T W O

6.2K 98 6
                                    

Waktu sudah berjalan selama satu jam semenjak pertama kali kami membuka buku kumpulan soal fisika yang teramat tebal itu. Tapi tak satu pun sel otak ku terbuka dan menerima kenyataan pahit ini.

"Jadi seperti ini lho.." Ucap perempuan cupu yang sedaritadi sibuk menjelaskanku beberapa soal menjengkelkan itu.

Sedangkan aku hanya terkantuk - kantuk melihatnya. Aku tak habis pikir, bagaimana bisa seseorang sangat menikmati pelajaran fisika yang mengerutkan otak itu.

"Railey???"

Tiba - tiba suara lembut itu membangunkanku.

"Ah iya?" Aku sedikit kelabakan.

"Ah sorry, iya apa tadi? lanjutkan." lanjutku sambil mengucek - ngucek mataku menahan kantuk.

"Kalo kamu ngantuk, kita udahin aja sesi hari ini." ucapnya.

"Ah gapapa kok lanjutin aja sedikit lagi." Ucapku.

Ah padahal aku ingin segera mengakhiri sesi hari ini, aku hanya tidak enak hati saja terhadap perempuan pintar yang ingin meluangkan waktunya kepada perempuan sepertiku. Tidak, aku pintar, hanya saja fisika ini membunuhku.

Ia kembali masuk kedalam dunianya. Namun lagi - lagi aku tidak fokus ke dalam pelajaran melainkan terhadapnya. Wajahnya yang lusuh, kusam dan penampilannya yang hmm gak banget.

Namun..

"Railey?" Lagi - lagi ian menangkap basah aku yang sedang melamun.

"Hah iya?" ucapku gelagapan.

"Maaf, tapi sepertinya kita akhiri aja sesi kali ini." ucapnya dengan nada yang tetap lembut.

"Sorry ya haha" Ucapku sambil tertawa kecil.

"Eve, lo orang mexico?" tanyaku yang membuatnya sedikit terbelalak.

"Hah? Ti-tidak.. aku dari Perancis." Jawabnya.

"Perancis? wah, kita satu warga kenegaraan dong. Salut, comment vas tu?" Ucapku yang juga merupakan warga negara Perancis.

Namun anehnya raut wajah Evelin berubah menjadi kebingungan.

"Bonne nuit.." Jawabnya yang membuatku mengerutkan dahi.

"Ah Railey, maaf aku ada urusan. Aku harus segera pergi." Ucapnya sambil mengemas barang - barangnya kedalam tas ranselnya.

"Eh? Okay.." Ucapku yang semakin bingung dibuatnya.

Ia berlalu pergi meninggalkanku dengan langkah terburu - buru. Aku semakin heran dibuatnya, lalu tanpa sadar aku terkekeh geli mengingat jawaban nya itu.

DOOORRR!!!

Tiba - tiba Shane muncul dari belakangku dan membuatku terkejut.

"Ah apaan sih lo ngagetin aja! muncul dari mana dah?" Ucapku kesal sambil menjitak kepalanya.

"Loh? ruangan fisika kan emang tempat kedua gue buat tidur. Disini adem banget gila." Sahutnya.

"Tapi ngomong - ngomong, cieee... lagi pdkt sama anak cupu nih?" Ledeknya sambil merangkul pundakku.

"Sial, apa sih? lo kan tau tipe gue gimana." Ucapku sambil menggubris rangkulannya kesal.

"Yaelah bercanda doang, bre. Lagian, ngapain sih lu berdua? mesra amat wkwk" Tanya nya.

"Mesra pala lo meletak. Ini... tutor." Jawabku dengan berat hati.

"Hah? wkwkwkwk" Ia tertawa geli.

"Seorang lo? tutor? hahahaha" lanjutnya.

"Berisik. Ini disuruh bokap, sialan. Demi motor kedua." Jawabku.

"Caelah... tetep aja sama si anak cupu." Ledeknya lagi sambil mengapitkan kedua telunjuk jarinya.

"Berisik, sial. Udah yuk, kita ke club aja malam ini." Ajakku yang langsung membuatnya bangkit dari tempat duduknya dengan semangat.

"AYOOOO LET'S GO!!!" Ucapnya dengan semangat.

"Giliran ke bar aja langsung baik sama gue." umpatku kesal.

"Hehe tapi jangan bilang - bilang Kylie ya." Ucapnya memohon

"Santai."

Aku merapatkan mulut mengisyaratkan bahwa aku tidak akan bicara dengan Kylie. Ah lagi - lagi, si brengsek ini, dia dianugerahi kekasih semok bin bohai bernama Kylie Jenner namun tetap saja manusia ini tidak bersyukur juga.

Hari sudah larut malam menjelang pagi, kami tiba disalah satu club yang tidak biasa kami kujungi.

"Eh ini dimana dah? kok tumben main jauh kesini?" Tanya Shane padaku yang sedari tadi menatap tajam tiap sudut club.

"Bosen, club yang itu udah semuanya sama gue." Jawabku santai

"Wah lo emang paling gila."

Sebelumnya kami sudah memesan tempat. Sesudahnya kami duduk di tempat yang sudah dipesan, datanglah 1 wanita berambut pirang dengan lipstick merah yang amat menonjolkan bibir seksinya itu.

"Hai seksi, boleh kenalan?" tanyanya kepadaku yang memang disaat itu aku menggunakan kemeja yang kubuka 3 kancing diatasnya.

Aku melihatnya dari ujung kepalanya hingga bawah kaki.

"Sorry, lagi nunggu seseorang." jawabku sambil melemparkan senyum.

"Oh baiklah, padahal kamu tipe ku." Ucapnya lalu berlalu pergi.

"Hei kenapa lo tolak? itu kan mantep banget bibirnya." Tanya Shane.

"Gue lagi nunggu yang terbaik dari yang terbaik." jawabku.

Aku memesan minuman dan mengatungkan sebelah kakiku. Tiba - tiba muncullah seorang perempuan dari balik tirai dansa. Latina. Wajahnya yang indah, lekukannya juga, pokoknya pas.

"Goddamn it!" Umpat Shane.

"Lihat ya.." Ucapku pada Shane.

Aku menghampiri wanita itu sambil membawa segelas wine yang baru saja ku pesan.

"Hai, boleh kenalan?" Tanyaku sambil menyodorkan minuman itu.

Ia menatapku dari atas sampai bawah. Lalu ia mengigit bibirnya yang seksi itu dan tersenyum.

"Hei seksi.." Balasnya.

"Aku suka dressmu malam ini, sangat pas ditubuhmu yang indah." Ucapku yang membuatnya tersenyum.

"Terima kasih.."

"Alangkah bagusnya jika kau melihat tubuhku juga." lanjutnya membisikan ku dengan nada yang nakal.

Aku tersenyum tipis melihatnya dan mata kita bertemu. Ia memegang kerahku dan mendekatkan wajahku kepadanya.

"Tunggu apa lagi, Cowboy. Naiki kudamu." ucapnya.

Ia melepas kerahku dan berjalan dengan lenggokannya yang indah menuju parkiran. Aku hanya terkekeh melihat tingkah nakalnya dan berlari kecil mengikutinya.

"Shane, aku duluan. Kau pulang sendiri ya." Ucapku pada Shane yang membuatnya memasang wajah no sense.

"Lah..."

"Goodluck, Bro." Aku menepuk pundaknya lalu beranjak pergi menyusul wanitaku malam ini.

Ya, sepertinya kau tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Tepatnya dikamarku.

Cinta?

Halah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nymphetamine (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang