[18] 30 september

915 124 10
                                    

rada panjang. btw selamat lebaran guys. btw PBT punya playlist di spotify. search aja PERCAKAPAN BIRU TERANG. heheh

05.45

Jam alarm berdering, berisik, biru menekan tombol snooze dan kembali tidur.

05.50

Lagi.

05.55

Lagi. Tapi kali ini Biru membalik tubuhnya.

06.00

Biru tidak dengar, telinganya tertutup bantal.

Lelaki Pencinta Wanita

Tara: Morning sunshine

Tara: yok semangat UTSnya

Tara: Semangat ngirimin jawaban ke gue maksudnya hehehe

Jamal: Jangan lupa sarapan supaya bisa fokus

Jamal: empat sehat, lima sayang

Arif: Bacot

06.24

Biru meraba sisi kosong tempat tidurnya, matanya membesar ketika menemukan angka 06.24. Ia melompat dari tempat tidurnya dan langsung menggosok gigi dan menyiram tubuh asal-asalan. Ia berpakaian dengan terburu-buru dan menarik tasnya yang belum ia ganti isinya sejak kemarin. Dengan gusar, Biru menekan-nekan tombol lift supaya pintunya cepat-cepat terbuka. Biru buru-buru menghidupkan mobilnya tanpa sempat memanaskan mobil dengan benar. Wajahnya panik tapi paniknya membuat ia lupa apa yang terjadi semalam.

06.30

Ketika bel sekolah berdering, Terang sudah di bangkunya. Duduk rapi dengan pensil 2B yang teraut sempurna, bolpen dua warna yang sudah ia cek kondisi tintanya, penghapus, label untuk menghapus, dan kartu ujian. Terang melirik ke arah bangku tempat Biru seharusnya duduk, laki-laki itu belum muncul. Biru memang bukan tipe orang yang datang cepat, tapi biasanya satu-dua menit sebelum bel Terang sudah melihat raga Biru di sana. Apa terjadi sesuatu ya?

Terang masih terlalu fokus mencuri-curi pandang ke arah kursi biru ketika Tara, yang duduk tepat di depan Terang karena nama mereka urut sesuai alphabet, memiringkan tubuh ke arah Terang. "Rang, woy!"

Terang terkejut. Dia langsung mengembalikan tatapannya ke depan sedetik, baru kemudian melihat ke arah Tara. "Kenapa?"

"Nyariin Biru ya? Cie cie cieeeee.." Tara menggoda dengan tawa iseng.

"Enggak."

"Ya udah deh anggep aja lo lagi kangen ama tembok sebelah bangkunya Biru.. Hehehehe.." Tara kembali menggoda Terang.

"Kamu enggak usah nengok ke belakang kalau cuma mau ngomong hal gak masuk akal."

"Buset, galak banget."

Terang tidak menyahut.

"Betewe Rang, ada yang mau gue omongin." Wajah Tara berubah serius.

"Apa? Saya enggak mau ngasih kamu jawaban." Wajah Terang tetap datar.

"Soal Biru, anjir."

Terang yang tadinya sudah tertunduk dan pura-pura menyusun-nyusun alat tulisnya kembali menatap Tara. "Kenapa dia?"

"Cie penasaran gak?" suara Tara kembali terdengar menggoda.

"Gak tau." Suara Terang kembali terdengar ketus.

Tara tertawa lagi, tapi sudah tidak terdengar sejahil tadi. "Ini beneran deh, serius. Jadi gini, Rang.. lo tau gak kalau Biru sedang dalam kondisi sulit? Gak nyaman gitu?"

Percakapan Biru TerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang