusul Olie ke kamar Karen, dia tidak lagi tinggal di lantai dua, tetapi pindah ke kamar nomor sepuluh, bersebelahan dengan kamar Lusi. Sesampainya di depan pintu kamar Karen, Richard mengetuknya tiga kali dan pintu dibuka oleh Olie.

"Mie ayamnya udah jadi, makan dulu yuk. Ren, lu mau sekalian kagak? Gue belum pesenin, sih."

Olie menyuruh Richard diam karena Karen sudah tertidur. Olie bilang bahwa Karen sedang tidak enak badan dan baru saja Olie selesai mengeriknya.

"Gak apa-apa dia, Yang?" tanya Richard.

"Masuk angin aja kok, biasa suka gitu kalau kedinginan. Susah kalau dibilangin AC jangan dingin-dingin, padahal dianya gak kuat dingin," terang Olie.

"Oh, gak heran si," gumam Richard.

"Apa, Yang?" Olie memastikan dirinya tidak salah mendengar. Richard menjadi salah tingkah karena pertanyaan Olie.

Mas GantengWhere stories live. Discover now