The Child Who Never be Wanted

852 51 10
                                    

Heat Haze Daze

Adaptation from Mekakucity actors & Kagerou Project

By. Luna Sedata

All characters belong to Jin & Vocaloid song MV series as this is only one of fan made adaptation from MV Kagerou Daze. With this disclaimer, author owe nothing with Jin and Kagerou Project

 

Genre : Romance, Paranormal, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

10th Loop :  The Child Who Never be Wanted

 

Are you crying... Hibiya-kun?

~ Hiyori Asahina

Waktu menunjukkan pukul jam satu siang tepat tatkala mentari tampak bersinar terik di luar. Bias udara yang terjadi karena panas yang menguap dapat dilihat dengan jelas. Sesekali, bunyi serangga yang merengek di dahan pohon bisa didengar pula, hal yang memang menjadi ciri khas musim panas di jepang.

Hibiya seharusnya bisa menikmati semua itu andai saja dia tidak memiliki beban pikiran sama sekali. Duduk sendiri di depan jendela kamar, sang bocah berencana untuk pergi ke taman agar dapat bertemu dengan ibunya. Namun begitu, ada satu hal yang menjadi masalah; secara Hibiya tidak yakin apakah dia siap dengan apa yang akan dikatakan ibunya nanti.

Hibiya menghela napas berkali-kali seiring dengan keraguan yang semakin memenuhi hatinya. Diawasinya kamar tempat dia beristirahat dan disadari olehnya kalau dia tidak boleh berlama-lama di rumah Rika, atau ia hanya akan menjadi beban bagi keluarga pembuat kue yang sudah dengan baik hati menolongnya itu.

Hibiya melihat sebuah kaca dengan ukuran satu badan tak jauh dari sana. Menatapnya cukup lama sebelum memutuskan untuk mendekatinya. Bercermin sembari melihat bayangannya sendiri, Hibiya berpikir kalau perban yang membungkus luka di keningnya sungguh mengganggu.

“Toh, lukanya sudah kering...” pikir Hibiya dalam hati sebelum dengan hati-hati mulai melepas perban tersebut yang ternyata cukup tebal.

Saat semua perban dilepas, didapatinya sebuah bekas luka di kening yang cukup jelas di dahinya. Untungnya, Poni depan Hibiya cukup panjang sehingga dengan mudahnya sang bocah menutupi luka itu tanpa kesulitan berarti.

Hibiya menarik napas dalam-dalam untuk ke sekian kalinya, tampak jelas bahwa dia sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan setelah ini. Mengambil jaket ber-hoody miliknya sebelum dengan segera melangkah pergi keluar dari kamar, melewati sebuah koridor sepi sebelum menuruni tangga.

Rika bersama ibunya yang segera menyadari kehadiran Hibiya hanya berdiri diam di sana. Hibiya sendiri hanya tersenyum saat melihat mereka.

“Kau sudah tidak apa-apa, nak Hibiya?” tanya Ibu Rika tiba-tiba sembari menghentikan pekerjaannya membungkus kue.

Hibiya hanya mengangguk sembari tersenyum.

“Aku sudah tidak apa-apa... bibi...”

“Yang kumaksud bukan hanya luka di keningmu saja, nak...” potong ibu Rika yang terang saja membuat Hibiya terdiam.

Hibiya tampak ragu pada awalnya, sesaat ingin menjawab kembali hanya untuk dihentikan oleh Rika.

“Kau selalu bisa ke sini...” jawab sang gadis lembut yang justru ditangkap Hibiya sebagai ungkapan rasa kasihan terhadap dirinya.

Heat Haze DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang