Epilog

458 62 19
                                    

Kyla's POV

Ayah dan ibu sudah dipenjara. Mereka akan menghabiskan sisa hidupnya di sana. Semua orang suruhan ayah dan kenalannya juga sudah ditangkap. Situs jual beli organ milik orang tuaku juga sudah ditutup.

"Kau masih mau sekolah?" tanya Kak Anne.

Aku mengerutkan dahi. "Kenapa kau bertanya? Seakan-akan aku tidak mau sekolah lagi."

Kak Anne terkekeh. "Aku tahu kamu tidak terlalu peduli dengan sekolah. Kalau kamu tidak sekolah lagi juga tidak masalah."

"Kenapa kau bersikap seperti orang tuaku?" tanyaku.

"Kalau tidak sekolah... kan bisa membunuh orang. Kau bisa menjual organnya lalu mendapat uang," lanjut Kak Anne.

"Kak Anne!" teriakku.

Kak Anne tertawa keras. "Bercanda, Kyla, bercanda. Oke?"

"Aku ingin melupakan ingatan itu. Mengapa kau melakukannya?"

"Kau sangat sensitif hari ini. Maaf, maaf," ucap Kak Anne. "Aku akan mengurus sekolahmu. Kau mau pindah?"

Aku berpikir cukup lama. Jika aku pindah, mungkin akan menjadi awal yang baru dari kehidupanku. Seperti memulai ulang hidupku. Sepertinya itu ide bagus.

"Tidak," jawabku. "Aku akan tetap di sekolah itu."

Jika pindah ke sekolah baru, berarti aku harus memulai perkenalan lagi. Aku harus mencari teman lagi. Aku harus beradaptasi lagi. Hal baiknya, tidak ada yang mengetahui masa laluku.

Di sekolahku sebelumnya, kesan orang lain memang tidak bagus kepadaku. Semuanya juga tahu mengenai kasus orang tuaku. Tapi, aku tidak peduli. Selama ada satu orang yang menerimaku, itu cukup

"Baiklah," jawab Kak Anne. "Kau bisa tinggal sendiri kan? Aku tidak bisa selamanya menemanimu. Aku punya kehidupan juga."

"Bisa. Selama ini, rasanya aku selalu hidup sendiri. Kenapa aku tidak bisa hidup sendiri secara sungguhan?"

***

Semua orang terkejut melihat kehadiranku di kelas lagi. Karena pihak sekolah tidak mau ambil pusing, aku hanya ditandai sebagai sakit. Ya, sakit selama satu bulan lebih.

Bahkan aku merasa asing dengan seragam sekolah. Aku juga lupa apa saja yang harus dibawa untuk ke sekolah.

Seisi sekolah membicarakanku. Siapapun yang tidak sengaja berpapasan denganku, langsung membicarakanku. Aku merasa seperti idola.

Lagipula, namaku sudah bersih. Untuk apa aku takut untuk dibicarakan? Untuk apa aku takut dianggap pembunuh lagi?

Hei, aku Kyla.

Orang paling kuat dan sabar yang ada di dunia.

Setelah mengalami semuanya, kenapa aku tidak bisa menghadapi hal sekecil ini?

Saat aku masuk ke kelas, semua teman sekelasku sangat ribut. Aku pun memutuskan untuk menaruh tas saja lalu pergi menuju belakang sekolah.

Aku sangat ingat tempat iniㅡtaman bermain. Tempat aku mulai berteman dengan Ryan.

Ah, Ryan.

Sudah lama aku tidak melihatnya. Terakhir kali adalah saat ia mengunjungiku di rumah sakit jiwa. Sejak itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. Ia juga tidak datang saat sidang.

"Oi, lagi seneng?"

Aku menoleh sambil tersenyum kepada pemilik suara itu.

"Ryan!" panggilku dengan nada gembira.

The BillWhere stories live. Discover now