"Habiskan makananmu, lalu kita segera berangkat. Jangan habiskan waktumu untuk melamun," Yoona menggigit bibir bawahnya dan mengangguk. Hal itu membuat Sehun menggeram kesal. Akhir-akhir ini, ia tidak menyukai jika Yoona menggigit bibir bawahnya. Apakah gadis itu tengah menggodanya?

Ah, sialan! Hormon lelaki..



Di dalam perjalanan pun, mereka tidak banyak berbicara. Hanya berbicara sebatas hal-hal formal. Seperti Sehun menanyakan pukul berapa Yoona akan pulang. Sehun masih pada aktivitasnya, mengantar dan menjemput puterinya. Gadis itu masih sedikit terkekang karena waktu masa mudanya tidak banyak ia habiskan dengan teman sebayanya. Tetapi, Yoona pun tidak keberatan. Sehun memberikannya keringanan untuk mengerjakan tugas kelompok, ataupun bermain dengan Soojung.

Ya. Hanya Soojung.

Sehun sudah tak memberikan kepercayaannya lagi untuk bergaul dengan pria Kim. Karena Sehun tahu, pria itu tak bertanggung jawab dan membiarkan Yoona hampir meregang nyawa karena pria paruh baya yang dendam pada ibu kandungnya.

Tidak hanya itu. Sehun menyelundupkan orang kepercayaannya untuk kembali menyamar menjadi staff di universitas tempat Yoona menimba ilmu. Hal mudah untuk memasukkan satu hingga tiga orang suruhannya. Dunia tidak akan menolak jika itu menyangkut uang. Seperti itulah cara uang bekerja. Sehun memberikan 'sedikit' suntikan dana pada universitas itu, dan mereka akan mengabulkan apapun permintaan Sehun.

Termasuk memasukkan anak buahnya untuk menyamar sebagai staff universitas. Terutama di gedung tempat Yoona berada. Karena setiap prodinya berbeda gedung, jadi Sehun hanya memfokuskan anak buahnya pada gedung prodi tempat Yoona belajar.

Setelah sampai tepat di depan gedung prodinya, Yoona termenung sesaat. Sehun yang melihat hanya membuang nafasnya. Sepertinya, ada masalah serius hingga Yoona terlalu banyak melamun seperti ini.

"Little deer, kita sudah sampai. Apa kau ingin membolos?" Sehun membuat kesadaran Yoona kembali. Yoona menghela nafas lelah karena menyadari dirinya terlalu banyak melamun.

Yoona menggelengkan kepala untuk mendapatkan kesadarannya dan agar lebih fokus, "Maafkan aku, dad,"

Sehun tersenyum memaklumi dan mengusap kepala Yoona, "Jika ada masalah yang tidak bisa kau selesaikan, kau boleh bercerita pada daddy. Daddy akan membantumu sebisa mungkin,"

Bukan!

Ah, sebenarnya tidak ada masalah yang serius. Ia hanya terlalu banyak berfikir tentang semalam, dan memikirkan tentang jantungnya. Hanya itu. Bukan hanya kejadian semalam. Entah mengapa, bertatap wajah, mendengar suara dan merasakan sentuhan Sehun terasa aneh untuk Yoona.

Tanpa menatap Sehun, Yoona hanya menganggukkan kepala, "Kurasa, ini bukan masalah serius, dad. Hanya ada sedikit yang mengganggu fikiranku,"

Sehun masih menatap Yoona yang menunduk. Akhir-akhir ini, ia tak mengerti jalan fikiran Yoona. Gadis itu terlalu sulit di tebak, tidak seperti ketika ia masih kecil. Jika ia menginginkan sesuatu, akan terlihat dari matanya. Jika ia membenci sesuatu, akan terlihat jelas sorot kebencian dari matanya. Apakah itu sebabnya para orang dewasa ingin kembali ke masa kecil, karena tidak perlu repot untuk memendam sesuatu?

Semakin dewasa, Sehun semakin tidak mengerti Yoona. Ia bahkan tidak tahu, kapan gadis itu bersedih atau bahagia. Matanya mampu menutupi berbagai macam perasaannya. Dan Sehun mengakuinya, jika semakin Yoona dewasa, gadis itu semakin apik untuk menyimpan perasaannya.

"Apa kau sedang jatuh cinta?" Sehun menangkap pergerakan Yoona yang tiba-tiba tergelak, hanya sekilas. Untuk sesaat, Sehun seperti kehilangan oksigen dari sekitarnya. Ia terasa sulit bernafas, "Siapa?" matanya terus menatap Yoona. Walau kini tatapannya berubah tajam. Namun, Yoona tak menyadarinya karena ia terus menundukkan kepalanya.

Karena tak menjawab pertanyaan Sehun, akhirnya pria itu menyerah. Ia akan bertanya pada anak buahnya untuk mencari tahu pria —yang sialan brengsek, telah merebut hati puterinya.

"Turunlah. Hubungi daddy jika kelasmu sudah selesai," Yoona menuruti perintah Sehun. Tetapi ketika Yoona akan mencium pipi Sehun —rutinitas ketika Yoona berpamitan pada Sehun, untuk kali pertama Sehun menolak dengan menolehkan kepalanya ke arah lain agar tak tersentuh bibir lembut milik Yoona.



Di sisi lain, Yoona tergelak menatap Sehun yang menghindari ciuman yang biasanya ia berikan ketika hendak berpamitan dengan Sehun. Rasa sedihnya membuncah. Ia memilih untuk keluar dari mobil tanpa berkata-kata.

Apakah Sehun kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban?

Jatuh cinta?

Pada siapa?

Sehun?

Pria yang mengangkatnya menjadi puteri hingga saat ini?

Ia jatuh cinta pada ayah angkatnya?

Yoona tertawa getir saat memikirkan hal itu. Dunia akan menertawakannya. Dunia akan mencemoohnya. Bukankah jatuh cinta pada ayah itu adalah hal tabu? Ia dan Sehun kini menyandang marga yang sama. Bukan sebagai suami-istri, namun sebagai ayah dan anak.

Yoona terus termenung, hingga tubuhnya membentur sesuatu dan barang yang berada di dekapannya harus terjatuh di lantai. Yoona membungkukkan tubuhnya dan berulang kali mengucapkan kata 'maaf' karena kecerobohannya.

"Tidak apa," Yoona mengangkat wajah karena merasa mengenali suara berat itu.

Right!

Dia adalah seniornya, Park Chan Yeol. Pria itu tersenyum dengan ciri khas lesung pipi yang menambah kadar ketampanannya. Jika di ibaratkan, mungkin Chanyeol seperti pangeran yang berada di dongeng berjudul Cinderella. Tampan dan berambut hitam sehitam arang. Membuat para wanita gemas ingin menjenggut rambut pria itu ketika sedang bercinta dengan keras dan panas.

Chanyeol membantu Yoona memunguti barangnya yang sudah berceceran di lantai, "Kau harus hati-hati. Dan kau harus beruntung karena aku yang menjadi korbanmu," Chanyeol terkekeh. Ia membayangkan ketika yang menjadi korban Yoona adalah Im Na Yeon. Wanita itu pasti akan berceloteh panjang memarahi Yoona karena telah menabraknya. Bukan hanya itu saja, Yoona akan beruntung jika Nayeon tidak memperpanjang. Namun jika wanita pemilik gigi kelinci itu memperpanjang, Yoona akan menjadi korban bullying Nayeon dan teman-temannya, seperti Kim Dahyun.

Chanyeol menyerahkan barang Yoona yang ada di tangannya, "Lain kali, kau harus berhati-hati,"

Yoona menerima barangnya dari tangan Chanyeol, dan sedikit membungkukkan badannya, "Terima kasih, sunbae," dan Yoona berjalan menjauh dengan wajah tertunduk.

"Lagi-lagi berjalan dengan menundukkan kepalanya. Gadis yang sulit di pahami," Chanyeol menatap kepergian Yoona, dan menatap punggung Yoona yang semakin menjauh.

Hingga seorang wanita merangkul lengan Chanyeol mengalihkan atensi pria Park itu, "Sunbae! Jadi membawaku ke motel?"

Chanyeol tersenyum menggoda menatap gadis yang sudah bergelayut manja di lengannya, "Tentu!"



"Nona Yoona beberapa kali berhadapan dengan Park Chanyeol, seniornya disini, Tuan. Dan hari ini, Nona Yoona tidak sengaja menabrak Park Chanyeol, dan pria itu membantunya memunguti barang Nona Yoona. Em.. Itu.."

"Katakan!" Sehun berkata tegas pada anak buahnya yang menjadi mata-mata di universitas tempat Yoona berada.

"Nona Yoona terlihat canggung, dan terus menundukkan wajahnya. Saya tidak bisa melihatnya, jadi saya tidak bisa membaca ekspresi Nona Yoona,"

Sehun yang mendapatkan kabar dari anak buahnya hanya mengeraskan rahangnya karena rasa kesal yang membuncah. Ia memutuskan panggilan sepihak setelah ia meminta anak buahnya untuk mencari informasi apapun tentang Chanyeol. Apakah pria itu yang disukai oleh Yoona? Apakah Yoona menyukai pria itu karena pria itu telah menolongnya ketika ia pingsan? Atau Yoona merasa tersanjung dan luluh hatinya ketika pria itu memberikan tumpangan pada Yoona?

Sehun menggeram kesal dan mengacak rambutnya. Entah kenapa, perasaan kesal, marah, kecewa menghampirinya ketika ia membayangkan Yoona jatuh hati pada seorang pria. Apakah ini di rasakan oleh para ayah yang mengetahui bahwa puterinya tengah jatuh cinta?

Entahlah..

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora