O N E

6.8K 97 2
                                    

Ssshh.. ahh.. ugghhh.. ahh..

"Ah ini kurang mantep, gue ada nih rekomendasi buat lo." ucap sepupu tiriku, Shane Parker.

Dia segera mengambil ponsel ku dan mengubah web untuk menonton film dewasa itu.

"Dasar sinting. Kecilkan volume mu!" Umpat salah satu saudara tiriku yang paling bungsu, Marvel Parker terhadapku dan Shane.

"Hah emang kedengeran? Haha sorry" Ucap Shane yang membuatnya hanya menggelengkan kepala.

CKREKK

Tiba - tiba datanglah wakil kurikulum ke ruangan pribadi kami. Sontak kami kaget bukan main dan ponsel milikku jatuh tepat dihadapan beliau. Ya, P&Co International School ini dibangun dan dipimpin oleh ayah tiriku, sehingga kami mendapatkan ruangan pribadi yang cukup luas untuk beristirahat sejenak. Padahal, kami suka memanfaatkan ruangan ini untuk bolos dan cabut dari mata pelajaran.

"Ehem..." Beliau, Mr. Parkins berdeham penuh arti. Sedangkan kami hanya terdiam terpaku.

"Hehe maaf pak, namanya juga anak muda." Ucapku mencairkan suasana yang tegang ini.

"Ponsel siapa ini?" Beliau meraih ponsel milikku.

Aku mengacungkan tangan.

"Saya bisa jelasin pak."

"Railey Parker... lagi lagi kamu ya. Kesiswaan sampai capek ngurusin buku point kamu yang sudah bertumpuk." Ucapnya yang mendapat cengiran pepsodent dariku.

"Saya akan sita ponsel ini. Dan jangan nonton film dewasa disaat masih disekolah! mengerti?" Tegasnya.

"Mengerti, Pak."

Ya, ponsel disita bukanlah masalah bagiku. Aku masih memiliki banyak ponsel dirumah.

"Oh iya, Railey. Bapak ingin bicara denganmu, jadi silahkan Marvel dan Shane kelur dari ruangan ini."

Seketika Marvel dan Shane bergegas pergi dari ruangan. Shane melemparkan isyarat 'semangat' kepadaku. Ia tahu aku akan repot jika berhadapan dengan wakil kurikulum. Sial.

"Railey, seperti yang bapak lihat dan kaji, akhir - akhir ini nilai fisika mu menurun. Kamu juga selalu tertangkap basah cabut pelajaran fisika oleh Mr. Hubbard. Jadi..."

"Hehe.." Aku memasang wajah memelas agar si wakil kurikulum sialan ini tidak memberikanku beban yang terlalu berat.

"Kamu akan bapak berikan tutor sebaya, yang dimana diharapkan agar menaikkan nilai fisikamu di akhir semester ini." lanjutnya yang membuatku mendongak kesal.

"Lah, Pak, gabisa gitu dong. Saya orang sibuk."

"Ini perintah dari Mr. Parker"

Seketika mulutku bungkam mendengar nama ayahku. Baiklah, aku akan menerima ini dengan berat hati.

"Baiklah..." ucapku pasrah. Ah tolong! bagaimana ini? aku tidak bisa kencan sehabis pulang sekolah!

"Anak baik. Baiklah kalau seperti itu, temui tutormu pulang sekolah nanti didepan ruang fisika. Dia adalah murid baru yang sangatlah cerdas di bidang ini."

Aku mengangguk mengerti. Dan beliau beranjak pergi dari ruangan.

Sial.

Aku keluar dari ruangan dan berjalan menuju vending machine untuk membeli soda untuk menyegarkan pikiranku.

DORRRR!!!

Tiba - tiba aku dikagetkan oleh seorang perempuan tomboy berambut platinum blonde dan memakai jaket kulit berlambang ular dibelakangnya. Serpent.

"Ah sialan, kau mengagetkanku saja!" Umpatku kesal.

"Hei apa kabar ma bro?" Ia merangkul pundakku.

"Lo kok bisa ada disini?" tanyaku yang mengabaikan pertanyaannya.

"Ah gila sih, lo ga kangen apa sama gue?" Ucapnya sedikit kecewa.

"Hahaha apasih jijik dah."

Dia adalah sahabatku, Erika, yang tinggal di Mexico. Dia adalah salah satu Serpent yang menjabat sebagai dealer. Ah iya, aku belum menjelaskan apa itu Serpent. Serpent itu adalah gangster besar yang dipimpin oleh ayahku, Marco Parker. tetapi setelah ia pensiun, ia menjatuhkan jabatannya kepada Ray. Kami beroperasi dibidang narkoba, dan hal - hal tabu lainnya.

"Gue kesini mau liburan ke Bali. Liat cewek - cewek aduhai, kapan lagi kan. Gue bosen di mexico kerjaannya ngelinting terus." Ucapnya.

"Ah gila sih, ikut dong." Ucapku bersemangat.

"Ikut aja."

Namun seketika raut wajah semangatku berubah menjadi lesu ketika mengingat nasib bahwa aku harus tutor sebaya fisika.

Ah aku sangat benci fisika!

"Gue lupa ada tutor sebaya fisika." Ucapku yang membuatnya menoleh tidak percaya dan terkekeh geli.

"Hahahaha apa - apaan nih? Railey? Tutor sebaya? Ga salah dengar?" ledeknya.

Sial. Diam kau.

"Eh ngomong - ngomong, gimana si Texas Machine Gun itu? Kau sudah putus asa mencarinya nih?" Tanya Erika.

Aku membuang nafas berat - berat.

"Ngapain aku mengharapkan satu wanita yang tidak diketahui keberadaannya sedangkan wanita disini banyak. Tinggal pilih, bawa pulang." jawabku yang membuat erika terkekeh.

"Nah itu baru Railey yang kukenal.."

"..tapi, apa kau yakin? lo kan jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia." lanjutnya.

"Apanya jatuh cinta? gue gak pernah dan bahkan gatau apa itu cinta. Huek. Gaada yang namanya cinta. Itu takhayul." ucapku yang membuatnya geleng - geleng kepala.

"Heh lo pikir setan."

"Benar kan? semua orang berpasangan pasti ada maunya, bukan karena cinta." ucapku yang semakin membuatnya menggeleng - gelengkan kepalanya.

"Lo emang paling brengsek. Ternyata kita sama."

Dan kami pun terkekeh geli.

"Bro, gue cabut dulu ke ruang fisika ya. See you later, have fun di Bali."

Setelah tos - tosan dengannya, aku bergegas menemui sang tutor yang akan membebankanku dengan banyak soal fisika.

Tibalah aku didepan ruang fisika, tapi tidak ada siapa-siapa. Ini semakin membuatku kesal dan menganggap ini hanyalah buang - buang waktu kencanku saja.

"Hai.."

Aku menoleh dan mendapatkan perempuan berkacamata dan berkepang dua dengan membawa banyak buku.

"Loh, lo kan.."

"Evelin.." ucapnya memperkenalkan diri tanpa memandang wajahku.

Ya, dia adalah perempuan yang tadi pagi baru saja ku tolong.

Nymphetamine (GirlxGirl)Where stories live. Discover now