Sholahuddin Al-Ayuby Pahlawan Perang Salib

1.3K 7 1
                                    

Sholahuddin Al Ayuby Pahlawan Perang Salib

Siapapun akan takjub melihat indah dan megahnya benteng sholahuddin, benteng yang terletak di puncak tertinggi kota Kairo ( jabal muqottom ). Dari benteng ini, kota Kairo terlihat jelas. Dan karena alasan tersebut, pada tahun 1183 M  seorang pahlawan perang salib, Sholahuddin al-Ayyuby, membangun benteng sebagai tempat pertahanaan terakhir dan pengawasan bagi kota Kairo, Fustat dan sekitarnya. Di utara benteng terdapat masjid Muhammad Ali Pasha yang dibangun dengan arsitektur Turki Utsmaniy disertai kubahnya yang indah menjulang 52 meter ke angkasa dan dua puncak menara dengan ketinggian lebih dari 84 meter . Mesjid ini terbuat dari marmer murni dengan dihiasi lampu-lampu kristal yang sangat besar dan banyak, sehingga menampilkan kesan eksotik dan mewah. Terdapat juga di dalamnya masjid Qolawun, sumur Yusuf dan dua buah musium; Museum Permata (Qashrul Jawharah) terdiri dari perhiasan raja - raja Mesir seperti singgasana Raja Farouk dan Museum Polisi (Mathaf as-Syuthah).

Pada tahun 1095 telah terjadi Perang salib; perang untuk merebut kota Jerussalem dari tangan orang Islam. Selain itu, juga merupakan permohonan kaisar Bizaintum terhadap kekaisaran Romawi untuk mempertahankan negrinya dari serangan Islam Saljuk. Dimotivasi oleh Paus Urbanus II yang mengumumkan ampunan dosa bagi setiap orang  yang bersedia dengan suka rela mengikuti perang suci itu. Maka keluarlah ribuan umat Kristian dalam rangka meramaikan perang. Mereka yang ingin mengikuti perang ini diperintahkan agar meletakkan tanda salib di badannya; sehingga perang ini disebut Perang Salib.

Pada akhirnya kaum Salib dapat mengepung Baitul Maqdis yang dipimpin oleh anak-anak Raja Godfrey dari Lorraine Perancis, Bohemund dari Normandy dan Raymond dari Toulouse. Akan tetapi, penduduk kota suci itu tidak mau menyerah kalah begitu saja. Mereka berjuang mempertahankan kota Suci itu selama satu bulan. Pada 15 Juli 1099, Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan salib dan tercapailah cita-cita mereka. Jerussalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah. Beberapa orang mencoba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-ngendap ke benteng, sedangkan yang lain berkerumun di berbagai menara untuk mencari perlindungan, terutama di masjid-masjid. Namun, mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang Kristian itu. Umat Islam dipaksa terjun dari puncak-puncak menara dan atap-atap rumah, mereka dibakar hidup  -hidup, dari tempat persembunyian bawah tanah diseret ke hadapan umum dan digantung secara masal.

Jatuhnya kota suci Baitul Maqdis ke tangan kaum Salib sangat mengejutkan para pemimpin Islam. Mereka tidak menyangka kota suci yang telah dikuasainya selama lebih 500 tahun itu dapat dengan mudah direbut. Para penguasa negara Islam bersedia bergabung untuk merampas balik kota suci tersebut. Di antara pemimpin yang paling gigih berusaha menghalau tentera Salib ialah Imamuddin Zanki dan dilanjutkan oleh anaknya Nuruddin Zanki dengan dibantu panglima Asasuddin Syirkuh.

Setelah hampir empat puluh tahun tentara Salib menduduki Baitul Maqdis, Shalahuddin Al-Ayyubi lahir ke dunia. Keluarga Shalahuddin taat beragama dan berjiwa pahlawan. Ayahnya, Najmuddin Ayyub adalah seorang terkemuka dan beliau pulalah yang mentarbiyah Shalahuddin sejak kecil. Sholahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub dilahirkan di Irak pada tahun 532 Hijrah /1138 M dan wafat pada tahun 589 H/1193 M di Damsyik. Sholahuddin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140 km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris, pada tahun 1137M. Masa kecilnya -selama sepuluh tahun- dihabiskan untuk belajar di Damaskus, di lingkungan dinasti Zangid yang memerintah Syria waktu itu, yaitu Nuruddin Zanki.

Selain belajar keislaman, Sholahuddin mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asadudin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Bersama dengan pamannya, Sholahuddin menguasai Mesir dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimiyyah.

Pada tahun 549 H/1154 M, panglima Asasuddin Syirkuh memimpin tenteranya merebut dan menguasai Damsyik. Shalahuddin yang waktu itu baru berusia 16 tahun turut serta sebagai pejuang. Pada tahun 558 H/1163 M, panglima Asasuddin membawa Shalahuddin Al-Ayyubi yang berusia 25 tahun untuk menundukkan Daulah Fatimiyyah yang beraliran Syiah di Mesir. Dan pasukannya waktu itu terdiri dari Mamluk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2010 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sholahuddin Al-Ayuby Pahlawan Perang SalibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang