1. Dita's life.

Depuis le début
                                    

"Dita kenapa si njir! Kalo nggak bikin malu ya bikin masalah" oceh Rianti memasang wajahnya sebal.

"Yaudah sih, biarin aja mau Dita ngapain juga itu hak dia sih, Ri." Sahut Nanda berbisik membutat Rianti berdecak.

"- mending liat wajah Ezar deh Ri, bikin seger! Mana wajah kagetnya gemesin banget lagi!"

"Yee! Nggak bisa liat cogan dikit lu. Masih anak baru dia. Jangan di embat juga!" Seru Rianti.

"Rianti! Nanda! Mau temenin Dita didepan?!" Suara lantang bu Diandra mengejutkan mereka berdua. Nyatanya, suara mereka terdengar sampai ke telinga bu Diandra.

"Engga bu. Maaf" jawab mereka serempak kemudian terdengar sorakan dari beberapa murid laki-laki yang tampaknya menertawai kebodohan yang dilakukan mereka.

Berbeda dengan Ezar yang sejak diperintahkan untuk duduk di tempatnya, ia sama sekali tidak menggerakan bibirnya untuk berbicara atau bahkan berusaha untuk setidaknya berkenalan dengan murid lainnya mengingat ia baru saja menyandang gelar sebagai murid baru disekolah tersebut.

***

"Kenapa tadi bisa telat sih Dit?"

"Nggak ada yang anter." Jawab Dita sambil memutar mutar minumannya dengan sedotan.

"-kenapa emang?" Tanya nya lagi.

"Ya nggak suka aja liat lo jadi pelanggan si telat!"

"Ya emang udah habit".

"Lo males, bukan kebiasaan. Coba deh lo bangun lebih pagi. Pasti nggak telat."

"Yailah.. kalian ini ya kalo ketemu nggak ribut nggak bisa ya?" Mendengar perkelahian kecil itu, sedikit membuat Nanda risih.

Dita diam kemudian mengedarkan netranya ke sekeliling kantin sekolahnya. Sedangkan Rianti hanya manyun manyun tidak jelas.

"Disekolah kita ada anak baru ya?" Tanya Dita tanpa mengalihkan pandangannya dari satu titik.

"Makanya jangan telat!"  Lagi. Rianti kembali mengungkit keterlambatan nya pagi tadi.

"Hush udah." Lerai Nanda. "Iya betul, cakep banget lagi itu murid baru, masa nggak ngeh sih lo?" Tambahnya mengiyakan ucapan Dita.

"He'eh betul. Cakep!" Seru Dita kini menatap kedua temannya dengan tatap er.... sulit ditebak?

Nanda bergidik. "Inget Johan kali Dit? Jangan jadi playgirl gitu ah."

"Johan sama gue udah putus. Kemarin dia putusin gue. Dia yang ketauan selingkuh dia yang mutusin. Yaudah gue iyain. Lagian cowo tukang selingkuh bukan tipe gue" Dita mengangkat bahunya, tanpa sadar justru malah bercerita panjang kepada kedua temannya.

"Dia selingkuh? Brengsek banget?" Nanda menanggapi dengan bola mata yang hampir keluar dari matanya karna terkejut.

Netra Dita menatap Nanda." Mata lo serem!" Serunya seolah melihat Nanda yang sama menyeramkannya dengan hantu difilm MAMA yang ditontonnya beberapa waktu lalu.

"Heleh. Takut ama setan berani sama tuhan lo! Kebalik tauk!" Sindir Rianti menimpali.

"Ini Yanti kenapa si bawaannya nyari ribut mulu sama gue? Gue tampol ya lama-lama" Dita yang hampir saja meraih sendok untuk dilempar kearah Rianti di tahan oleh Nanda yang seperti biasa berperan sebagai penengah antara dirinya dan Rianti.

Rianti, pernah Dita definisikan sebagai sosok musuh yang tidak pernah ia benci. Jawabannya adalah ya, bahwa Rianti ada untuk menjadi rem kehidupan Dita yang kelewat luar biasa jika dijelaskan.

Jika menanggung beban, ia adalah pemilik bahu pertama untuk Dita.
Jika salah, ia akan benar-benar memarahi Dita tanpa sungkan.
Jika benar, ia yang paling depan membela tanpa melihat bahaya.
Itulah Rianti, meski sering menyebalkan namun sulit untuk Dita tinggalkan.
Ibarat pepatah. Jangan menilai buku lewat sampul depan. Karna yang buruk belum tentu buruk, begitu sebaliknya.

"Bagus deh kalo kalian putus. Nggak suka juga gue sama Johan. Apaan, kelakuan udah kayak pantat penggorengan, nggak ada bersih-bersihnya, akhlak juga kaga punya." Ujar Rianti kembali mengoceh atas ketidaksukaannya pada mantan pacar temannya itu.

"Udah ah malah bahas Johan." Potong Dita. "Kalian nggak penasaan apa sama visualisasi itu anak baru? kenapa dah asik banget sendiri disana" Dita kembali penasaran, pasalnya sedari tadi matanya seperti tidak ingin melihat fokus lain selain kearah sosok laki-laki yang asik menutup mata dengan segelas kopi juga earphone yang terpasang dikedua telinganya dan terdiam lama dalam posisinya.

Keduanya mengikuti arah pandang Dita. "Rasa ingin mendekati namun apadaya dengan rasa insecure yang tiba-tiba menerjang" gumam Nanda membuat keduanya terbahak.

"Tunggu disini bentar" titah Dita dan beranjak tanpa sempat di tahan oleh kedua temannya.

"Nyari gara-gara ni pasti" tebak Rianti atas apa yang selalu dilakukan Dita disekolah. 

Selalu bertindak sesuka hati.

"Pasti" Nanda membeo membenarkan ucapan Rianti saat melihat Dita duduk tepat di kursi kosong yang berhadapan dengan anak baru tersebut ; Ezar.

***

HALLOW GUYS! SEGINI DULU YA :)
TERIMAKASIH SUDAH MENYEMPATKAN DIRI MEMBACA CERITAKUU!

Jakarta, 11 juni 2020

WHO ARE YOU?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant