Fifthteen - What's Wrong With Chanwoo

296 33 2
                                    


Hari ini aku duduk sendirian di kelas karena Yein tidak masuk sekolah. Hal itu membuat Jungkook sunbae serta merta bertambah murung. Aku kasihan padanya, pasti ia merasa sangat bersalah. Apalagi kulihat saat istirahat Sujeong eonni terus menerus tak mengacuhkannya. Tampaknya Sujeong eonni kesal dengan kegegabahan Jungkook sunbae. Jungkook sunbae juga sempat ke kelasku untuk menanyakan kabar Yein, tak banyak yang bisa kukatakan karena aku juga tidak ingin menyakiti hati sahabatku. Mungkin ada benarnya perkataan Chanwoo bebrapa waktu lalu kalau aku harus membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri.

"Shannon dan Vernon tidak perlu perbaikan nilai sehingga kalian boleh keluar kelas."

Tak hanya murungnya Jungkook sunbae, situasi ini juga membuatku seharian tidak bisa fokus pada pelajaran. Untung saja kelas hanya diisi dengan pengumuman hasil ujian dan perbaikan-perbaikan. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku juga turut uring-uringan? Jawabannya hanya satu. Perkataan Yein semalam.

Percakapan singkat kami cukup membuatku sesak. Yeah, kalian tahu 'kan apa yang Yein katakan? Entah kenapa aku sama sekali tidak ingin melihat wajah Jung Chanwoo saat ini. Dan untungnya sejauh ini aku belum bertemu Chanwoo. Ayah Yein berbaik hati mengantarkanku ke sekolah pagi tadi karena aku menginap di rumahnya semalam.

"Shannon Williams?"

Saat istirahat aku lebih memilih berdiam diri di kelas. Kendati aku belum sarapan, aku pun tak bernafsu untuk makan. Rasanya bernapas saja sulit. Ugh, kata-kata Yein benar-benar mencekikku. Membuatku harus berulang kali berpikir kalau-kalau Jung Chan...

Aku tersentak saat merasakan seseorang menyentuh lenganku, membuyarkan sekelebat pemikiran-pemikiran yang semula menginvasi pikiranku. Saat aku tersadar, hampir seluruh pasang mata di dalam kelas menatap padaku, termasuk Kim ssaem yang kini berdiri di depan. Kutolehkan kepala dan mendapati Vernon berdiri di samping kursiku, sepertinya ia yang menyentuhku barusan. Lekas kulemparkan tatapan tanda tanya padanya.

"Kita disuruh keluar, Shannon Williams."

"Eh?"

"Semuanya akan perbaikan nilai kecuali aku dan kau yang memperoleh peringkat satu dan dua. Jadi," Vernon menelengkan kepalanya ke arah depan. "Ayo kita keluar."


***


Tanganku refleks menangkap sesuatu yang Vernon lempar padaku. Sebungkus roti selai stroberi kesukaanku. Sebuah kurva merekah di parasku sebagai ucapan terima kasih.

"Aku tahu kau belum makan, Nona," ujarnya seraya menempatkan diri di sampingku. Saat ini kami berada di taman belakang sekolah, duduk di salah satu bangku kayu yang berada di sana dan menghadap hamparan bunga yang sebagian merekah di musim dingin. Tetap cantik kendati harus bertarung dengan suhu rendah dan minimnya cahaya matahari.

"Iya, terima kasih tuan Chwe." Kubuka bungkus rotiku dan menggigitnya sedikit. Dapat kurasakan perutku yang sedikit bersuara karena dimasukkan makanan setelah hampir seharian dibiarkan kosong. Ternyata tubuhku tidak bisa berbohong, aku lapar.

"Shannon-ah."

Aku berdeham di sela-sela kegiatanku mengunyah gigitan kedua. Vernon menoleh padaku dan tersenyum ramah. "Boleh aku minta tolong padamu?"

Keningku mengernyit sedikit, "Tentu saja, Hansol-ah. Memangnya kau mau minta tolong apa?"

Aku belum cerita, ya? Jadi begini, pemuda dengan garis wajah kebaratan di hadapanku ini adalah Vernon Hansol Chwe, lelaki yang merupakan tetanggaku sekaligus teman kecilku saat aku masih tinggal di New York. Aku juga belum cerita? Okay, sebenarnya saat aku berumur enam tahun aku tinggal di New York bersama keluarga Dad. Namun kami kembali ke Korea saat aku berumur sepuluh tahun dan menetap. Beberapa waktu lalu pemuda ini menceritakannya padaku, mengobati rasa penasaranku atas first impression-ku terhadapnya. Yeah, kalian ingat 'kan betapa menyebalkannya polah sok kenal Vernon saat aku pertama kali bertemu dengannya. Ternyata itulah alasannya, kami mengenal sejak kecil. Dan aku biasa memanggilnya Hansol.

Mr.Chu (Chanwoo x Shannon)✔Where stories live. Discover now