3 • Time Left

339 23 2
                                    

Peter beranjak menuju meja makan. Ia dapat melihat Tony duduk menunggu Peter terdiam. Peter memicingkan matanya. Tony terlihat sedang mengamati sebuah foto
(?) Peter tidak tahu, yang pasti Tony terlihat muram.

"Dad?" sapa Peter yang ternyata sangat mengejutkan Tony. Ia terlihat terburu-buru memasukkan kembali benda yang ia amati itu ke dalam kantung celananya. Peter mengerutkan dahinya.

"Ow, hey kid. Kau membuatku menunggu lama sekali." kata Tony terlihat gugup.

Reaksinya sama seperti dulu ketika Peter menangkap basah Tony meminum alkohol. Padahal, Uncle Rhodey sudah menarik urat memarahi Tony agar tidak minum-minum terutama ketika ia telah mengadopsi Peter.

Sebenarnya, Peter berniat untuk menanyakan apa yang membuat Tony terlihat muram. Tapi, tidak tahu mengapa, Peter mengurungkan hati dan niatnya. Ia tidak ingin merusak makan malam ini.

Sebagai balasannya, Peter menorehkan senyum dan tawa kecil yang menggemaskan di bibirnya.

"Hehehe, sorry Dad. Aku mengerjakan pr chemistry ku tadi." Ia memotong ucapannya untuk duduk di hadapan Tony.

Mereka pun mulai makan. Masih dengan kesunyian yang entah bagaimana terasa canggung.

"Kau tahu, Dad! I love chemistry so so much! Shout out to you and Uncle Bruce yang telah mengajarkanku! Semua terasa mudah!" ucap Peter penuh semangat berusaha membangun pembicaraan di antara keduanya.

"You love chemistry more than me?" tanya Tony dramatis sambil menunjukkan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Ugh, Dad. Of course no! I love you so much." Peter menampilkan sederet giginya, sangat menggemaskan.

Tony pun tertawa lebar melihat Peter. "I love you too, son." balas Tony dengan senyumnya.

Lalu, mereka lanjut makan dihiasi oleh beribu-ribu cerita Peter yang tidak ada habisnya.

Dalam hati kecil Peter, celotehannya itu semua guna untuk mengobati muram di hati ayahnya. Dan sepertinya ia berhasil menghibur ayahnya itu.

•  •  •

Kini Peter telah kembali ke ruangannya. Setelah menggosok gigi dan memberi ucapan selamat malam pada Tony, ia langsung bergegas melanjutkan rasa penasarannya yang sedari tadi ia tahan.

Ia mengunci pintu kamarnya, berjaga-jaga agar Tony tidak muncul tiba-tiba.

Tidak lupa ia mengingatkan Friday untuk tidak membocorkan pada Tony bahwa ia belum tidur.

"Friday?"

"Yes, Peter?"

"Please dont tell anything to Dad kalau aku belum tidur dan akan melakukan sesuatu."

"Apa yang akan kau lakukan, Peter?"

"Hmm.. Aku akan memberi tahu jika kau berjanji tidak memberi tahu Dad." Ancam Peter. Peter tahu bahwa ayahnya memantau dirinya diam-diam melalui Friday.

"Asal bukan sesuatu yang membahayakan."

"No, no, no. Aku tidak melakukan yang berbahaya. Aku hanya sedang menyelidiki sesuatu..." Peter menyanggah Friday dengan menggantungkan kalimatnya di udara. Ia ragu, apakah ia perlu memberi tahu siapa yang ia ingin telusuri?

"Adakah yang bisa ku bantu, Peter?"

Peter memutar matanya lelah. Friday cukup terlalu cerewet untuk dirinya yang sedang dirundung rasa penasaran, gugup, dan khawatir bersamaan.

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang