Seoul malam itu ramai seperti biasanya. Lalu lintas tidak pernah lenggang dan orang-orang sibuk dengan urusannya sendiri. Pun begitu dengan Kim Mingyu, pemuda yang saat ini berjalan gontai seorang diri di trotoar. Pakaiannya lusuh, terutama kaos setengah basah yang dilapisinya dengan sehelai parka.
Di tangannya terdapat sebuah wadah kecil yang mengepulkan asap, kue beras panas dengan kuah super pedas. Mingyu membawa dirinya terus berjalan, perutnya lapar tapi dia belum menemukan tempat untuk mengistirahatkan diri.
Ketika sampai di halte, tanpa fikir panjang dia langsung duduk disana. Meniup-niup topokki nya sambil memikirkan apa saja yang telah terjadi hari ini.
Ia lelah sekali, mungkin karena dia berlatih menari selama lebih dari dua belas jam. Tenggorokannya juga terasa agak serak, dia menghabiskan banyak waktu di kelas vokal.
Menjadi seorang trainee sepertinya tidak lah mudah. Meskipun dia berada di agensi yang cukup terkenal, dan memiliki wajah tampan mirip idol terkenal, itu tidak menjamin masa pelatihan nya akan cepat berakhir.
Sudah dua tahun Mingyu menjalani hidup sebagai seorang trainee, dia memutuskan untuk mengejar mimpi nya sebagai idol setelah dia tidak lolos seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri.
Menjadi trainee tidaklah seindah yang dibayangkan, Mingyu seringkali menemukan dirinya seperti berjalan di sebuah lorong gelap yang tiada berujung, entah lorong itu akan membawanya kemana.
"Huft, seandainya saja aku bisa tiba-tiba debut, itu sungguh sangat membahagiakan." Mingyu mengusap peluh nya, punggungnya teras dingin karena keringatnya mulai tiris sedangkan bajunya masih basah.
Sambil menunggu bus, Mingyu mengunyah topokki. Kadang-kadang dia punya fikiran untuk mencari kerja di tempat lain saja. Tapi rasanya sayang sekali, apalagi jika mengingat orang tua nya sudah keluar banyak biaya untuk masa pelatihan nya ini. Dan lagi, dia sudah melangkah begitu jauh, putar balik pun rasanya akan sangat jauh.
Mingyu menaruh sejenak wadah topokki nya, ia memeriksa ponselnya. Sekadar melihat apakah ibunya mengirimkan pesan, ternyata tidak ada satupun. Hanya ada obrolan dari grup trainee di agensinya.
Jadi Mingyu membuka laman sosial medianya, menggulir beranda dari atas kebawah, hanya untuk melihat postingan teman-teman nya.
"Hah~ lihat itu, mereka sudah menjalani hidup yang lebih baik, tapi aku masih saja merangkak di gorong-gorong mimpi seperti ini."
Mingyu memasukkan kembali ponselnya kedalam saku, tidak tahan dengan kedengkian dan lelah yang mulai menggelayuti belakang kepalanya. Tangannya bergerak mengambil kembali wadah topokki nya, melanjutkan makannya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Mingyu melihat seseorang yang berjalan menuju tempatnya duduk sekarang, dengan pandangan yang terus menoleh ke kanan dan kiri, seperti sedang mencari-cari sesuatu.
Mingyu mengernyit, apalagi ketika orang itu buru-buru menghampiri nya.
"Astaga Song Yuvin, aku sudah bilang berulang kali, jangan sembarangan!"
"Uhuk!" Mingyu terkejut bukan main, apalagi orang itu tidak hanya berseru tapi juga menepuk bahunya cukup keras, membuat kunyahan topokki nya menabrak tenggorokan, Mingyu tersedak.
Orang itu tidak peduli bahwa Mingyu tersedak, ia justru menarik tangannya. Membuat Mingyu mau tak mau berontak sampai makanannya jatuh.
"Hei, tunggu dulu!" Mingyu berucap kesal melihat topokki nya teronggok tak berdaya di dekat kakinya.
"Jangan banyak omong! Cepat ikut, manajer Kim akan mendamprat mu nanti!" Orang itu memberikan tatapan intimidasi seolah-olah dia akan menelan Mingyu hidup-hidup seperti harimau buas.
YOU ARE READING
Take On Me (MEANIE FANFICTION)
FanfictionWonwoo adalah asisten manajer bagi seorang idol terkenal, Song Yuvin. Malam itu, tiba-tiba Yuvin menghilang dan membuat Wonwoo kalang kabut mencarinya. ia menemukan Yuvin di halte bus, lalu cepat-cepat membawanya ke gedung pertunjukan musik, sayangn...