°9

3.7K 348 29
                                    

Sialan!
Bagaimana aku bisa bertemu dengannya tiga kali sehari?!
Bangsat!

"Aku muak melihat wajahmu, jangan mengikutiku bajingan!"

Aku sedang duduk menikmati secangkir moccacino di cafe setelah seharian melakukan kegiatan rutin; mencari pujaan hatiku.

"Cih, kau pikir aku mengikutimu?" Decihnya. Ia mendekat dengan senyum liciknya.

"Ngomong-ngomong.. bagaimana kabar Jimin-mu? Sudah kau temukan?" Ia duduk di depanku. Tidak memesan apapun. Ia datang kemari untuk menyulut emosiku seperti biasa. Sialan.

Aku berusaha mengabaikannya. Mungkin dengan begini ia akan pergi.

"Huh, kabar buruk sepertinya ya?" Aku meliriknya malas.

Ia melipat tangannya di belakang kepala. Menegakkan punggung. "Kalau kau mau tahu kabarnya, aku bisa memberitahumu.." ucapnya santai.

Sialan!
Sialan!
Sialan!

Aku tahu ia sudah selangkah lebih menemui Jimin. Mungkin ia sudah menemukannya. Aku tidak peduli!

Aku akan menemukan Jiminku sendiri, dengan caraku sendiri. Aku akan membawanya kembali.

"Kau tak tertarik?" Satu alisnya terangkat. Aku benar-benar muak melihat mukanya.

"Kau benar-benar tak tertarik ya? Hahaha astaga.. kalau begitu aku akan segera membawa Jimin kemari dan menikahinya di hadapanmu."

"Apa maumu?"

Ia menyeringai.
"Mauku? Aku hanya ingin Jimin, sudah jelas kan?"

"Kalau begitu buktikan ucapanmu. Bawa Jimin kemari dan nikahilah di depanku"

Jimin milikku.

"Kau pikir aku bodoh membawanya kemari? Di hadapanmu? Ckck.. kau pasti akan berulah nanti. Aku tahu itu. Otak bajingan!"
"Hm,"

"Aku tidak sebodoh dirimu, Kim Taehyung! Lihat! Kau tak lebih dari sampah saat ini. Ragamu masih tegar, kuat dan terlihat baik-baik saja. Tapi aku tahu, ckck, hatimu hancur. Jiwamu lemah, Tae. Kau sudah kalah."

Aku menarik napas. Menahannya.

"Jimin milikku. Kau kalah dari Min Yoongi, Kim Taehyung bodoh!" lagi-lagi ia menyeringai. Mengerikan.

"Jimin. Milikku."
Bugh!

"Argh!"
Aku menghajar wajahnya. Tak peduli seisi cafe berteriak, menyuruh kami berhenti atau pergi. Ia berdiri dan membalas pukulanku.

Kutangkis dengan mudah dan kutendang perutnya. Ia terjengkang kebelakang dan menabrak meja kasir. Aku semakin bernafsu menghajarnya. Orang sombong seperti dia harus diberi pelajaran. Benar?

Mungkin ia tak tahu, cafe ini milikku. Ia telah keliru menemuiku di sini sore ini. Seharian penuh aku menahan emosi. Selama tiga bulan penuh yang ia ucapkan selalu saja menyulut emosi. Aku bersabar karena menyadari apa yang ia katakan itu benar. Aku memang telah kalah.

Tapi dunia ini berputar kan?

"Berdiri kau brengsek! Hadapi aku!"
Ucapku sambil melempar kode pada karyawan cafe agar mereka segera pergi.

"Hahh.. hahhh.. si-sialanh kau"
"Mulutmu banyak bicara. Selama ini aku hanya diam mendengarkan bualanmu tentang Jimin. Mimpi-mimpimu bersama Jimin. Ckck.. menyedihkan mendengar semua khayalanmu itu"

YOURS [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang