6. Difficult Part

Start from the beginning
                                    

Ethan mungkin pergi dari kamar tapi Clara tetap tak bisa tenang sebelum ia terlepas dari neraka ini. Bahkan ketika Ethan kembali dengan membawa sarapan siang, Clara tetap ketakutan sampai ia terjatuh dari kasur. Itu membuat Ethan marah.

"Shitt.. Sampai kapan kau akan seperti ini pada ku. Kemana Clara yang selalu berani pada ku huh."

Clara merapatkan diri ke sudut tembok berharap menembusnya, ia menutup kedua telinganya sambil menjambak rambutnya sendiri. Ethan semakin geram.

"Berhenti takut pada ku, Sialan."

Hiks...hiks.. Tangis itu semakin keras, Clara sudah tak mampu melewati ini semua. Tubuhnya diseret oleh Ethan menuju tangga bawah. Anehnya tangga itu terlalu panjang seakan tak berujung. Beberapa kali ia tersandung tapi Ethan tak memperdulikannya. Menariknya terburu-buru.

Tibalah mereka dilantai dasar, seperti ruangan bawah tanah. Ada satu ruangan disitu, firasatnya tidak baik sekarang. Ruangan itu sangat pengap dan menyeramkan, tak ada fentilasi sama sekali, dan juga ada sel yang dibungkus dengan kotak kaca tebal.

Clara diseret memasukinya, dilempar seperti tisu yang tak berguna. Clara duduk bersimpuh diatas lantai marmer yang dingin.

"Baiklah jika kau tetap mau takut pada ku."

"Baiklah jika kau terus saja mengingat kematian mereka. Silahkan kau lanjutkan membuat ku muak." Ethan tampak marah.

Bukankah bagus jika Clara takut padanya, tapi bukan takut seperti itu. Ethan mengambil pedang yang di ikat pada salah satu jeruji besi membuat bayangan Ethan saat menebas, memotong, membunuh, menari-nari diotaknya, sepertinya Clara akan trauma akan pedang setelah ini.

"Mengapa kau mengingat kematian mereka sedangkan kau tak mengingat kematian mu sendiri hm?"

Pertanyaan itu terdengar ambigu, Clara tak mengerti. Apakah tempat ini adalah tempat Ethan membunuh dan menyiksa korbannya, apakah dirinya akan di eksekusi? Ia lupa bahwa berurusan dengan orang gila tak menjamin ia tak akan menyakitinya sekalipun ia mengungkapkan cinta pada dirinya. Tamatlah riwayatnya, jika harus berakhir seperti ini, sungguh ia tak akan mempermasalahkannya jika itu lebih baik.

Pedang dengan ukuran rata-rata itu telah mengacung di udara, detik-detik ini amatlah mendebarkan. Clara memejamkan matanya menanti maut.

Crashhhh....

Satu detik sampai satu menit Clara tak merasakam apa-apa. Ia perlahan membuka mata. Sedikit ia bergerak pipi kirinya menyentuh sesuatu yang dingin, rupanya pedang itu menancap tepat disamping wajahnya hanya berjarak beberapa mili, pria itu benar-benar gila.

Tangis Clara telah reda berganti dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Ethan sedikit tak tega melihatnya tapi ia tak akan meminta maaf. Gadis itu harus diberi pelajaran.

Tuhan tak menghendaki ia mati kali ini.

"Mengapa?" Clara bertanya dengan suara yang ikut bergetar.

"Mengapa kau terlalu bodoh mengarahkan pedang mu huh? Aku ingin mati jika itu menyelesaikan semuanya. Jika hanya mati yang membuat ku bebas dari mu tolong berikan aku kematian yang cepat."

"Kau masih saja membangkang. Bagaimana sebelum mati kau melihat jasad kedua orang tua mu dulu hm? Apa itu tidak masalah?"

Clara benci tersudut, ia tak akan membiarkan orang lain menguasai dirinya selain dirinya sendiri.

"Ya silahkan saja, lalu kami akan berkumpul di kehidupan berikutnya tanpa bertemu dengan bajingan seperti mu." Clara menyeringai.

Ethan menatap tak suka, ia berlalu mengembok sel kemudian ia melangkahkan kakinya untuk tertelan dalam kegelapan hingga Clara tak mampu melihat apa pun. Kini tak ada celah untuk menghirup oksigen, Clara kesulitan bernafas. Pria itu benar-benar suka main-main. Ia mungkin akan menyiksa sebelum menghabisi.

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now