❄️ BAB 02: Apa dan Kenapa

6.6K 1K 501
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 5 Mei 2019 (BAB 2)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Bab 02 - Apa dan Kenapa

***

Prague, Czech Republic - Winter

[Sekarang - Sultan El Firdausy]

...
"Aku sudah salah masuk kamar dia dan sekarang kamu malah rekomendasiin pada keluarga itu supaya aku jadi terapisnya?" aku sedikit bernada protes. Kami sudah pulang ke apartemen sekitar pukul sebelas malam. "Yang wajar aja dong, Nu. Mia Kathleen nggak salah paham sama aku saja itu sudah mendingan. Keluarganya nggak mikir yang aneh-aneh ke aku pun aku udah bersyukur. Dan biar aku tegasin sekali lagi, aku membaca buku untuk orang yang membayarku itu bukan terapi. Aku bukan terapis, oke?"

"Kamu tenang dulu deh. Biar aku jelasin," Wisnu mengambil posisi duduk di sofa seberang. "Persisnya aku nggak merekomendasikan kamu untuk jadi terapisnya. Tapi, Helga yang meminta."

"Helga siapa?"

"Kamu lihat kan perempuan yang memakai kursi roda satunya lagi? Yang keluar dari dapur membawa baki berisi kue. Yang makan bareng kita. Hum?"

"Kenapa memangnya," jawabku datar.

"Dia Helga. Kakaknya Mia dan Sergey. Asal kamu tahu Helga tidak masalah dengan kakinya."

"Lalu apa maksudnya kursi roda itu? Kamu pikir aku nggak ngerti fungsinya? Meskipun aku sudah setengah gila bukan berarti aku kehilangan pengetahuan dasarku tentang fungsi benda-benda, oke?"

"Kamu mulai tempramental," wajah dan tatapan itu selalu bisa membaca apa yang aku rasakan. Aku tidak bisa menampik ini. Wisnu dan Astrid sama-sama bisa mengerti emosi seseorang dengan baik. "Aku nggak bisa melanjutkan ini kecuali kamu mau mereda dulu emosinya," tambahnya.

Aku lalu membelesak pada sandaran sofa. Mengusap wajah dengan telapak tangan. Mengulang istigfar dalam hati. Semua ini sangat menyiksa saat kecemasan itu berimbas pada ketidakstabilan emosiku dalam merespons sesuatu. Sangat menyiksa.

"Aku sudah bersumpah pada Astrid dan kamu sendiri bahkan, kalau aku akan menanganimu dengan baik. Aku nggak akan mempermainkan kamu, Sul. Dan ini salah satu metode yang sering aku praktikkan."

"Tunggu, jangan ke sana dulu bicaranya. Aku perlu dijelasin kenapa Helga ... ya, kamu tahu."

"Jadi kamu sudah bisa diajak ngobrol sekarang?"

Aku mengangguk tak yakin.

"Karena kalau kamu masih membawa-bawa emosi dalam obrolan ini, aku lebih baik diam."

Aku menghening beberapa saat. Menarik napas dan mengeluarkannya melalui mulut beberapa kali. Diam lagi. Menunggu sampai detak jantungku normal kembali temponya. Lalu, "Oke, aku bisa."

"Bagus. Lakukan persis seperti itu kalau mulai panik. Kamu bisa melakukannya tanpa aku minta. Tidak sulit."

Aku mengangguk, "Jadi bagaimana?"

Wisnu tersenyum karena aku sudah bisa mengendalikan diri.

"Helga penjual bunga ketika siang, tapi penyanyi kafe ketika malam."

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now