Chapter 2 - Senjata yang Menuntun Sang Vampir

145 7 39
                                    

Katrina memandang sosok asing yang ikut makan malam bersama. Bukan tatapan curiga ia berikan karena anaknya membawa gadis lain ke rumahnya. Melainkan tatapan dan perlakuan hangat yang layak diperuntukkan pada tamu.

Gadis berambut pirang itu nampak menikmati makanan yang disuguhkan oleh tuan rumahnya. Bahkan ia begitu lahap memakannya sampai pipinya menggembung karena banyak makanan di mulutnya.

Sadar dirinya sedang diperhatikan oleh ibu dari Raja Kegelapan di dunia ini. Eleanor cepat – cepat menelan makanan di mulutnya, lalu kembali memperbaiki sikapnya.

"Ah, m... maafkan sikap saya yang tidak sopan."

Eleanor menundukkan sedikit kepalanya sebagai bentuk permintaan maaf.

"Tidak apa – apa. Kamu pasti sangat kelaparan, jadi wajar kalau makannya lahap. Selain itu, tidak perlu bicara seformal itu. Ini hanya makan malam keluarga biasa."

Eleanor mengangguk mengerti.

Vampir dari klan Blackstrand itu memandang sedikit pada dua orang di depannya. Zora tampak memakan makanannya dengan angguk bak wanita dewasa. Sedangkan di sampingnya, tampak si Raja Kegelapan punya cara makan yang berbeda dari semua orang di ruangan ini bahkan saat dirinya masih hidup di Aeterna.

Ragnar yang merasa sedang diperhatikan, langsung menatap pada vampir mungil yang menyembunyikan identitasnya di Bumi.

"Apa ada yang salah?"

"Emm, bagaimana bilangnya, ya? Itu—cara makanmu.... cukup aneh."

"Oh, cuma itu?"

Tidak peduli dengan komentar Eleanor. Ragnar terus melanjutkan cara makannya yang menyuapkan nasi ke dalam mulut menggunakan tangan.

Tahu kalau Eleanor kelihatan heran. Zora turut ikut menjelaskannya.

"Begini Eleanor. Mungkin menurutmu cara makannya Ragnar kelihatan aneh, saat kita semua makan menggunakan sendok dan garpu. Tapi sebenarnya, Ragnar cuma mengikuti budaya yang sudah menjadi kebiasaan di sini."

Mendengar kata 'budaya'. Eleanor memilih untuk tidak mengomentarinya. Mengingat setiap tempat punya budaya yang berbeda – beda. Dirinya memang terlahir di lingkungan bangsawan yang tentunya punya budaya dalam hal perilaku bangsawan. Namun, Eleanor juga pernah berpergian ke tempat lain selama perjalanannya. Dan menyadari bahwa setiap tempat di Aeterna punya budaya yang berbeda.

"Kalau Eleanor kebingungan seperti itu. Apa Eleanor datang dari luar negeri?"

Katrina tahu kalau warna rambut dan mata Eleanor bukanlah ciri fisik yang dimiliki orang Asia, yang umumnya berambut hitam dan mata coklat gelap. Kecuali mereka adalah blesteran antara orang Asia dan luar Asia.

"Iya, saya datang dari benua barat, Eropa."

Walaupun Eleanor tidak menyebutkan asal negaranya. Katrina sudah cukup lega mendengarnya. Rasa penasarannya sudah terjawab.

Itu hanyalah sebuah kebohongan.

Eleanor tidak mungkin mengatakan tempat asalnya yang sebenarnya. Sebagai vampir bangsawan yang datang dari dunia lain, melakukan itu akan menyebabkan kegemparan dan keributan besar. Ragnar dan Zora pun pasti akan memalsukan tempat asal Eleanor yang sebenarnya.

Mata Katrina melihat pada calon menantunya di masa depan.

"Zora, kamu bilang Eleanor adalah temanmu yang punya hobi sama sebagai—cosplayer. Jadi, dia memang berniat mengunjungimu?"

"I... iya begitulah."

Zora tersenyum kecut.

Kebohongan itu merupakan skenario yang dibuat oleh Ragnar dan Zora berdasarkan penampilan Eleanor. Setidaknya itu bisa menutupi identitas Eleanor sementara.

Kehidupan SebelumnyaWhere stories live. Discover now