"Gak apa-apa, tidur aja di sini lagi pula di depan sama di atas ada CCTV buat jaga-jaga kalau ada maling jemuran." Audi sedikit lega mendengar penuturan Diaz. Tapi tak dapat mengindahkan rasa khawatirnya, Safitri itu anak perempuan. Hidup di ruko sendirian, memang ramai sih jalanan karena ruko mereka berada di pinggir jalan dekat kampus namun tetap saja kalau malam sepi.

"Kenapa kamu mau tidur di ruko?."

"Keluargaku udah banyak ngerepotin keluarga Tompson. Adikku, ayah sama ibu udah tinggal di sana. Masak aku juga padahal kan mereka udah biayai kuliahku. Setidaknya aku gak ngerepotin mereka terlalu lama." Dengan membiayai hidupnya sendiri, setidaknya Safitri tidak di permainkan Thomas lagi. Safitri lelah jika lama-lama harus menjadi budak nafsu saja. Ia juga ingin di cintai, menjalin hubungan dengan laki-laki dengan normal.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Safitri membulatkan tekad, ia pulang hanya untuk mengepak pakaian dan meminta ijin kepada nyonya Araina, ibunda Thomas. Tak perlu dia minta ijin kepada tuan mudanya, toh Safitri sengaja menghindar juga.

"Kamu beneran mau pindah?" Tanya nyonya Ara yang heran melihat anak pelayannya tiba-tiba ijin pergi. Walau Safitri hanya anak pelayan tapi Ara sangat menyukai gadis itu terlebih lagi dia tak punya putri.

"Iya, kebetulan teman punya usaha laundri dekat kampus. Saya di suruh pegang lagi pula saya kalau pulang juga udah malam. Gak pernah bantu ibu bersih-bersih
Kesannya saya numpang makan dan tidur gratis nyonya. " Sebenarnya juga tak gratis karena diam-diam ia melayani kebutuhan biologis tuan mudanya.

"Yah gak apa-apa, kamu dan keluargamu sudah saya anggap keluarga sendiri." Apakah masih sama kalau nyonyanya tahu Safitri menjual tubuh kepada putra bungsunya.

"Saya yang gak enak nyonya, maka saya putuskan untuk pindah saja. Bukan berarti saya gak tahu terima kasih, saya gak enak nyonya sudah makan dan tidur gratis. Biaya kuliah saya juga nyonya tanggung." Safitri merasa seperti orang tak tahu balas budi. Hanya karena merasa yakin tak butuh uang Thomas lagi, dia meninggalkan rumah ini.

"Sudah saya bilang kamu sudah saya anggap keluarga jadi jangan merasa tak enak. Tapi kalau kamu ngotot ingin pergi, saya tak bisa melarang." Ara menarik nafas, lalu menatap Safitri yang dari tadi hanya menunduk. "Kalau sudah tinggal di luar, sempat-sempatkan main kemari."

"Terima kasih nyonya, saya tak akan melupakan kebaikan nyonya dan akan sering-sering ke sini." Safitri mendekat mencium tangan nyonyanya beberapa kali. Ia pamit pergi untuk menyelamatkan harga dirinya.

"Loh, ini kenapa Safitri ke sini?." Safitri menegang mendengar suara bariton laki-laki di belakangnya. "Fitri sampai segitunya, memang mamah kasih hadiah apa?" Bagaimana ini kalau Thomas tahu dirinya akan pergi dari rumah.

"Fitri minta ijin buat kerja dan tinggal di tempat kerjanya." Thomas yang semula tersenyum sumringah karena melihat Safitri di sini, langsung muram. Raut mukanya berubah keruh.

"Terus mamah ijinin?" Tanyanya penasaran.

"Ah mau gimana lagi Safitri kerja mamah gak bisa larang. Lagi pula kerjaan dia gak ganggu kuliah juga".

"Kenapa mamah ijinin?" Thomas berteriak marah sampai ibunya mundur ke belakang saat mendengar nada bicara Thomas yang keras dan kasar.

Thomas yang kesal menyugar rambut gondrongnya ke belakang.
"Mamah gak seharusnya ijinin dia, dia itu cuma cari alasan supaya di luar bisa bebas berduaan dan bertemu dengan laki-laki. Safitri itu gak bener kalau di kampus."

Safitri menggeleng keras dituduh seperti itu. Ucapan Thomas begitu menusuk hatinya. Dia sudah Thomas rendahkan dengan menjadi pelacur apa kali ini Thomas belum cukup hingga menghinanya. Safitri cuma manusia biasa punya hati, telinga dan perasaan. Cukup harga dirinya terinjak-injak selama ini, Safitri sudah membulatkan tekad untuk tak di jajah kembali oleh Thomas.

"Thomas jaga ucapan kamu, mamah tahu sifat Safitri sejak lama. Mamah percaya dia gak akan macam-macam di luar sana. Safitri benar-benar kerja." Ara mulai menggertak putranya. Keterlaluan menghina Safitri sedang gadis itu masih berdiri di hadapannya. Ara melihat mata anak pelayannya sudah berkaca-kaca.

"Saya permisi nyonya." Ara mengangguk, dia tahu pasti Safitri butuh tempat untuk menangis. Biarkan anak itu menenangkan diri dulu.

"Thomas, kamu keterlaluan. Mamah gak pernah ngajarin kamu untuk merendahkan orang." Thomas malah berdecih meremehkan.

"Dia cuma anak pembantu, anak orang rendahan, anak orang yang kerja dan makan sama kita. Mamah jangan sok baik anggap mereka keluarga. Mereka itu orang miskin gak usah mamah nungguin derajat kehidupan mereka. Tuh lihat anak perempuan mereka udah besar kepala. Minta pergi dari rumah ini."

"Thomas!!"

Thomas yang di teriyaki ibunya hanya bisa beranjak pergi. Ia harus mencari gadis sialan itu, memberinya pelajaran agar tak banyak tingkah. Punya nyawa berapa anak pelayan itu sampai berani meninggalkannya.

"Auw!!" Safitri menjerit kesakitan saat Thomas dengan kasar menjambak rambutnya sebelum dirinya masuk dapur. Kulit kepalanya sangatlah perih, Safitri di seret ke kebun belakang rumah. "Tuan, lepas!! Sakit tuan!"

"Beraninya loe pergi dari gue, udah bosen hidup loe!!"

"Tuan lepasin atau saya bakal teriak minta tolong!!" Ancam Safitri yang tak membuat Thomas takut malah semakin mengencangkan jambakannya.

"Udah berani loe nglawan gue?".

"TOLONG!!!" Safitri benar-benar berteriak, membuat Thomas kalap dan menghempaskan tubuh Safitri dengan kasar ke tanah.

"Perempuan gak tahu diri loe!! Udah gue ambil loe dari lumpur terus gue kasih duit, makan, kuliah. Ini balasan loe?" Teriaknya marah. Safitri memang merasa dirinya tak tahu diri. Namun semua tak akan terjadi jika Thomas tak memperlakukannya dengan kasar.

"Iya memang, saya capek di rendahin sama tuan. Saya capek di jadiin pelampiasan nafsu tuan
Saya pingin bebas, kuliah dengan tenang dan saya juga pingin punya pendamping hidup yang nerima saya apa adanya!! "Ucapnya lantang tanpa ada rasa takut namun tetap saja tubuhnya bergetar hebat saat berhadapan dengan Thomas.

"Loe!!" Thomas hendak menamparnya namun tangannya berhenti di udara ketika melihat mata Safitri berkaca-kaca. Ia jadi tak tega melihat Safitri yang menangis.
"Ahhh!!" Thomas berteriak frustasi kemudian meninggalkan Safitri yang langsung lemas jatuh ke tanah. Ia menangis sekencang-kencangnya, melampiaskan rasa sakit hatinya dalam sebuah raungan.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Part bagian sedih Audi next part

my idiot boysWhere stories live. Discover now