❄️ BAB 04: Hush!

Start from the beginning
                                    

Selesai merangkum banyak informasi penting dari sebuah buku yang menjelaskan sejarah kota Praha dan juga satu literatur tentang bagaimana Islam masuk ke kota ini, aku lalu memutuskan untuk keluar dari sana. Ponselku sudah bergetar dari tadi yang kemungkinan itu dari Astrid atau Wisnu. Namun rupanya itu nomor baru dengan kode telepon +420. Lima panggilan tak terjawab. Kurasa tak lama lagi nomor itu akan meneleponku kembali. Tebakanku tidak meleset.

"Halo?" kujawab sambil berjalan di sepanjang koridor perpustakaan menuju area luar.

"Ini dengan Sultan?" suara seorang perempuan dengan bahasa Inggris aksen Ceko.

"Ya?" setiap dapat panggilan dari nomor lokal Ceko aku selalu berusaha untuk responsif secepat mungkin. Kalau-kalau itu dari asistennya profesor yang tidak hanya satu.

"Oh, ini aku, Helga," ujarnya.

Aku masih sibuk berjalan. "Helga?"

"Aku dapat nomormu dari Wisnu. Kau pernah melihatku beberapa hari yang lalu."

"Ah, ya. Kakaknya Sergey. Betul?"

Helga terkekeh.

"Ada yang bisa kubantu?"

"Um, pagi tadi aku menagih Wisnu apakah dia sudah memberitahumu soal permintaanku atau belum."

"Oh, iya."

"Kau benar-benar tidak bisa?"

"Um."

"Bagaimana kalau kubayar dua kali lipat?"

"Helga, bukan soal itu."

"Wisnu bilang kau sedang di almamaterku. Makanya aku langsung ke sana saat diberitahu. Sepertinya harus aku yang bernegosasi soal ini."

"Kau ... di mana?"

"Aku yang tanya, kau di mana?"

"Aku ... ini sedang keluar dari perpustakaan universitas."

"Aku di st. Celetna. Aku bisa menyusulmu di sana. Tidak lama."

Aku tidak tahu kenapa dia antusias sekali. Lalu sejurus kemudian dia mengirimiku sebuah lokasi melalui WhatsApp. Aku putuskan untuk menemuinya. Langkahku terdengar gemeresak di atas salju tipis. Sebuah mobil tua berwarna hitam terparkir di tepian jalan. Atapnya masih ada sisa salju yang dibiarkan. Dan di sana seorang perempuan sedang berdiri bersandar pada pintu mobil itu. Aku langsung mengenali wajahnya. Kucoba untuk tersenyum.

"Hai," sapanya ramah. Tangannya yang terbungkus glove terulur minta bersalaman. Kubalas salam itu selagi tanganku juga memakai glove. "Aku Helga. Kita belum resmi berkenalan sejak malam itu."

"Sultan," jawabku singkat. Kucoba untuk ramah.

"Um, ya. Kita akan berbicara di sini?"

Aku masih memikirkan.

"Aku curiga salju akan turun lagi," tambahnya.

Masih kupikirkan.

"Kau pasti belum makan, ya? Aku punya tempat yang bagus untuk berbicara. Kutraktir makaron? Sungguh, aku tidak pernah seserius ini meminta seseorang untuk berbicara. Maksudku ini penting."

Jantungku berdebar. Bukan apa-apa. Maksudku Helga ini perempuan. Dan aku belum berani membiasakan diri lagi jika hanya seorang diri. Tapi Wisnu selalu berpesan, lawan.

"Tapi sepertinya aku tidak bisa lama," jawabku setelah mempertimbangkan.

"Karena Wisnu mengajakmu menghabiskan malam tahun baru bersama. Aku tahu. Dia juga mengajakku. Aku janji, Sultan, ini tidak akan lama."

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now