Prolog

43 4 1
                                    

17 Juli 2016

Hari ini adalah hari yg cerah. Sangat cocok untuk beristirahat, yaitu tidur siang.

Malam tadi aku bergadang secara berlebihan hingga pagi menjelang. Sampai-sampai lupa kalau hari ini sekolah. Jadi aku bergegas datang kesekolah dengan pakaian yg lusuh karena terburu-buru.

Walau aku ingin hidup tenang tanpa ada gangguan. Ada satu hal yg harus kupenuhi yaitu aku tidak boleh membolos atau absen karena itu akan mempengaruhi kehidupan normalku.

"Huh" karena terburu-buru aku serasa kehabisan nafas tapi untung saja masih sempat.

Aku masuk kedalam kelasku dan duduk ditempat dudukku seperti biasa di kursi belakang ujung paling kanan. Karena disana aku dapat terhindar mata guru yg mengawasi.

"Hey... Ad.... bangun Ad ..." suara samar-samar mengganggu ketenanganku. Aku perlahan membuka mataku.

Dia adalah teman semejaku Andre Nugroho. Seorang anak yg sangat bersemangat, sebuah tipe yg sangat tidak cocok denganku. Dan alasan kenapa orang yg tidak cocok denganku berbicara padaku adalah.....

"Ehem...Rian."

Aku kemudian menengok kearah sumber suara. Tampang guru yg santai namun terlihat begitu kesal. Dia adalah Pak Guntur Susilo, atau biasa dipanggil Pak Gun, dia mengajar Pelajaran Bahasa Indonesia sekaligus seorang Staff BK.

"Apa kamu ngantuk ?"

Sial !!! Seumur hidup aku nggak pernah ketahuan tidur dikelas oleh guru. Tapi kenapa hari ini dan harus pada jam pelajaran ini. Jika aku menjawab yg tidak-tidak maka hidupku akan menjadi sangat merepotkan. Semua perhatian kelas tertuju ke satu titik yaitu kearahku.

"Anu pak... Saya kurang tidur semalam."

"Begitu ya..." dia berkata sambil mengeluarkan ekspresi yg tampak lega. Mungkin dia berpikir kalau pelajarannya begitu membosankan.

"Kalau begitu sebagai hukuman buatkan saya Puisi mengenai kehidupanmu. Dan dikumpul besok."

Hah ? Puisi ? Kehidupanku ? Sialnya...

*Kringg*

Bunyi bel istirahat pertama telah didengar. Kegiatan belajar-mengajar berakhir untuk sementara.

Aku duduk dikursiku sambil memikirkan apa yg akan kutulis. Tidak seperti murid yg lain, aku sudah biasa tidak makan pada jam istirahat. Walau sekolah kami menerapkan sistem full-day, aku tetap tidak pergi kekantin. Sebagai gantinya aku membawa bekal makanan dari rumah, tapi aku memakannya pada saat Jam Istirahat kedua.

Didepan mataku ada selembar kertas kosong yg harus kuisi. Aku berpikir keras apa yg akan kutulis, namun tidak ada satupun yg tersangkut dalam kepalaku.

"Itu kesalahanmu sendiri. Karena tidur di jam pelajaran."

Andre berbicara disampingku. Dia duduk sambil memakan makanan yg ada dikotak bekalnya. Dia ngomong dalam keadaan dimana mulutnya penuh akan makanan yg sedang ia lahap.

"Hahaha... sini biar aku bantu. Aku akan menuliskan puisi tentang hidupmu yg begitu sial."

Suara dari seorang gadis, Dia memiliki kulit putih dengan rambut sebahu yg kehitaman, dengan iris mata biru laut. Sangat jarang ada orang sepertinya. Namanya Rika Sulisti. Sebagai seorang keturunan pribumi asli sangat tidak mungkin melihat dia memiliki perawakan seorang blasteran. Tapi dia pernah bercerita kalo neneknya itu keturunan eropa. Jadi mungkin dia mewarisinya dari itu.

"Kau ini ya..." aku tidak bisa membalas perkataannya. Namun aku berusaha mengeluarkan tatapan kebencian. Seperti kucing yg tak ingin diganggu.

"Sudahlah kalian berdua." Andre mencoba menghentikan kami.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

This Isn't School Life What I WantWhere stories live. Discover now