Pilih Kamu Aja (2)

Start from the beginning
                                    

Devi bersiap turun ketika bus berhenti di halte depan kompleknya.

"Hati-hati Dev, aku seneng bisa nemenin kamu pulang." Ucap Dinan sebelum Devi keluar.

"Kamu naik bus cuma mau nemenin aku?" Tanya Devi. Dinan mengangguk.

"Makasih dan maaf pernah bentak kamu waktu itu." Devi tersenyum lalu turun.

"Wuaah demi apa gue disenyumin Depiii? Anjirr gue gesrek! Ngga jadi move on kalo gini caranya." Dinan masih tak percaya.

"Eh, kok Depi kalo senyum mirip banget ya sama kak Dea? Hmm, kayanya ini juga komplek perumahan yang sama kaya kak Dea. Ah bodo lah. Bundaaa Dinan seneng!" Batin Dinan heboh sendiri.

Dan mulai hari itu, Dinan membatalkan niatnya untuk move on dari Devi hanya karena disenyumin. Dasar bucin!

Hubungan Devi dan Dinan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sekarang mereka terlihat akur, tidak seperti dulu. Dan bahkan sepertinya Devi mulai menyukai Dinan.

"Peri cantik, nanti malem kan malem Minggu. Dinner kuy." Ajak Dinan. Mereka tengah berada di taman belakang sekolah.

Devi yang semula fokus pada bacaannya menoleh ke arah Dinan.
"Ngga mau. Udah ada janji sama orang."

"Yahh. Siapa?" Dinan nampak kecewa.

"Cowok."

"Senengnyaaa jadi tuh cowok. Bisa ngedate sama kamu." Percayalah, Dinan sedang tidak percaya diri alias cemburu.

"Papah. Udah lama aku ngga jalan sama Papah, kangen. Kamu mau jadi Papah aku?" Devi meledek.

"Yeh kirain siapa. Aku jadi papahnya anak-anak kamu aja gimana?" Dinan menoel pipi gembul Devi.

"Boleh, kalo belum keduluan sama Jihoon yaa." Devi menjulurkan lidahnya ke arah Dinan.

"Resek emang!" Dinan mengacak poni Devi.

***

"Dek, mbak mau cerita." Ucap Dea pada adiknya yang tengah fokus menonton drakor.

" Aku juga mau cerita. Tapi mbak Dea dulu aja." Ucap sang adik

"Aku lagi suka sama orang." Dea mulai bercerita.

"Iya terus?"

"Dia dua tahun lebih muda dari aku, ya seumuran kamu lah."

"Hah? Seriusan?!" Sang adik menatap kakaknya tak percaya.

"Serius Devii. Gimana menurut kamu?" Dea meminta pendapat.

"Sikaaat!" Jawab Devi. "Lagian kita ngga bisa milih hati kita bakal jatuh ke siapa." Lanjutnya.

"Aduh adek aku udah gede." Dea memeluk Devi.

"Dia tau mbak suka dia?" Devi mulai kepo.

"Dia tuh ngga peka dek, capek akutuh." Adu Dea.

"Yah kasian. Semangat kakak." Ledek Devi pada sang kakak

"Ishh kamu mah ngeselin. Btw, katanya kamu mau cerita?" Tanya Dea.

FairytalesWhere stories live. Discover now