SI PINCANG SANG TERORIS

Start from the beginning
                                    

Saat itu sontak aku sangat terkejut mendengar Kanjeng Ahmad berkoar- koar menyatakan kalimat ambigu itu. Pesantren mana yang dimaksudnya ? Karena hanya pesantrenku yang ada di daerah sini. Mulutku melongo sambil melihat kanan kiri. Kenapa mereka diam saja dan malah santai mendengar itu semua ? Terutama Dimas yang berada di sampingku, dia malah terlihat khusyu sambil senyum- senyum menyaksikan Kanjeng Ahmad di depan.

"Dan sekarang, siapa yang bersedia sukarela dan ikhlas untuk menunaikan tugas jihad yang mulia ini ?" tanya Kanjeng Ahmad

Aku mengacungkan tangan, kemudian berdiri.

"Oh Umar anakku, kau bersedia nak ?!"

"Maaf Kanjeng aku sangat keberatan dengan semua ucapanmu tadi. Aku merasa ada yang salah. Menurutku pesantren adalah tempat yang suci, tidak seharusnya kau berkata seperti itu Kanjeng ! Dan lagipula negara kita ini dibentuk bukan hanya oleh orang- orang yang beragama Islam. Sedari dulu persatuan negara kita sudah dibentuk oleh Pancasila. Maaf saya kurang berkenan Kanjeng. " sanggahku.

"Astaghfirullah kau murtad Umar. Mereka itu hanya bersembunyi dibalik pesantren. Sebenarnya mereka adalah provokator pemecah belah umat Islam. Harusnya mereka bersatu dengan kita Umar, bersatu untuk membuat negeri ini Islam. Dan para kiai yang mengaku ulama sebagai pewaris para Nabi itu. Mereka BOHONGG !! Sejatinya akulah utusan Allah itu. HAHAHA !!!"

"Astaghfirullah ! Kau murtad Kanjeng MURTAD ! Dimas ayo kita pulang dan tinggalkan tempat sampah yang kotor inii !" kutarik tangan Dimas yang masih berdiam diri.

"Tidak Umar ! Aku ingin berada dijalan yang benar, aku ingin tetap disini Umar. Aku bosan hidup monoton di pondok. Aku nyaman di komunitas LILLAH ini. "

"Sudah sudahh Dimas, Umar. Sudahlah ! Tak sepantasnya kalian bertengkar. Dan kau Umar jangan pergi dulu, sebaiknya kau duduklah ! Kita bicara baik- baik. Bersyahadat dan istighfarlah supaya pintu hatimu dibukakan dan sadar bahwa ini adalah tempat yang mulia anakku !" potong Kanjeng Ahmad.

"Cuiihh ! NAJISSS !!! Tak akan ku injakkan kakiku ditempat ini lagi !!" caciku sambil pergi.

Akhirnya aku keluar dari komunitas menyimpang itu. Dan berjanji untuk tidak akan pernah kembali. Seminggu berlalu, aku dan Dimas tak saling sapa atau bahkan saling tanya.

Pada saat sedang wudhu, aku mendengar percakapan seniorku.

"Iya mas, aku pun pernah dengar ada komunitas sesat dekat pondok kita. Aku takut ada santri kita yang masuk komunitas itu."

"InsyaAllah ngga bakalan. Kan kemarin Kiai sudah menghimbau para santri untuk berhati- hati dan menjauhi komunitas itu. Awas saja kalau ada santri kita yang kesana !"

Ya Allah untung saja aku telah keluar dari Jahannam itu, tapi hatiku masih khawatir ada yang mengetahui aku pernah menjadi salah satu bagiannya.

Hari Jum'at, libur mengaji aku sedang tadarus al-Qur'an di masjid dan tiba- tibaa ...

"Umaarrr sini kau ! (sambil menarik tanganku)." bisik mas Hikam, ketua keamanan pondok.

Aku dibawanya menuju ruang pengurus dan diriung para senior.

"JAWAB JUJUR UMAR !!! APA KAU ANGGOTA KOMUNITAS LILLAH ?!" bentak mas Ilham, senior pondok.

Aku melongo sambil menggelengkan kepala.

"Ssttt pelan-pelan saja kau ini Ilham ! Trus ini apa UMAR ? Surat ini aku temukan didalam lemarimu!" tanya mas Hikam sambil mengangkat secarik kertas.

"Surat apa mas ?" Jawabku gemetar

"SURAT PERINTAH JIHAD. Dan di dalamnya dituliskan bahwa kau ditugaskan untuk mengebom pesantren ini." bisik mas Hikam

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SI PINCANG SANG TERORISWhere stories live. Discover now