Happy reading
.
.
.
Off memarkirkan sepedanya dihalaman rumah Tay. Setelah lelah berkali kali mencoba menghubungi Tay namun tak diangkat, Off menelepon ibu Tay dan mendapat info bahwa sahabatnya itu masih bergelung ria dalam kamarnya bersama Gun
'ck, harusnya Mook mengizinkan ku bolos hari ini'
Ia memencet bel rumah Tay dengan malas dan disambut oleh bibi pembantu
"halo bi" sapa Off dengan senyum yang ia paksakan
"oh nong Off" jawab si bibi dengan senyum tak kalah lebar
"apa Tay ada bi?"
"masih dikamarnya nong, semalam ia mengurus nong Gun yang demam. Sepertinya ia tidak masuk kuliah hari ini"
"boleh aku menemuinya bi?"
"silahkan nong"
Off menaiki tangga menuju kamar Tay dengan perasaan sedikit kesal setelah mengetahui bahwa Tay yang mengurusi Gun
Ia membuka pintu kamar Tay dengan perlahan
"ta—"
Mata Off membulat. Terkejut dengan apa yang ia lihat
Disana, ia melihat dua makhluk yang masih terlelap dengan posisi yang cukup intim
Tay memeluk Gun dengan bibirnya yang hampir menyentuh dahi Gun
Seketika hatinya bergejolak
Entah mengapa ia merasa dikhianati
Tangannya mengepal, wajahnya mengeras. Dengan buru buru Off menutup kembali pintu kamar Tay dan segera berbalik meninggalkan kamar Tay
Ia menuruni tangga dan segera keluar dari rumah Tay tanpa mengatakan apapun
.
.
.
"Gun,bangun ayo makan dan minum obatmu" Tay menepuk pipi Gun pelan seraya mengecek suhunya
'baguslah, suhunya menurun'
Gun mengerang pelan, kepalanya terasa berat
"aku tak lapar phi" ujar Gun pelan dengan mata terpejam
"nong,, kau tak ingin sembuh hmm?" Tay tetap mencoba membuat Gun terjaga dengan menepuk pelan pipi Gun
"......"
"kau harus minum obat Gun"
"......"
"kalau begitu bersihkan dulu badanmu oke, lalu ganti bajumu dengan bajuku. Kau belum mengganti bajumu dari kemarin" ujar Tay mulai menyibak selimut yang menutupi tubuh Gun
Gun terlonjak kaget
"jangan!!" teriak Gun dengan mata membola
Gun tiba tiba terbangun dan menarik selimut yang akan ditarik Tay untuk kembali menutupi tubuhnya
Tay memicingkan matanya antara kaget dan bingung
"kau kenapa nong?" tanya Tay hati hati
Gun terdiam, otaknya menyuruhnya untuk tenang
Gun menolehkan kepalanya sejenak, sadar bahwa ini bukan kamarnya
"nong?" panggil Tay sekali lagi
Gun menoleh, menatap Tay sebentar sebelum akhirnya sadar akan sesuatu
"ah maaf phi, tadi Gun hanya sedikit terkejut. Biar Gun sendiri yang mengganti baju" ujar Gun sambil mengambil baju panjang yang sudah disiapkan Tay dan segera berlalu dari kamar Tay dengan sedikit terhuyung
'ada apa dengannya? Apa dia malu padaku? Bukannya kita sesama lelaki? Untuk apa malu?' tanya Tay sedikit bingung
Gun keluar dari kamar mandi dengan membawa sesuatu ditangannya
"phi, kenapa Gun dipasangkan bye bye fiver? Gun kan bukan anak kecil lagi" kata Gun sambil menyodorkan bekas bye bye fever ditangannya
"bye bye fever itu cocok untuk segala usia nong. Lihatlah, demammu sudah turun. sekarang ayo makan dan minum obatmu" suruh Tay
Gun tak bisa menolak
"phi mae sudah berangkat kerja?aku ingin meminta maaf, pasti aku menyusahkan kalian semalam" Gun mulai menyuapkan nasi pada mulutnya
"hei, tak usah sungkan nong. Aku kan sudah bilang akan menjadi super heromu" ujar Tay sambil mengusak rambut nongnya
"bagaimana? Apa kepalamu masih sakit?" tanya Tay. Gun hanya menggeleng pelan
"semalam apa Gun menyusahkan phi?"
"tidak menyusahkan, hanya membuat ku lelah karena kau mudah terbangun dan berteriak seakan akan mengalami mimpi buruk. Itu terjadi berulang ulang. Membuatku mau tak mau harus sabar untuk membuat mu tidur kembali. Jujur, aku penasaran sebenarnya apa yang kau mimpikan semalam? Kenapa kau terus berteriak 'jangan' atau 'berhenti'? Apa ada yang menyakitimu?"
Hening
"Gun,, jawab aku"
"A.. Aku tak ingat phi. Lagipula itu hanya mimpi"
Bagaimana mau menceritakan kalau yang ia ingat dalam mimpinya hanya tentang luka? Tentang ia yang dipukul ayahnya, tentang Off yang meninggalkannya,tentang kegelapan yang terus menariknya
Kalau ia bisa, ia juga ingin menapaki rasanya bahagia seperti yang lainnya. Ia ingin melepas berjuta luka yang sedang dipikulnya. Tapi apa? Tuhan belum mengizinkan Gun untuk berbahagia
Bersabarlah Gun
"......"
"nanti siang bisakah phi Tay mengantarku pulang?aku tak ingin menyusahkanmu"
"aku sudah bilang kau tidak— ah yasudahlah"
......................................
Gun menyelesaikan makannya dan membantu Tay mencuci piring
Ia merasa bersalah, karenanya Tay tidak masuk kuliah
Terbesit semua kenangan yang telah ia lewati bersama Tay
Bagaimana cara pria itu melindunginya
Selalu ada ketika ia terjatuh
Siap berkorban demi dirinyaIa ingin kisah ini berubah
"phi..."
"hmm?"
"apa sebaiknya aku berhenti?"
Tay menghentikan kegiatan mencuci piringnya dan berbalik menghadap si kecil
"apa? Apa katamu?" Tay mengelap tangannya yang basah pada celana. Berharap ia sedang tak menghayal saat ini
Hening
"aku ingin berhenti phi. Aku lelah"
.
.
.
Heuheuu,,,, rasanya kok saya ingin berhenti sampe sini aja yaa :'(
Maafkan cerita gaje saya wahai umat
051919