Sedang sosok lain juga tengah mati-matian menahan malu, menghilangkan rasa canggung pada dirinya sendiri. Kakinya terus saja melangkah tanpa henti, tujuannya pun entah kemana karena dirinya benar-benar tidak bisa mengendalikan diri. Tapi semesta benar-benar mengejutkan keduanya.

Ya, Adam dan Alsa malah dipertemukan oleh semesta dalam keadaan yang sama-sama tidak jelasnya. Keduanya diam. Yang satu tersenyum kebingungan, yang satu lagi diam beku bahkan salah tingkah karena mengingat akan kejadian sebelumnya dirumah.

Dengan kikuknya, Adam melambaikan tangannya. Eh, jangan salah. Bukan maksud Adam untuk melambai layaknya bencis yang sering dilakukan Rei. Melainkan rasa geroginya yang membuatnya tanpa sadar melakukan hal yang gak dia banget! Sementara Alsa masih saja tersenyum. Tapi, kini senyumnya benar-benar lepas. Berusaha mungkin untuk melepaskan beban yang masih saja mengganjal pikirannya. Dengan memberanikan diri, Alsa mulai mengatakan semuanya.

"Alsa udah ngomong sama kak Anhar. Dan ..."

Adam lantas kembali menegang mendengar kalimat Alsa yang sengaja digantung. Jangan sampai Alsa kepelukan cowok itu, harapnya.

"Alsa pilih Adam. Adam gimana?" Ceplosnya dengan lantang. Jelas saja membuat Adam langsung tambah beku dibuatnya.

Harusnya Adam mengolok sekarang,
Harusnya Adam mengomel mendengar kalimat absurd Alsa,
Harusnya Adam menampilkan ekspresi kesal setengah mati karena tingkah Alsa yang tak pernah benar dimatanya.

Tapi sekarang?

Adam kicep dibuat Alsa.

Hatinya otomatis berdegup kencang. Merasakan sensasi serangan jantung kecil karena ucapan gadis mungil dihadapannya.

Kenapa gue jadi selemah ini?! Gumamnya dalam hati. Melihat Alsa yang masih menunggu jawabannya, Adam tambah beku, juga bingung. Ternyata secepat ini Alsa membuat keputusan.

Tapi.

"Sa, gue ragu." Ucap Adam. Dia mendekat, ingin menatap Alsa lebih dekat lagi. Memastikan semuanya benar atau hanya gurauan. Tapi mata gadis mungil di depannya benar-benar terlihat jujur. Tak ada yang ditutupi darinya. Tapi kenapa dirinya masih saja RAGU?!

"Kata Adam, kalau Alsa gak sama Kak Anhar, Adam mau maju. Tapi kok Adam ragu?"

Shit! Adam mengumpat keras-keras. Mengumpat pada dirinya sendiri. Menyesalkan kalimatnya yang ikut ceplas-ceplos seperti Alsa. Tapi ... argh kenapa kata tapi selalu saja ada dalam benaknya sekarang?

"Sa," panggilnya lembut.

Mendengar itu, Alsa lantas menaikkan sebelah alisnya sebagai bentuk respon untuk Adam. Adam makin saja mengumpat karena gemas sendiri dengan gadis mungil ini.

Benar-benar merepotkan!

"Kenapa Dam?" Alsa yang bingung kembali menyadarkan Adam.

Adam lantas menarik napas dalam-dalam. Mempersiapkan diri untuk mengungkapkan semuanya.

Semoga aja ini yang terbaik buat gue juga Alsa. Semoga.

"Gue sekarang maju buat jadi orang yang lo sayang. Lo mau kan?"

Alsa lantas tersenyum lebar. Membuat Adam lega, tak lagi tegang seperti awal. Tapi,

"Em maksudnya gimana ya?" Tanya Alsa dengan senyum yang kini terlihat kikuk dan menyebalkan.

Andai saja dagu Adam ini sama layaknya dagu tokoh kartun, mungkin dagunya sudah jatuh saking kagetnya. Mulai sekarang mungkin dia butuh sabar yang amat banyak untuk menghadapi Alsanya. Eh?

"Gue sayang sama lo udah."

Alsa masih mengernyit. "Udah? Kita gak pacaran?"

Adam makin gemas dibuatnya. Tangannya otomatis mencubit gemas pipi Alsa. Tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang melihat, Adam masih saja betah mencubit Alsa gemas juga tetap bertahan ditengah jalan komplek yang sedikit ramai. Biar jadi saksi katanya.

"Lo tuh ya!! Intinya gue sayang udah. Gemesin banget tau gak!! Lo tuh bener introvert apa gak coba? Ngomong ceplas-ceplos gini gada jaimnya Sa." Geramnya. Tangannya masih belum juga lepas dari pipi Alsa.

Alsa lantas tertawa lepas mendengarnya. Dia jelas mampu menangkap maksud Adam, ya dia tidak sebodoh apa yang Adam kira.

"Hahaha ... udah ih sakit Dam." Mendengar rintihan Alsa, Adam lantas melepaskan cubitannya. Ya walaupun masih ada rasa gemas tapi kasihan Alsa.

"Tadi kamu tanya apa? Alsa benar introvert atau gak gitu?"

Adam lantas mengangguk. Tangannya masuk kedalam saku hoodie, menampilkan tampang sok cool yang malah terkesan tengil dimata Alsa.

Alsa lantas menatap langit. Tersenyum sebentar, kemudian menarik napas dan menjawab pertanyaan sederhana dari Adam.

"Mau introvert atau bukan. Yang jelas, Alsa selalu jadi diri sendiri di depan kamu Dam." Jawabnya dengan santai yang malah membuat Adam terperanjat.

***

Ehe selesai. Intinya mereka bareng udah.

Btw maaf banget ya aku ngareeet banget updatenya :v gak banget ding tapi malah banget banget banget +++
Tapi yang jelas ini bener-bener udah selesai. Maaf mungkin endingnya gak banget, gantung atau belum jelas semua. Doain biar akunya niat revisi apa niat nulis ulang di ms word buat dikirim ke penerbit :v aminin dulu aja udah.

Yang jelas sih, makasih untuk kalian yang masih nyimpen cerita ini di library. Makasih juga member grup INYROVERT? yang sekarang udah bubar :v

Tapi btw jangan dihapus dulu ya, karena maybe kalau aku niat bakal ada ekstra part buat cerita ini.

POV nya Sasa, Azka, Anhar, juga ayahnya Alsa. Nah kannn penasaran kan.

Udah ah. Gamau banyak bacot intinya terimakasih dan maaf untuk kekurangan aku dalam penulisan cerita ini ya ...

Bye bye sayaaang💗💗

Introvert?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang