Menghening beberapa saat. Ruang tunggu dan lorong yang sepi tanpa percakapan panjang membuat suasana semakin dingin. Melingkupi perasaan cemas dan gelisah yang menjadi satu. Sampai kemudian Han GoEun kembali bersuara. "Ibu, perlukah kita merekrut pegawai untuk bekerja di restoran?" tanya GoEun pelan.

"Apa kamu bilang?"

Itu bukan suara sang Ibu, bahkan mereka berdua menoleh cepat ke arah sumber suara yang tiba-tiba ikut bicara di sela percakapan. Mendapati kehadiran Han Dongsun yang menatap sinis.

Han GoEun menghela nafas panjang. Berdiri menyambut kakak tertuanya yang tampak tak bersahabat. "Oppa—"

"Kamu datang ke sini hanya untuk membuat restoran menjadi milik orang lain?" sela Dongsun. Begitu dingin mengintimidasi sang adik yang kini menatapnya heran.

"Apa maksudmu? Aku hanya memberi solusi agar Ayah tidak kelelahan mengurus restoran. Kenapa kamu justru terlihat kesal?"

"Sepertinya kamu lupa pada kejadian beberapa tahun lalu—"

Han GoEun mendengus kasar. "Tidak perlu diingatkan. Aku masih ingat dengan jelas."

"Seharusnya kamu tidak memberi solusi seperti itu jika masih mengingatnya." tukas Dongsun membuang nafas.

"Lalu bagaimana caramu untuk mengatasi restoran? Kamu juga jarang berada di restoran karena sibuk dengan rutinitas pengangguranmu!" balas GoEun sengit. Membungkam mulut Dongsun hingga tidak kuasa berkata apapun untuk melawan. Seraya tertampar kenyataan oleh ucapan sang adik.

"Kalian berhentilah bertengkar." sahut sang Ibu memisahkan. Kedua tangannya menarik pergelangan masing-masing tangan anaknya untuk duduk bersama.

"Ibu, aku akan mencari pegawai yang bisa membantu kita." tutur GoEun kembali pada topik. Tak mengindahkan ketidaksetujuan Han Dongsun padanya.

"Memangnya mudah untuk mempercayai orang?" Dongsun menyela.

"Karena itu, kita harus pintar memilihnya." terang GoEun tak mau kalah.

"Kenapa juga kamu harus ikut terlibat dalam urusan restoran?" sergah Dongsun. "Jika menjadi penata rias adalah tujuanmu maka lakukan saja dengan sungguh-sungguh!"

"Oppa—"

"Dongsun,"

"Kamu selalu saja berupaya agar terlihat lebih hebat di mata keluarga! Saat ini kamu sedang melakukan pemagangan di sebuah agensi besar. Lalu bertekad juga untuk mengurusi restoran dan mencari pegawai. Tidak cukupkah membuatku semakin kecil di keluarga ini?"

Luapan emosi Han Dongsun berbalik membuat Han GoEun tak mendapat kalimat yang tepat untuk menjawab. Bibirnya terlalu kelu karena selama ini Han Dongsun tidak pernah mengatakan apapun mengenai perasaannya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu—"

"Jika tidak bermaksud seperti itu, lakukan saja pemaganganmu dengan benar! Biar aku yang pengangguran ini mengurus keadaan restoran!" emosi Han Dongsun kesal.

"Dongsun, ada apa denganmu? Ini rumah sakit. Tenanglah sedikit!" ujar sang Ibu mengomeli. "Kenapa juga kamu harus berkata seperti itu pada adikmu sendiri?"

Han GoEun tertunduk dalam. Menautkan genggam dengan perasaan terluka. Dia pikir dengan melakukan pemagangan di perusahaan besar akan membuat Han Dongsun lebih mengakui kemampuannya dengan bangga. Dapat mengurangi beban yang musti ditanggung dari pendapatan restoran. Tapi kenapa seperti ini?

[REVISI] My Boyfriend, Jeong Jaehyun.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora