🕊07. Kejadian tak Terduga

5.8K 411 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️ Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

🕊🕊🕊

"Assalamualaikum," Fika cukup tau peraturan di rumah sakit ini. Termasuk masuk ke dalam ruangan seorang dokter Rafa. Walaupun sebenarnya baru tadi ia mengetahui aturan itu dari ceramah panjang lebar Dokter Desi.

"Waalaikumussalam, masuk Fik." Kata Rafa yang masih sibuk dengan berkas-berkas pasienya.

"Iya kak." Jawabnya.

"Oh iya. Kamu duduk saja dulu di situ sambil nunggu saya menyelesaikan ini," Kata Rafa tanpa melihat kearah Fika dan menyuruh Fika untuk duduk di sofa yang memang tersedia di ruanganya itu.

"Huh, dia yang nyuruh kesini cepet-cepet sekarang malah di suruh nunggu? Hello lo pikir gue juga nggak punya kesibukan lain apa." Ingin sekali ia berkata seperti pada dokter songong di depanya itu. Walau ia tak bisa menampik kalau laki-laki di depanya itu memang tampan. Apalagi saat mendengar alunan solawat yang menenangkan itu ingin sekali dirinya mendengar itu lagi.

"Heh? Tadi gue bilang kalau dia ganteng? Iyuh banget. Makhluk Apa-apaan nih yang masukin gue. Jangan sampai gue ketularan si Dilla," batinya yang membuat ia begidik ngeri.

"Kamu kenapa?"

"Hah! Kakak ganteng." Karena tak fokus ia malah mengatakan hal yang membuatnya menyesal.

"Haha tuh kan, apa saya bilang kalau saya itu memang tampan dan mempesona. Jangan menampik itu."

"Dasar mulut," ia langsung saja memukul pelan mulutnya itu, bisa-bisanya ia mengatakan hal yang menurutnya sangat gila.

"Apaan banget, itu nggak sengaja ya tidak di sengaja. Jadi jangan ke GR an." Sangkalnya.

"Udahlah nggak usah sampe kek gitu, yuk sekarang kita nugas." Katanya sambil berlalu dari hadapan Fika yang semakin membuat Fika kesal bukan main.

"Yang di tungguin siapa yang ninggalin siapa." Gerutunya sambil mengikuti Rafa yang sudah berjalan di depanya.

"Jangan menggerutu seperti itu Fika," katanya yang membuat kening Fika berkerut.

"Bagaimana bisa dia tau?"  Tanyanya heran.

"Karena itu biasa terjadi," jawabnya santai dan terus saja berjalan di depan Fika itu.

"Dia dukun kali ya?"

"Bukan saya hanya manusia biasa." Sekali lagi Rafa membalas padahal ia berada di depanya dan ia hanya mengatakan itu dalam hati, apa tadi ia mengucapkanya? Entahlah.

Benar yang di katakan oleh Kevi, Rafa benar-benar berubah jika sedang bertugas. Fika benar-benar kelelahan menghadapi sikap otoriter dan tak mau di bantahnya. Sekarang ia menyesal mengatakan kalau dokter Desi sangat menyeramkan. Ternyata masih ada yang lebih menyeramkan tapi bedanya ia bersembunyi di balik wajah tampannya.

Seperti sekarang ini Rafa yang sedang visit di ruang Melati itu benar-benar seakan menguji kesabaranya.

"Fika, cepat ambilkan obat di apotik dilantai 1," perintahnya yang seakan tak ingin di bantah.

"Tapi kak saya sudah sepuluh kali naik turun lantai ini hanya untuk membeli obat-obatan yang di butuhkan." Keluhnya, ia sudah sangat lelah karena ia juga belum makan dari pagi. Dan sekarang sudah sangat sore. Dan harus naik turun dari lantai 5 ke lantai 1 Bolak-balik.

Solawat Cinta ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant