KAMILA ANDINI, SOSOK DALANG DIBALIK "SEKALA NISKALA"

28 0 0
                                    

Kamila Andiri adalah salah satu sutradara perempuan berkebangsaan Indonesia yang lahir pada 6 Mei 1986. Dia lulus dari pendidikan Sosiologi dan Media Seni di Deakin University, Melbourne, Australia. Perempuan yang akrab disapa Dini itu sudah kenal dengan dunia perfilman saat dirinya masih kecil, karena sang ayah, Garin Nugroho, adalah sutradara film Indonesia yang terkenal.

Perempuan kelahiran Jakarta tersebut mulai belajar film saat dibangku SMA. Saat itu, tidak ada niatan lain selain mempelajari sesuatu yang telah membesarkannya. Tapi kemudian, dirinya menemukan medium yang paling tepat untuk bercerita dan medium tersebut tidak ada habisnya untuk dieksplorasi sampai saat ini. Walapun Dini anak seorang sutradara, tapi dia tidak bermula dari sekolah film. Dia banyak mengikuti workshop dan kompetisi film untuk membuktikan pada ayahnya bahwa film adalah dunianya.

Kariernya di dunia film dimulai sejak 2002. Film pertama yang ia arahkan adalah Rahasia Dibalik Cita Rasa pada tahun 2002. Dini pun terlibat dalam berbagai produksi film dokumenter, video klip untuk band Tere, Ungu, Slank, dan lain-lain, dan film. Dalam Generasi Biru, Dini menjadi asisten sutradara. Kemudian, ia pun kembali menyutradarai film The Mirror Never Lies yang dibintangi oleh Atiqah Hasiholan dan Reza Rahardian. Film tersebut bercerita tentang suku Bajo, pejuang laut, dan telah diputar di lebih dari 30 Festival Film seperti Busan, Berlin dan Tokyo. The Mirror Never Lies juga memenangkan banyak penghargaan seperti The Earth Grand Prix Awards dari Tokyo Int'l Film Festival, Fipresci Awards dari Hong Kong Int'l Film Festival, dan Best Children Film dari Asia Pacific Screen Awards. Film ini juga menerima 3 penghargaan dari Festival Film Indonesia untuk kategori Skenario Terbaik, Musik dan Kategori Spesial Untuk Sutradara baru. Selain itu, Dini juga meraih Sutradara Terpuji dalam Festival Film Bandung 2012.

Setelah menyutradarai film The Mirror Never Lies, Dini kembali menyutradarai film pendek Following Diana pada tahun 2015 dan Memoria pada tahun 2016. Ketiga film tersebut sarat akan isu-isu perempuan. Karena bagi Dini, karakter perempuan adalah hal yang paling dia kenal, di mana dirinya merasa paling nyaman. Jadi lebih nyaman baginya untuk membicarakan sesuatu dari perspektif karakter yang dia kenal. Selain itu, dirinya punya perspektif tentang perempuan yang laki-laki tidak punya. Dari film yang dia buat, dia berharap bisa menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi tentang perempuan yang memiliki pikiran yang sangat kompleks.

Pada tahun 2017, istri sutradara Ifa Isfansyah ini kembali menyutradarai film berjudul Sekala Niskala. Film panjang keduanya tersebut berkisah tentang kekerabatan yang erat antara Tantri dan Tantra, anak kembar yang lahir dan tinggal di sebuah pedesaan di Bali. Di antara kekerabatan tersebut, ada pula hubungan mereka dengan hal-hal yang tak kasat mata dan bulan purnama. Namun suatu saat, mereka harus 'terpisah' karena Tantra jatuh sakit sampai tubuhnya tak bisa bergerak. Saat itulah kejadian aneh datang. Kedekatan mereka membuat kejadian spiritual muncul dan dirasakan keduanya. Pengalaman tersebut pun ditampilkan dengan budaya serta musik Bali yang kental. Kekuatan seni peran, tari dan vokal menjadi pusat perhatian dalam film tersebut.

Film tersebut dibuat dengan proses yang panjang dan diproduksi oleh Treewater Productions dan Fourcolours Films. Penulisannya dimulai tahun 2011 ketika Dini tertarik untuk melihat apapun dalam perspektif anak-anak, kemudian dalam perjalanannya, dia menikah dan menjadi ibu dari dua anak. Sutradara perempuan itu menjadi orang yang berbeda. Kemudian dia ingin mengeksplor antara yang terlihat dan yang tak terlihat, koneksi yang dalam antar kembar buncing (kembar laki-laki dan perempuan) dan dia menempatkan konteks ini di Indonesia.

Film Sekala Niskala atau The Seen and Unseen ini tayang perdana di Toronto International Film Festival 2017 pada Bulan Oktober 2017, dan tayang di bioskop Indonesia pada Maret 2018. Film ini berhasil mengharumkan nama Indonesia di Jerman. Dengan memenangi penghargaan kategori Generation Kplus International Jury di Festival Film Internasional Berlin alias Berlinale 2018. Tiga juri dewasa memilih film tersebut untuk mendapatkan Grand Prix, atau penghargaan tertinggi. The Seen and Unseen menjadi film panjang Indonesia pertama yang mendapat gelar film terbaik di festival itu. Apalagi ini merupakan pertama kali Indonesia kembali ikut serta di ajang itu setelah absen sejak 2015 lalu. Selain itu, film ini juga memenangi berbagai penghargaan, termasuk Film Remaja Terbaik di Asia Pacific Screen Awards 2017, Film Terbaik Tokyo FILMeX 2017 dan Film Terbaik Jogja-Netpac Asian Film Festival.

The Seen and Unseen merupakan film berbahasa Bali yang melibatkan sekitar 10 pemain anak-anak dengan kemampuan gerak tubuh yang memesona. Film ini diperankan oleh Ayu Laksmi, yang terkenal dengan perannya sebagai Ibu di film Pengabdi Setan, sebagai ibu Tantri dan Tantra. Selain itu, ada Thaly Titi Kasih sebagai Tantri dan Gus Sena sebagai Tantra.

Sang sutradara mengungkapkan bahwa Sena dan Thaly adalah talenta yang sulit ditemukan. Bahkan dirinya menemukan mereka berdua di saat-saat akhir proses casting, sesaat sebelum proses shooting dilakukan. Kriteria yang dicari cukup sulit, anak dengan kemampuan tubuh dan akting yang bagus, simpatik, tapi juga mau berakting di kondisi-kondisi yang menantang. Tapi Dini berhasil menemukan itu di diri Sena dan Thaly.

Andini berpendapat bahwa industri film Indonesia saat ini sangat optimis. Indonesia adalah negara dengan sejuta cerita. Tidak habis-habisnya cerita diciptakan. Kreatornya pun banyak dan beragam. Sudah banyak orang yang mulai melirik film Indonesia. Tapi masih banyak yang harus dilakukan, tentang konsistensi dan keberlanjutan. Karena biasanya memertahankan akan lebih sulit daripada menciptakan.

"I always think that we work in an up and down film Industry. So, if you see one or two filmmakers that you adore still making films, there is nothing else she or he had other than passion for cinema." – Kamila Andini.

KAMILA ANDINI, SOSOK DALANG DIBALIK "SEKALA NISKALA"जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें