Panic Attack

Mulai dari awal
                                    

"Papamu lagi jemput mamamu..."

"Kan mama di lumah" Xiaojun ngebales bingung

"Um, tadi mamamu sempet ke..."

"Supermarket.. Beli es krim. Buat Xiaojun" Ten nyelesein alesannya Johnny

"Nako nggak?"

Ten senyum, "Oh! Dibeliin juga dong.."

Hendery bingung, dia langsung ngomong, "why? Why uncle winwin go there buying sweets?"

"Because Xiaojun and Nako likes it"

"Kita juga.. But you never buy for us!" San ngomong ke Ten

"Well y'all consumig too much sweets" Ten ngeliatin San songong

"Zurui!" (Ga adil!) San ngedengus

Johnny keselek air ngedenger anaknya, "Darimana lagi itu kata-kata?"

San senyum manis, "my love Yangyang" terus dia ngelirik kembarannya, "aren't you angry?"

Hendery melengos, "nope. I have him" dia langsung ngerangkul Xiaojun

San ngegidik, "whatever. Xiaojun won't pick you"

"Yangyang won't pick you either--"

"No! He loves me!"

"Kids.." Johnny pening, "...please just finish your dinner."

--^^--

"Gimana, sus?" Yerin nanyain dokternya.

Kok bisa ada Yerin? Soalnya semua orang yang terlibat di hal tadi lagi ga bisa diajak ngobrol tenang semua.

Kenapa?

Well... Winwin ketembak.

Jadi, Sinbi nelpon Yerin sama Lisa buat ke rumah sakit, selagi dia sama sebagian anak buahnya nanganin 'tersangka'.

Rumah sakitnya kecil dan cukup sepi. Pegawainya pun dikit yang keliatan.

"Pasien masih dalam pengaruh obat bius. Bagian yang tertembak bukan bagian tubuh yang vital, jadi keadaannya stabil."

"Bisa ditengok sekarang, sus?"

"Untuk sekarang belum. Tapi nanti bisa di jenguk jika sudah dipindahkan ke ruang rawat"

Lisa ngangguk, "oke sus.. makasih"

"Yut.. kalian pada belum makan kan? Kita turun dulu ya.. Beli makanan" Lisa sama Yerin ngomong dan cuma dibales anggukan doang

Yuta daritadi cuma duduk diem sambil ngeliatin Renjun yang penuh luka luka ringan sama lebam. Anak itu masih diem, sesekali ngeringis tiap lukanya nyentuh kapas alkohol.

Jaemin ngelingkerin lengannya, meluk Renjun dari samping. Nyoba nenangin cowok itu. Jeno cuma diem, tapi tangannya ngegenggam tangan kecilnya Renjun yang dingin banget

Yuta merem. Pikirannya mumet. Ngerasa bersalah, khawatir, sedih, kesel. Gara-gara keluarganya, Winwin jadi gini. Bahkan adeknya Winwin pun sampe keseret masalah biarpun dia ga tau apa-apa.

"Kak.." Yuta langsung ngedongak. Renjun udah jalan kearah dia.

Bruk!

Yuta kaget pas tiba-tiba anak itu berlutt di depannya Yuta dan nangis sesegukan, "Maaf. Maaf.. Gege kayak gini gara-gara aku."

Hah?! Yuta ga habis pikir. Kok bisa bisanya dia ngomong ini salahnya?!

"Harusnya aku aja yang ditembak.." dan udah.. Itu kata-kata terakhir dia sebelum sesegukan lebih parah lagi dan ga bisa ngomong.

UPW - Urusan Pasca Wedding (NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang