"Belum waktunya." Ujar pria itu pongah

"Akan ku ledakan otak mu jika kau berani menyentuhnya." Ancam Hyun .

"Tuh, seperti itulah jati diri kekasih mu. Tidak ada kata ampun pada sanderanya." Lagi-lagi dia berbisik di kuping Hye.

"Aku sudah lama menunggu kedatangan mu ke negara ini, dan kebodohan mu membawa mu kesini tuan." Pria itu berkata sinis.

"Apa mau mu?" Kini Hye memberanikan angkat bicara. Hyun menggigit bibirnya yang terasa sakit, dia menggertakan giginya ketika tangan bajingan itu menyentuh helaian rambut Hye. Saat ini jika punya kesempatan pasti akan Hyun patahkan tangan sialan itu.

"Aku hanya ingin bersenang-senang." Sahutnya, pria menoleh pada Hyun yang sudah seperti anjing yang siap menerkam mangsanya. Pria itu tersenyum menjijikkan, ingin sekali Hyun pecahkan bibir sialan itu.

"Hei, mending kalian pergi, daripada otak kalian berserakan di lantai kotor ini." Ancam Hyun seperti memberi peringatan. Namun sialnya justru memprovokasi pria itu menodongkan senjatanya pada Hye.

"Aku lebih suka menidurinya terlebih dahulu sebelum meledakkan kepalanya?" Ancam pria itu membuat lulut Hye gemetar karena pelipisnya sudah bersentuhan dengan ujung pistolnya membuat mata Hyun memerah terbakar marah.
Untungnya pistol sialan itu segera disingkirkan pria itu setelah salah satu temannya yang baru kembali membisikinya sesuatu.

"Tarik mundur sniper mu atau kepala gadis ini ku ledakan." Ujar pria itu berteriak, dia sudah putus asa ketika puluhan laser merah memenuhi ruangan itu tepat mengarah di kepala ke empat pria itu.

"Oke, aku suruh mereka mundur." Hyun tidak punya pilihan selain menuruti kemauan para pelaku yang sudah kocar-kacir.  Hyun tahu keempat pria itu sudah prustasi lalu bisa saja menembakan pistolnya kepada hye maupun dirinya. Saat ini yang paling penting bagaimana cara Hyun menghentikan?

"Kalian bisa selamat dengan syarat gadis itu juga selamat." Hyun mencoba bernegosiasi.

"Kau membunuh dua temanku yang sebenarnya punya tujuan memperingatkan mu." Salah satu penyandera akhirnya angkat bicara, kilatan kemarahan terlihat jelas dari tatapan matanya pada Hyun.

"Mereka tidak mati." Sahut Hyun.

"Kau berbohong." Bentak pria itu.

"Kalian bisa menghubungi ponselnya." Sahut Hyun. Pria itu berpandangan lalu bergegas menelfon ke nomor temannya tersebut.
Bagi Hyun para pelaku hanya orang-orang yang masih sangat amatir. Hyun tidak yakin pria itu bisa menggunakan pistolnya karena cara memegang senjata saja terlihat canggung.
Apalagi ketika melihat mereka sempat berdebat ketika mencoba menghubungi nomor temannya yang sempat menjadi sandera Kodokai beberapa waktu lalu yang kemudian dibebaskan begitu saja atas perintah Hyun sendiri.
Hye hanya diam, matanya menatap Hyun yang juga menatapnya sangat lekat, Hye mengedipkan mata ketika Hyun mengangkat alis.

"Biarkan kami pergi." Ujar salah satu pria itu lalu mundur diikuti temannya sambil terus mengarahkan pistolnya, perlahan mereka lenyap dari balik pintu namun sia-sia mereka sudah dikepung. Keempat pria itu dengan mudah dibekuk oleh pengawal yang sedari awal sudah mengikuti Hyun.

"Antar Nona Hye ke rumahnya." Perintah Hyun pada Cobra, pria itu berjalan dengan santai padahal dengan pelipis yang masih meneteskan darah segar.

"Hyun." Panggil Hye namun pria itu tidak menoleh. Sialan. Setelah adegan yang hampir merenggut nyawa Hye, Hyun begitu entengnya pergi tanpa sepatah kata pun.

**

"Oppa? Hyun terluka" ujar Hye pada Cobra yang memapahnya. Baru kali ini Hye merasakan tangan pria itu melingkar di pinggang nya. Sempat dia merapikan rambut Hye yang berantakan. Sesaat perlakuan Cobra ini sempat membuat Hye goyah. Apalagi ketika dia membuka ikatan di kaki dan tangan Hye, sesaat dia memeluk Hye erat tidak perduli bos besar nya menatap nya berapi.
Harusnya Hyun yang melakukan itu.
Tetapi, mengapa Hyun sama sekali tidak melakukan itu?
Mengapa justru menyuruh bawahannya mengantar Hye pulang.
Satu sisi Hye merasakan Hyun terlalu kejam, egois saat ini.

STAY WITH ME (Season 2) (Completed✅)Where stories live. Discover now