Tujuh

1 1 0
                                    

Hari ini, hari yang sangat Alena nantikan. Alena akan berada di London untuk mengikuti audisi internasional. Alena tidak pernah menyangka bahwa ia akan sampai ditahap ini. Alena yang dulu dibully, kini akan menunjukan bahwa Alena tidak selemah yang mereka kira. Alena sangat berterimakasih kepada Dava, karena Dava telah menjadi bagian terbesar dalam hidup Alena untuk menggapai impiannya. Sayang hari ini Dava tidak bisa hadir, karena Dava juga sedang ada olimpiade tingkat internasional di Jepang. Mereka berdua telah berjanji akan bertemu setelah urusan mereka selesai. Mereka berjanji akan pulang dengan piala ditangan mereka.

Alena menatap bayangannya di cermin. Ia terlihat gugup. Alena membenarkan gaunnya sekali lagi dan beranjak pergi meninggalkan ruang gantinya. Alena melihat kedua orang tuanya beserta Reno di kursi penonton. Disamping Reno, ada Clara, tunangan Reno yang akan menikah bulan depan. Alena menghela nafas panjang, memantapkan hatinya. Tanpa ragu ia berjalan menuju panggung dengan senyuman manis yang terlukis di wajahnya. Semua orang bertepuk tangan saat melihat Alena berjalan dan menduduki kursi pianonya. Dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya, Alena mulai memainkan jemarinya di atas tuts. Semua orang terbawa akan permainan Alena. Mereka sampai menangis mendengar Alena bermain. Mereka tidak menyangka bahwa Alena dapat bermain seindah ini. Alena mengakhiri permainannya dengan sangat indah. Disusul dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton. Alena tersenyum lega. Ia berjalan meninggalkan panggung dengan senyuman merekah.

Disisi lain, Dava sedang menunggu hasil pengumuman. Pengumuman apakah dia berhasil membawa pulang piala atau tidak. Dan saat melihat hasilnya, Dava bersorak senang. Dava berhasil memenangkan olimpiade sains tingkat internasional. Dava berhasil menunjukkan piala kepada Alena. Dava tidak sabar ingin pulang dan bertemu Alena, menyampaikan kabar gembira ini.

*

Alena menggeret kopernya keluar dari bandara. Bibirnya tak henti hentinya tersenyum. Alena sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Dava, meyampaikan kabar gembira ini pada sahabatnya itu. Alena sangat rindu kepada Dava. Alena memasuki mobil dan bersiap untuk pulang kerumahnya. Namun, Alena menyuruh supirnya untuk pergi ke rumah Dava terlebih dahulu. Alena mengambil ponselnya, mengirim beberapa pesan kepada Dava.
Selang beberapa menit, Alena bingung karena pesannya tak kunjung dibalas oleh Dava. Padahal tadi pagi Dava baru saja mengiriminya pesan, bahwa Dava akan pulang. Alena menyuruh supirnya untuk mempercepat mobilnya.

Alena sampai di sebuah rumah besar berwarna putih. Alena turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah tersebut. Namun yang Alena bingungkan adalah rumah Dava terlihat sepi. Alena memencet bel terus menerus, namun tidak ada satu pun yang keluar. Alena cemas, ia berbalik dan bertemu dengan satpam penjaga rumah Dava. Alena memanggil satpam dan menuliskan sesuatu di bukunya.

Davanya ada pak? Kok rumahnya sepi ya?

Satpam itu membaca tulisan yang Alena tulis, ia sempat melirik sebentar ke arah Alena dan menuliskan sesuatu di buku Alena.

Lebih baik kamu ke rumah sakit sekarang.

Alena mengernyit melihat balasan yang ditulis oleh satpam tersebut. Alena segera berlari menuju mobilnya setelah megucapkan terimakasih. Alena bergegas menuju rumah sakit. Alena tidak tahu ada apa di sana, tapi Alena merasakan firasat yang buruk.

Mobil Alena tiba di pelataran rumah sakit. Tanpa pikir panjang Alena segera berlari menyusuri lorong rumah sakit. Alena melihat banyak sekali polisi memenuhi koridor rumah sakit. Jantung Alena berdegup kencang. Perasaannya semakin tidak karuan. Alena mempercepat langkahnya. Seketika ia berhenti saat dilihatnya Dara, mama Dava, sedang menangis di depan sebuah ruangan. Alena berlari menghampiri Dara. Alena kebingungan apa yang terjadi. Dara yang melihat Alena segera memeluknya. Alena semakin kebingungan, dan tidak sengaja matanya melihat wajah Dava dibalik kain putih. Mata Alena melebar, Alena berlari menghampiri kasur di mana ada seorang mayat laki laki di atasnya. Alena membuka kainnya dengan paksa, dan melihat Dava terbaring di sana. Alena menangis. Menangis sangat kencang sambil terus menggoyang goyangkan tubuh Dava. Alena meneriaki nama Dava dalam hati, berharap Dava akan mendengarnya dan segera bangun. Alena benar benar menangis untuk kedua kalinya. Gian, ayah Dava mencoba menarik Alena, menenangkan Alena.
"Yang sabar Alena, Dava sudah tenang disana"
Tapi Alena tetap tidak mau pergi. Alena tetap menggoyang goyangkan Dava. Alena tetap tidak percaya bahwa Dava telah meninggalkannya.

Sampai dokter menarik mayat Dava, membawanya ke tempat lain. Alena terus mengerjar Dava. Sampai akhirnya ia terjatuh. Alena menangis di atas lantai. Alena hancur. Sangat hancur. Alena sudah berjanji akan bertemu Dava dan memberikan pialanya. Namun, Tuhan malah membawa Dava ikut bersamanya. Alena sakit. Reno datang dan memeluk Alena, mencoba menenangkan adiknya.
Alena butuh Dava.

*

Di pemakaman, Alena membenarkan letak kacamata hitam miliknya. Tangannya menggengam payung hitam, dan tangan satunya menggenggam piala. Setelah prosesi pemakaman Dava, Alena tetap berada di sini sejak setengah jam yang lalu. Entah apa yang ia lakukkan. Ia hanya duduk memandangi makam Dava.

Dava kamu janji kan sama aku bakalan ada buat aku selamanya? Kamu janji kan Dav? Sekarang mana janji kamu Dav? Kamu pergi ninggalin aku. Kamu tahu Dav, aku udah bawa piala ini buat kamu. Aku udah siap untuk nunjukkin ini ke kamu. Aku mau menceritakan segalanya ke kamu Dav. Tentang hari hari ku disana. Tentang bagaimana penampilan ku. tentang semuanya Dav. Dava jangan tinggalin aku. Aku butuh kamu Dav.

*

POV Dava

Seorang laki laki tampan berbaju putih berdiri di balik pohon. Menyaksikan bagaimana orang yang sangat ia sayangi menangis.

Dava sangat ingin berada di sana, di samping Alena. Memeluknya, menenangkannya. Dava sangat ingin menjadi tempat berteduhnya Alena. Dava sangat ingin menjadi tempat Alena bercerita. Tentang segala yang Alena lakukan di hari hari kemarin.

Namun takdir berkata lain, Dava tidak bisa melakukkan itu sekarang. Yang bisa Dava lakukan hanya lah menatap Alena dari jauh. Karena kini, tempat Dava dan Alena sudah berbeda.

"Aku sayang kamu, Alena."
Dava menghilang, pergi ketempat seharusnya ia berada.

"Aku sayang kamu, Dava."
Alena bangkit berdiri dan meninggalkan makam Dava dengan tangisannya.

Takdir memang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun Alena sadar, bahwa ia menyayangi Dava, sampai akhir hidupnya. Alena dan Dava, tidak akan pernah bersatu.

-End-

Melody Milik AlenaWhere stories live. Discover now