Dendam dalam cinta (flashback)

Start from the beginning
                                    

Karin begitu takjub, mengamati ekor keemasan yang bergerak-gerak itu. Telapak tangannya menelusuri bagian pinggang yang menjadi perbatasan antara ekor dan tubuh manusia lelaki itu. Ia begitu antusias mengusap ekor pria ikan itu, tanpa mrnyadari, pria itu menahan gairah liarnya yang mulai memberontak.

"Eng...."

Desahan Herroz membuat Karin mendongak, memandangnya heran.

"Kau ingin melihat kakiku?" tanya lelaki itu. Karin sontak mengangguk dengan bibir melengkung indah. Lelaki itu menarik tubuhnya merapat, hingga dada mereka saling bersentuhan. Kedua tangan lelaki itu melingkari pinggangnya.

"Ikut denganku,"

Herroz memeluk erat tubuh wanita itu, lalu mulai bergerak. Ekornya mendorong tubuhnya berenang, menuju sebuah gua di pinggir pantai.

"Wahh, indahnya!"

Karin berteriak senang mengagumi keindahan gua. Herroz mendudukkannya di atas sebuah batu yang separuh terendam air, sehingga tubuh mereka sejajar. Karin tersenyum manis menatap lelaki yang baru di jumpainya.

"Mana kakimu?" tagihnya.

"Kau sungguh ingin melihatnya?" Herroz menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Lalu jemarinya menarik dagu wanita itu sehingga mendongak. Tak di duga lelaki itu mengulurkan lidahnya menelusuri tulang selangka lalu naik ke lehernya. Sejenak Karin terkesiap, namun dirinya tergoda untuk mengetahui permainan pria duyung itu.

Tak adanya perlawanan dari Karin membuatnya mendekatkan bibir mereka, ia mengecup bibir merah itu. Lalu melumatnya penuh gairah, sementara telapak tangannya menelusuri lengan wanita itu kemudian beralih mengusap paha putihnya yang terekspos.

"Ummhh...."

Lenguhan wanita itu bagaikan minyak yang semakin membuat gairahnya membara. Tangan kirinya meremas dada padat wanita itu, sementara tangan kanannya menarik turun tali bikininya. Hingga kain yang menutupi kedua bukit kembarnya terbuka,  dan menantang dirinya untuk menaklukinya.

Dengan gemas lelaki itu meremas kedua payudaranya, membuatnya melenguh nikmat. Herroz merasakan ekornya yang telah berubah dan kelaminnya yang kini mengacung keras dan besar. Bibir lelaki itu turun menuju lehernya dan menggigit mesra, dan dengan tenaganya lelaki itu merobek bikini Karin dan melemparnya asal.

Herroz mengangkat bokongnya dari atas batu, melingkarkan kakinya di pinggang lelaki itu. Herroz bergerak menjauhi batu, menurunkan bokong Karin mendekati kelaminnya.

"Aahhh...."

Karin melenguh merasakan gesekkan kejantanan lelaki itu di permukaan vaginanya. Dengan gairah yang sama besarnya dengan lelaki itu, Karin meraup bibir Herroz dan melumatnya kasar. Lelaki itu menggeram, mengarahkan penisnya ke pintu surga, lalu mendorongnya kuat.

"Aarghhh!!" Karin menjerit sambil mendongak, merasakan sesuatu yang besar mengisi dirinya.

Sensasi bercinta di dalam air membuatnya mabuk, lelaki itu terus memompanya. Membuat dirinya klimaks berkali-kali, dan kini, ia berbaring di atas sebuah batu besar dengan lelaki itu menindihnya sambil terus memompa dan mengecupi permukaan kulitnya.

"Sebut namaku, Herroz," suara serak lelaki itu terdengar diantara dengungan kenikmatan yang melanda.

"He-Herrozzhh,"

Berkali-kali wanita itu meneriakkan namanya, namun dirinya masih belum merasa puas. Ia terus menghujam, semakin dalam. Tak lama kemudian ia mendongak, dan mengeluarkan benih-benihnya di rahim  wanita itu.

Sejak saat itu keduanya kerap bertemu, dan mengulangi kenikmatan yang sama. Hingga ketika sedang menikmati cumbuan lelaki itu, ayah tirinya yang ternyata diam diam mengikutinya meneriakkan namanya dengan penuh amarah.

"KARINA!!!"

Karin terlonjak kaget, di pintu gua ayahnya dan seorang lelaki menatapnya sangar. Karin membenci kedua lelaki itu. Ayah tirinya dan juga calon suaminya.

"Bunuh mereka!" Karin mendesis marah. Herroz menoleh menatap wanita pujaannya. Sejujurnya iapun marah, kesenangannya diganggu.

"Bunuh mereka, Herroz. Jika kau tidak membunuh mereka, maka mereka yang akan membunuhku," wanitanya merengek ketakutan. Sebuah isakkan memancing amarah sang penguasa. Ia tak suka wanitanya menangis, apatah lagi wanitanya akan terluka jika ia tak membunuh kedua lelaki yang tak dikenalnya itu.

"Anak sialan! Kemari atau kubunuh kau!"

Teriakkan salah seorang lelaki itu cukup membuatnya berang. Amarahnya memancar, kedua bola matanya perlahan bertukar warna merah. Tangan kanannya mengayun perlahan menyapu permukaan air. Namun setiap detiknya air yang disapunya mulai menjadi gelombang besar, dan semakin membesar.

Karin mendengar jeritan kedua lelaki yang amat dibencinya itu.

'Mampus kalian!' batinnya senang.

Herroz memeluknya berenang menuju pintu gua, menatap senang gulungan ombak besar itu membawa jauh kedua lelaki itu. Lalu menenggelamkan mereka kedasar laut.

Karin memeluk tubuh lelaki itu dan menjerit senang.

'Lelaki ikan yang bodoh, setelah ini aku bebas. Aku bisa menikah dengan Rioz, dan aku tetap bisa memanfaatkanmu, duyung.'

~TBC~

Huwaaaa...
Ada yang nungguin si Siren?
Jangan lupa vote dan komennya ya. Please jangan jadi silent reader. Krisannya juga sangat dibutuhkan.

Dan rencananya cerita ini akan dibikinin lapak sendiri. Karena masih ada beberapa part lagi, dan akhirnya udah ga jadi short story lagi. Setuju yaa...

Lop u
😘

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now