Draupadi sangat terkejut dengan perkataan Jayadrata tersebut. Jayadrata kemudian memegang pakaian atas Drupadi, tapi Drupadi melawan dengan mendorongnya dengan sekuat tenaga sehingga Jayadrata terjatuh ke tanah. Kemudian Jayadrata menjadi marah. Dia meraih Drupadi dan menyeretnya ke atas keretanya dan membawanya pergi.

Pandawa masih berada agak jauh dari pondok. Ketika mereka melalui hutan lebat, Yudistira mulai menyadari adanya gejala yang tidak baik. Dia mengajak saudara saudarany kembali ke pondok.

Lima bersaudara secepatnya berbalik arah menuju ke pondok. Saat mereka berlari melalui pepohonan dan semak-semak dengan senjata mereka terbang di tergantung belakang tubuh mereka, mereka melihat serigala melolong menyeramkan. Yudistira semakin prihatin dan mendesak mereka untuk bergerak lebih cepat. Akhirnya sampailah mereka di halaman pondok mereka. Di sana mereka tidak melihat Drupadi. Sebaliknya mereka melihat  jejak mencurigakan yang belum lama ditinggalkan. Siapapun itu mereka memastikan tidak mungkin jauh.  Kelima bersaudara segera pergi mengejarnya. Dengan segera mereka melihat debu yang ditinggalkan oleh Jayadrata.

Pandawa bergegas mengejar  Jayadrata dengan teriakan yang sengit. Saat melihat Raja Sindhu di kejauhan dengan Drupadi di atas keretanya, kemarahan mereka meningkat bagaikan api yang disiram minyak. Mereka berseru memanggilnya untuk berhenti dan bertarung melawan Pandawa. Setelah mendengar teriakan menggelegar para Pandawa. Jayadrata menoleh dan melihat kereta para Pandawa berpacu ke arahnya.  Jayadrata terlihat sangat khawatir.

Ketika peperangan dimulai, mereka membuat langit menjadi gelap dengan hujanan anak panah. Jayadrata sekarang benar-benar ketakutan. Dia segera menurunkan Draupadi dari keretanya dan segera melarikan diri ke hutan.

Yudistira menyuruh Sadewa menjemput Drupadi untuk naik ke keretanya, sedangkan Bima dan Arjuna terus mengejar  Jayadrata.

Bima dan Arjuna segera menuju ke hutan untuk mengejar Jayadrata.

Raja Sindhu sudah pergi sejauh dua mil.

Arjuna mengeluarkan empat anak panah sambil mengucapkan mantra sambil menempatkan mereka pada busurnya. Dengan menarik Gandiwa menjadi lingkaran penuh, ia melepaskan anak panahnya. Anak panah itu melesat dalam kecepatan tinggi di atas puncak-puncak pohon, melampaui jarak dua mil penuh dan menewaskan keempat kuda Jayadrata. Raja itu jatuh dari atas keretanya dalam ketakutan. Sambil bangkit dia tersandung semak-semak lebih di dalam ke hutan. Arjuna berteriak sambil mengejar Jayadrata,  "O Raja Sindhu, kehebatan apa yang kau punyai sehingga kau berani menculik istri kami? Berdirilah dan ayo bertarung! Sangat memalukan bila kau melarikan diri, meninggalkan pengikut mu untuk menghadapi musuhmu".

Jayadrata tidak berani menoleh.

Bima melompat turun dari atas keretanya, matanya merah karena marah. Dia cepat menangkap raja yang sedang ketakutan itu, lalu menyeret nya dengan cara menjambak rambutnya.

Arjuna berteriak, "Jangan bunuh dia!" Bhima yang sudah siap untuk memberikan pukulan yang dahsyat, menarik kembali tinjunya. Dengan gemas dia membanting  Jayadrata ke tanah dan menendang kepalanya. Sementara raja yang sempoyongan itu terhuyung berdiri, lalu Bima membantingnya lagi, memukul kepala dan dadanya dengan kepalan tinju dan lututnya. Jayadrata jatuh pingsan ke tanah, lalu Bhima menyeretnya ke arah Arjuna. Dengan gigi terkatup Bima berkata, "Orang satu ini telah melakukan kejahatan keji dan tidak pantas untuk hidup lagi, tetapi karena Yudistira telah memerintahkan kita untuk membiarkannya hidup, apa yang bisa kita lakukan untuk menghukumnya? Sang Raja selalu murah hati dan pemaaf".

Bima memandang dengan penuh penghinaan pada Jayadrata, yang saat itu sudah kembali siuman. Bima mempertimbangkan cara terbaik untuk menghukumnya tanpa harus membunuhnya.

Bima kemudian mencukur rambut Jayadrata, meninggalkan hanya lima jumbai. Bagi seorang Ksatriya, perlakuan seperti itu sama saja dengan dibunuh. Ini berarti bahwa ia telah dikalahkan dan dipermalukan di tangan musuh yang lebih kuat, tapi ditinggalkan untuk hidup. Lebih baik mati dalam pertempuran daripada menderita penghinaan seperti itu. Jayadrata awalnya dijadikan sebagai budak,  akan tetapi kemudian Yudistira membebaskannya dengan pertimbangan bahwa Jayadrata adalah suami Dursala yang masih sepupu mereka.

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang