[14] Cocoklogi & Perawan Suci Salah Petuah

Start from the beginning
                                    

Gue yang masih nanggung banget mencatat sesuatu mendongakkan kepala. Nggak nyangka masih ada dia. Padahal sudah berselang beberapa menit dari rapat selesai. Gue kira Gilang yang keluar terakhir habis ngebacot barusan.

Kembali ke omongan Rafadhan, 'tentang pekerjaan, kok' ya iyalah Malih! Emang mau tentang apa lagi?! Inter office romance? Kayak nggak paham privasi aja sih ini orang kalau sampai iya.

"Oke," jawab gue akhirnya. Gue berjanji cuma Senin ini aja yang gue izinkan untuk diganggu sama Rafadhan makan siang gue karena udah terlanjur kecemplung. Besok-besok, no way! Gue mau makan di warteg biar keintiman gue sama micin nggak diganggu.

Eh sekalian aja gue balikin parfumnya ya kan? Kapan lagi gue ada kesempatan?

"Happy working and enjoy your Monday. Saya permisi."

Enjoy my ass!

Rafadhan kemudian meninggalkan ruangan dan gue buru-buru menyelesaikan minutes meeting ini biar segera bisa gue blast di-email.

= F I N D E R S  -  K E E P E R S =

Saat sedang berhadapan makan begini, gue bisa memandang Rafadhan lebih leluasa. Bingung nggak sih lo, orang dengan manner ningrat begini ngajakin gue nyoba sesuatu yang gue serem banget hanya dengan ngebayangin doang.

Komitmen.

Kenapa gue bilang ningrat? Karena untuk orang yang S2 lanjut S3-nya di Amerika, ini orang malah kayak kesasar budayanya orang Eropa. Bukan Amerika. Oh, come on, gue bukan racist bitch, tapi seriusan lah semua orang juga kayaknya tahu kalau di Amerika orang terbiasa dengan hal-hal informal kalau nggak harus gue bilang liberal, jangankan cuma makan siang, business pitching aja bisa di kedai kopi.

Rafadhan ini makan aja fokus banget. Sampai minta izin untuk mulai makan. Entah karena strict ke waktu seperti yang biasa dia lakukan atau karena kalau sambil ngobrol rasa makannya bakal berubah? Tapi kalau begini ceritanya kan mending gue makan dulu sama Vio cs dan baru ngobrol ketika selesai makan.

Apanya yang ngobrol pas makan siang? Elah, Malihhhh! Akhirnya gue cuma fokus ke makanan gue sambil pura-pura bodoh dengan pandangan laser geng COE beberapa meja di belakang gue. Udah kenyang ceng-cengan mereka ketika gue berbelok ke meja Rafadhan tadi.

"Kamu makan siang pun minum kopi?" Tanya Rafadhan. Ternyata dia sudah selesai dengan makannya. Gue pun udah selesai dari tadi. Soalnya bukan 33 kali kunyahan.

"Nggak pernah dengar habis makan siang itu jam rawan?"

Rafadhan tersenyum kecil, "Kenapa sih kamu selalu sinis? Saya kan nanya baik-baik."

Haduh. "Gaya ngomong saya emang begini."

"Oke. Saya akan belajar menyesuaikan."

Ngapain lo Tong belajar-belajar segala?

Asli ya padahal kebanyakan orang di kantor ini juga informal aja gayanya sesama rekan kerja.

"Jadi mau ngomongin apa?" Gue udah nggak sabar. Jatah power nap gue di musala lewat nih.

"Terkait sama project ini, saya minta bantuan kamu untuk lebih sering update tentang progress ya. Bisa chat saya langsung atau di grup juga boleh. Karena saya harus reguler laporan ke Pak Herdanu juga."

Finders Keepers, Loosers WeepersWhere stories live. Discover now