11

1.5K 173 1
                                    

Apa yang baru saja (y/n) lihat, membuatnya merasa sangat terpukul dan kaget. Darah mengucur dari dada kiri pak Junhui dengan pisau yang masih menancap di dadanya. Badannya lemas tak berdaya, namun ia masih sadarkan diri.

"P-pak Junhui!!" (Y/n) kaget bukan main.
Seakan merasa tak percaya, aku mendekati pak Junhui dengan perlahan. Dengan cepat (y/n) merogoh saku roknya dan segera menelepon ambulans.

"Halo? Tolong segera ke alamat ini xxxxx secepat mungkin karena ini darurat. Kumohon..." ujar (y/n) dengan cepat tanpa jeda

"(Y/n).... 对不起... (maaf...)"

"Jaga... dirimu baik-baik....ya...?" Ujar pak Junhui dengan suara yang kecil, seakan tak bertenaga.

"Pak, jangan tutup matamu. Kumohon."

Tak henti-hentinya pak Junhui merintih kesakitan. Chika, yang sedaritadi hanya diam mematung seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Kak Chika, kau tidak pantas disebut manusia." Umpat (y/n)

Mendadak, Chika berlari keluar diri dan pergi rntah kemana. Yang jelas, ia melarikan diri. Langkah kakinya terdengar jelas di telinga (y/n).

"Kak Junhui, jangan tinggalin aku..."

"Jangan tutup matamu. Tolong..."

Rasa khawatir, panik dan sedih (y/n) memuncak hingga dia tak bisa menahan matanya. Tangisannya pecah. Isak tangisku semakin menjadi-jadi...

"(Y/n)...."

"我爱你... (aku mencintaimu)..." lanjutnya.

"我也爱你 (aku juga mencintaimu)"

Selang beberapa detik kemudian, Ambulans pun tiba. Pak Junhui pun dibawa oleh petugas dan di bawa masuk ke ambulans. Tak hanya sampai disitu, (y/n) di minta petugas ambulans untuk ikut ke rumah sakit. Karena belum cukup umur, (y/n) tidak diperbolehkan ikut ke rumah sakit.

"Siapa dia?" Tanya salah seorang petugas ambulans.

"Wen Junhui, guruku."

"Apa yang baru saja terjadi?"

"Pembunuhan. Namun pelakunya kabur entah kemana. Namun, pelakunya adalah kekasihnya sendiri."

"Apa?! Nak, kamu harus melaporkan ini kepada polisi. Pihak rumah sakit akan menghubungimu. Berapa nomor teleponmu?" Tanya petugas itu sambil menyiapkan kertas dan bolpen untuk mencatat nomor telepon (y/n). (Y/n) pun memberikan nomor teleponnya.

"Baiklah. Nanti akan kami beri kabar."

"Baiklah."

Petugas ambulans itu pergi dan membawa pak Junhui ke rumah sakit. Kini hanya aku seorang diri yang berada di rumah pak Junhui.

Kantor polisi

Niat (y/n) untuk melaporkan kak Chika semakin tinggi. Namun, tiba-tiba ada ide yang entah muncul dari mana sehingga membuat niat (y/n) nyaris buyar.

Bagaimana caraku melaporkan ke polisi?

Hanya aku satu satunya saksi mata ya...

(Y/n) kembali masuk ke dalam rumah dan berdiam diri sejenak. Ia duduk diatas sofa ruang tamu, tempatnya belajar. (Y/n) menenangkan dirinya sejenak, kemudian ia menengadahkan kepala. Matanya tertuju pada sesuatu yang tak asing, yaitu CCTV.

Dengan cepat, (y/n) menghubungi polisi dan melaporkan kejadian ini. Sirine mobil polisi pun terdengar, polisi membuka pintu dan tiga orang polisi lainnya datang dan menginterogasi TKP.

Teacher. ✔ || Wen Junhui × YouWhere stories live. Discover now