Dua

8 1 0
                                    

Setelah kejadian di sekolah itu, Alena jadi senyum senyum sendiri. Alena senang bertemu dengan Dava. Ia senang mengetahui bahwa masih ada orang yang mau berteman dengannya. Alena beranjak dari kasurnya menuju piano yang terletak di luar kamarnya. Alena duduk di depan piano. Tangannya dengan lincah bergerak menelusuri tuts hingga menghasilkan nada nada yang indah. Alena terlalu menikmati permainannya sampai ia tidak sadar kalau Reno, kakaknya sudah berada di sampingnya. Alena menghentikan permainannya dan memfokuskan diri kepada kakaknya itu.

Alena makan dulu.

Alena segera bangit dari kursi pianonya dan pergi mengikuti kakaknya ke bawah untuk makan. Di meja makan sudah ada mama dan ayah Alena yang sedang berbincang bincang. Saat melihat kedua anaknya turun, mama Alena tersenyum ramah.

Alena mendudukan diri tepat di samping Reno. Alena segera mengambil piring dan menunggu giliran untuk mengambil makanan.

Bagaimana sekolah kamu Alena? Tanya ayah Alena.
Ayah Alena memang selalu bertanya hal mengenai sekolah kepada Alena.

Alena tersenyum, Baik ayah

Alena memang tidak pernah bercerita kepada orang tuanya kalau dia di sekolah selalu menjadi bahan bullyan, sehingga mama dan ayahnya selalu mengira bahwa Alena menjadi anak yang diterima di sekolahnya.

Alena menghabiskan makanannya dan meneguk air minumnya sampai habis. Setelah selesai Alena membawa piring serta gelas kotornya ke dapur dan mencucinya sendiri. Bibinya yang melihat itu segera menghampiri Alena dan hendak membantunya, namun Alena menolak dan tetap mencucinya sampai selesai.

Alena menaiki tangga menuju kamarnya dan segera duduk di meja belajarnya. Alena melihat jadwal pelajaran untuk besok dan mengambil buku pelajarannya. Alena membuka bukunya dan mulai belajar.

Drrt..drrt..

Alena terkejut saat merasa ponselnya bergetar, ia mengambil ponselnya yang berada di ujung meja. Dahinya mengernyit saat melihat notifikasi di ponselnya. Terlihat ada pesan masuk dari aplikasi line. Selama ini Alena tidak pernah memiliki teman, hpnya pun tidak pernah ia gunakan selain untuk menghubungi Reno ataupun orang tuanya. Alena membuka pesan yang masuk, dan melihat nama Dava tertera di sana.

Hai Alena.

Alena tersenyum saat melihat pesan yang dikirim oleh Dava. Alena segera mengetikan balasannya di sana.

Iya?

Ini pertama kalinya dalam hidup Alena, ia mempunyai teman. Alena melanjutkan belajarnya masih dengan senyuman manis di wajahnya. Tak lama kemudian ponselnya bergetar lagi.

Alena lagi belajar?

Alena semakin melebarkan senyumannya.

Iya

Alena meletakkan ponsel disamping bukunya dan kembali melanjutkan belajarnya. Namun tak berapa lama, ponselnya kembali bergetar. Alhasil Alena hanya melanjutkan belajarnya satu bab dan segera membereskan bukunya. Alena mengambil ponselnya dan beranjak dari meja belajarnya ke tempat tidur.

Jangan kebanyakan belajar Alena, nanti setres.

Alena tertawa membaca pesan dari Dava. Jangan kebanyakan belajar padahal dia sendiri belajar terus hmm. Alena tahu Dava tipikal orang yang rajin belajar. Terbukti dari prestasi prestasinya selama ini.

Kamu juga belajar terus.

Alena benar benar senang bisa mempunyai teman.

Lebih sering kamu, ini aku gak lagi belajar.

Alena menjadi benar benar tidak belajar malam ini.

Aku udah selesai belajar kok.

Alena hanya membaca bukunya sekilas.

Yaudah, kamu tidur. Jangan tidur malem malem Alena, gak baik. Selamat tidur.

Alena tersenyum saat membaca pesan Dava.

Alena bahagia.

***

Melody Milik AlenaWhere stories live. Discover now