"Maaf.. maaf.. aku cuma bercanda doang. Habisnya Ad sangat mudah untuk digoda."

Ini dia yg aku nggak suka darinya. Dia selalu bercanda berlebihan. Walau perilakunya yg seperti itu, sebenarnya dia masuk sebagai gadis populer no 3 di Sekolah ini. Sungguh menyusahkan ya.

"Huh...." aku mengeluh begitu keras sampai terdengar mereka berdua.

"Jadi mau kamu isi apa kertas kosong itu ?"

"Entahlah, aku masih bingung."

Sebenarnya aku tidak memiliki begitu banyak teman, karena aku tidak menutup-nutupi hobiku, aku sering dipanggil wibu dan semacamnya. Tapi aku tidak pernah memikirkannya. Andre dan Rika bahkan tidak peduli dengan hal itu dan tetap mencoba akrab denganku.

"Hey Ad, kalau kau merasa tidak bisa berpikir jernih, biar kuberitahu kau solusinya..." Andre memecah keheningan. Padahal sedikit lagi aku merasa kalau aku akan menemukan sesuatu.

"Apa Itu???"

"Itu adalah daripada memikirkan apa itu masa muda lebih baik merasakan bagaimana itu masa muda..."

Huh!? apa yang kau bicarakan!?

"Seperti yang kukatakan, lebih baik ikut aku berlari sambil menikmati matahari senja, bukankah itu yang namanya masa muda.." Katanya sambil menampakkan mata yang berbinar-binar.

Dasar otak otot, yang dia pikirkan cuma olahraga, olahraga, dan olahraga. Dia adalah pribadi yang sangat bersemangat dan suka akan tantangan, dia adalah kebalikan dariku. Aku bahkan heran kenapa kami bisa akrab.

"Hahaha... itu cocok buat si wibu pemalas nolep kayak Ad.." Rika menambahkan komentar yang begitu pedas.

Aku tarik kembali kata-kataku. Mereka tidak mencoba akrab denganku, tapi mereka mencoba menghancurkan keseharian santaiku.

Tak terasa bel pulang telah berbunyi. Tanpa menunda-nunda lagi, aku langsung pulang kerumahku. Untuk menonton kelanjutan dari Anime yg kutonton semalam.

Jangan salah paham dulu ya. Bukannya aku menunda tugas yg diberikan Pak Gun tadi, tapi ya... aku ingin nonton satu episode dulu baru mengerjakan.

Begitulah pikirku. Namun satu episode bagai angin berlalu, aku kembali memutuskan untuk nonton satu episode lagi. Begitulah kejadian terus berulang kali terjadi sampai aku sadar kalau jam telah menunjukkan pukul 10 malam.

Aku segera mematikan laptopku dan mengambil sebuah kertas kosong lalu mulai berpikir. Apa yg akan kutulis.

Kisah tentang hidupku ? Bukankah itu berlebihan untuk seorang yg tertidur di dalam kelas.

Aku berpikir-berpikir dan akhir terlelap.

Aku kembali terbangun. Aku melihat kearah jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Aku kembali terkejut.

Gawat ! Gawat ! Apa yg harus kutulis pada lembar kosong ini.

"Hahaha... sini biar aku bantu. Aku akan menuliskan puisi tentang hidupmu yg begitu sial."

Aku kemudian teringat perkataan Rika kemarin. Bukankah jika aku menulis kesialan yg menimpa hidupku nanti Pak Gun akan bersimpati dan meringankan hukuman serta bertindak lembut terhadapku.

Aku mulai menulis. Kutulis dan terus kutulis. Lalu kusadar ayam telah berkokok untuk menyambut pagi. Walau rasa ngantuk ini menyerang aku tidak akan kalah. Karena aku telah menyelesaikan tugasku. Tinggal memberikannya saja lagi nanti ke Pak Gun.

Akupun mandi. Dan sarapan pagi. Dan juga orang tuaku sedang melakukan perjalanan bisnis keluar negeri jadi aku tinggal sendirian selama 2 bulan.

Setelah menyiapkan segala sesuatu hal peralatan dan perlengkapan sekolah. Akupun berangkat menuju sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah hanyalah sekitar lima belas menit jika aku menempuhnya dengan sepeda motor, dan akan lebih cepat jika aku tidak mematuhi rambu lalu lintas.

Tapi, aku tidak akan melakukan itu, lagipula sebagai seorang yang santai tidak mungkin aku melaju dengan cepat.. kecuali terdesak.

Pagi yg cerah. Suasana yg indah, tempat ramai yg masih menunjukkan semangat pagi.

Aku telah tiba disekolah.

Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke kelasku. Aku meletakkan tas punggungku dibawah meja, karena tidak nyaman rasanya diletakkan diatas kursi.

Karena masih ada 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Akupun bersiap-siap.

Dan tertidur.

*Kringg*

Bel jam pelajaran pertama telah berbunyi. Sekarang kami menunggu kedatangan guru yg sedang mengajar.

Beberapa saat kemudian, terdengar dari kejauhan sebuah langkah kaki yg sedang melewati lorong-lorong yg beralaskan sebuah keramik. Lalu dari pintu muncul seorang pria yg paruh baya dengan tampang santai namun serius. Dengan rambut hitam dan bola mata yg hitam. Dia menggunakan sebuah pakaian dinas guru. Dia adalah Pak Guntur Susilo. Hari ini Pak Gun juga yg mengisi jam pelajaran pertama.

Sungguh beruntungnya aku, karena tidak perlu mencari dia sampai ke ruang dewan guru. Lalu Pak Gun menduduki meja yg disediakan untuk guru. Tanpa pikir panjang akupun mendatanginya dan menyerahkan kertas selembar yg kukerjakan.

"Ini pak."

Lalu dia mengambil kertas itu, aku menunggu tanggapannya berdiri disampingnya.

Entah kenapa Ekspresi Pak Gun sangat membingungkan. Senang, sedih, takut, heran, cemas, khawatir, marah. Dan ekspresi lainnya seakan menjadi satu sehingga sangat susah menebak apa yg ia rasakan.

"Adrian Rendria." Katanya sambil menampakkan ekspresi serius.

Gulp

Dia memanggilku dengan nama lengkapku kenapa ?

Deg.. Deg..

Gawat jantungku berdetak begitu kencang. Perasaan ini, sepertinya indera pendeteksi kesialanku merasakan sesuatu buruk akan terjadi. Ini adalah sesuatu yang tak dapat dicegah maupun dihindari. Biasanya jika aku merasakan hal ini, sesuatu yang sial pasti akan menimpaku seorang diri.

"Ada apa ya pak ?"

"Ini beneran kamu yg nulis !!!"

"I-iya pak memang kenapa ?"

Dia kemudian mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Nanti setelah Pulang Sekolah, temui Bapak diruang BK."

Demi kutil gajah yang bersemayam dibalik bokong besarnya.... Apa salahku Sehingga harus keruang BK.

"Ini tidak seperti kehidupan sekolah yang kuinginkan..."

To Be Continued

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 25, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

This Isn't School Life What I WantDonde viven las historias. Descúbrelo ahora