[2] Beginning

167 28 0
                                    

Baru kali ini Tana merasakan bingung yang super mengganggu tidurnya, bahkan kebingungan itu melebihi pemberitahuan ulangan dadakan dari guru killer-nya. Sudah bisa ditebak kalau sumber kerisauan Tana kali ini karena pesan yang dikirim oleh Malik sore kemarin. Tana hanya melihat pesan itu melalui pop-up notification miliknya, agar pesan tersebut tidak tertandai telah terbaca. Jujur, Tana tidak tau harus membalas pesan tersebut seperti apa.

"Sebenernya aku udah kenal kamu, tapi—" Tana menghapus pesan tersebut. "Kedengeran kayak penguntit banget." ujarnya lirih.

"Emang situ nguntit dia kan," Dita menyahutinya dan membuat dirinya terlonjak kaget dari bangku.

Tana melongos kesal, "Bikin orang kaget aja, kenapa sih tiba-tiba nongol?" tanyanya setengah teriak meluapkan kekesalannya.

"Ih orang daritadi aku di sini, nanyain kamu udah buka pengumuman SNMPTN belum?" Dita mencubit pelan lengan sahabatnya yang masih saja melancarkan jarinya untuk mengirim balasan ke si cowok yang katanya ganteng itu.

Gelengan lemah diperlihatkan Tana, "Nggak berani aku buka sekarang. Takutnya nangis kalau nggak dapat undangan. Tau sendiri 'kan sistemnya udah kayak gambling gitu. Mana jurusan yang aku masukin grade-nya tinggi banget," rutuknya agak menyesal dengan pilihannya.

Dita tau memang Tana agak nekat dengan pilihan jurusan yang diinputnya saat mendaftar PTN jalur undangan, atau biasa disebut SNMPTN. Sedangkan Dita lebih memilih untuk masuk Universitas Surabaya, salah satu dari sekian banyak perguruan tinggi swasta ternama di Surabaya. Dia tidak ingin merantau jauh dari Sidoarjo, jadi Ubaya menjadi pilihannya. Dengan sengaja, Dita tidak mendaftar jalur undangan karena dirinya sudah diterima menjadi maba Ubaya.

Beda dengan Tana yang harus memerhatikan kondisi keuangan Ayahnya, dia ngotot untuk masuk perguruan tinggi negeri karena relatif murah untuk pembayaran kuliahnya. Meski dia tahu, cukup susah untuk mendapat satu kursi di jurusan yang dia inginkan.

"Udah, Tan. Aku sih yakin kamu masuk! Pulang yuk, kita cek bareng-bareng." Dita menarik tangan Tana dengan sedikit paksaan, agar Tana meninggalkan bangku kelas itu. Keduanya memang hanya datang ke sekolah untuk melengkapi data mereka di BK, karena UN juga sudah mereka selesaikan.

Tana menyampirkan tas kecilnya pada badan mungilnya, mulai berjalan lemas dan terseret paksa oleh temannya Dita yang tidak sabar menunggu pengumuman.

----

Selamat, Anda diterima di Pilihan 3. Pendidikan Dokter – Universitas Syiah Kuala

Tubuh Tana sontak lemas beberapa saat, sebelum tangannya digerakkan sendiri untuk mengetok kepalanya dan mengusap kedua matanya beberapa kali. Dita di sebelahnya menjerit kegirangan. Tidak luput dari kegirangan Dita, Tana pun ikut digoyang-goyangkan badannya oleh sahabatnya itu. Sedangkan dia tiba-tiba menutup matanya dan mulai menitikkan air mata.

Sontak, Dita berhenti berulah dan memeluk sobatnya. "Loh, nangis? Tan, kenapa? Kedokteran loh! Gila," ucapnya mencoba menghibur.

"Aku nggak expect bakal keterima di situ, Dit. Aku naruhnya ngasal karena emang aku pengennya Farmasi UGM! Di Jogja 'kan biaya lebih murah dan farmasi juga nggak bakal semahal kedokteran," lirih Tana. "Aku harus gimana bilang ke Ayah? Pasti beliau makin bingung karena aku harus rantau luar Pulau Jawa dengan jurusan kuliah yang biayanya pun nggak sedikit." Tana menunduk murung.

Mengerti alasan mengapa sahabatnya termenung, Dita kemudian menepuk pundak Tana lembut. Mencoba menenangkan pikiran kalut Tana yang meleber kemana-mana, "Hei, tinggal di zaman batu, yah? Sekarang beasiswa banyak, biaya kuliah juga bisa disesuaiin sama pendapatan orangtua,"

"Emang iya gitu, Dit? Tapi 'kan jauh. Pesawat mahal kalau perjalanan domestik,"

"Nih, ya, Tan. Harus bersyukur dulu kita. Alhamdulillah Allah masih kasih kita kesempatan buat dapat pendidikan dari yang namanya kuliah. Di luaran sana, --eh, nggak, bahkan di Indonesia aja banyak adik-adik yang kurang beruntung dan nggak bisa lanjut sekolah atau kuliah karena berbagai alasan," bijak Dita. "Lagipula, siapa sih yang nggak mau anaknya tumbuh jadi orang yang bisa berguna bagi orang lain? Dokter lagi, duh. Ayahmu pasti support, yakin!"

Senyum kemudian perlahan terukir di wajah Tana yang masih basah karena air mata ala-alanya itu. Dia cemberut, "Tumben bener omongan kamu," ejeknya.

Dita menepuk dadanya bangga, "Gue gitu loh," ucapnya menyombong. "Oh, iya. Gimana sama si Malika, udah dibales? Apa udah ciuman online aja kalian berdua?"

Pipi Tana memanas, tangannya meluncur untuk menjitak sahabatnya yang ucapannya melantur. "Aku udah bales tadi. Dia ternyata baik dan nggak sombong,"

"Rajin menabung juga?" sambung Dita sebelum Tana menyelesaikan ujarannya. Membuat temannya melirik sebal. "Sori dori moli," guraunya.

Trmalik: Hai, sourcreamx

Trmalik: Boleh kita kenalan?

sourcreamx: Uhm, aku sih udah kenal kamu, Malik. Aku penggemarmu :p

Trmalik: Beruntungnya aku, punya penggemar secantik kamu

"Nah aku bingung, yang cantik pasti bukan aku. Tapi Mbak-mbak ini," Tana menunjuk foto profil akun palsunya.

Dita mendengus, "Ya iyalah,"

"Aku harus gimana ya? Masa aku bilang kalau itu bukan aku?" Tana menggigit bibir bawahnya ragu.

Kriuk, kriuk. Dita mengunyah cemilan di tangannya dan mengoceh, "Ngaku juga boleh, kirimin foto kamu yang asli. Pura-pura juga bisa,"

Tana melengok ke arah Dita. "Iya yah, aku nggak harus bilang kalau itu bukan aku. Aku bisa aja pura-pura!" idenya.

Laptop Tana yang awalnya dipergunakan untuk membuka pengumuman direbut Dita. Dia mengetikkan sesuatu di kolom pencarian google. "Wah, kamu harus pura-pura jadi dia? Kontestan yang menang kecantikan di Sumatera Utara? Gila,"

Menggoyangkan bahunya tidak peduli, Tana mengetik balasan pesan untuk Malik.

"Siapa namanya cewek itu?" tanya Tana.

Dita meringis, temannya memilih cara itu. Menipu si Malika—ups, Malik, dengan menggunakan identitas orang lain. "Rahayu Mega Raveena,"

sourcreamx: Bisa aja, Kak Malik! Aku Vina. :)

Trmalik: Aku harap kita bisa lebih kenal dekat, Vina..

Tana tersenyum ketika mendapat balasan secepat kilat dari pria bernama Malik itu. Sepertinya, Malik benar-benar suka dengan wanita yang ada di foto profilnya. Untuk saat ini, biarlah Tana berpura-pura kalau dia lah wanita cantik yang dipuji oleh Malik.

Meskipun, dia tidak tahu akan seperti apa kedepannya bila Malik tahu semua yang dilontarkan Tana hanyalah karangannya semata.

------

[ Ini profil khayalnya si Tana, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[ Ini profil khayalnya si Tana, ya. Following dan followersnya bisa ditebak lah ya, cuma si Malik! 😛 ]

Wasn't Expecting ThatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang