Part 1: Tidak ingin Mengenal #1

121 0 0
                                    

Hai, aku Liz Greyson. Ya tentu saja kau bisa memanggilku Liz.
Huh.. yang benar saja, belum apa apa aku sudah bingung harus mulai darimana untuk menceritakannya. Sebenarnya tidak serumit itu, tapi selalu ada saja hal yang membuatku bingung.

Baiklah, kita mulai pelan pelan.

———

"Haiii! Namamu siapa? Aku Liz! Semoga kita bisa berteman baik yaa."

Sapa ku kepada seorang teman baru. Yap, aku baru saja masuk SMA Marjorie dan aku harus banyak-banyak mengenal nama murid. Jangan kaget ya dengan ucapanku tadi. Begitulah caraku berbicara, berlagak 'sok akrab' dengan semua orang.

Beberapa minggu berlalu.
Dan dari seluruh orang yang sudah ku kenal, akhirnya aku bersyukur menemukan seseorang yang sungguh tulus mau menemani hari-hariku di sekolah. Namanya Alea.
Alea memang seorang yang tidak banyak tingkah. Namun ketika ia bicara, rasanya seperti mendengarkan radio dengan volume tinggi! Suaranya sungguh bising dan rusuh.
Meskipun begitu, aku menyayangi nya.

"Hey Bocah! Ku rasa, aku pernah melihatmu.."

Selain berlagak 'sok akrab', terkadang aku 'latah' dalam berbicara. Ketika ingin menuju kantin bersama Alea, aku melihat sesosok lelaki yang sedang menikmati bekal makan siangnya seorang diri. Dari penampilan, dia terlihat culun dengan baju seragamnya. Tapi matanya sungguh tajam!
Karena terlihat culun, Liz yang 'latah' ini reflek untuk memanggil anak laki itu dengan kata
"Hey Bocah.."

"Ah iya?? Dimana memangnya?" saut anak itu.

"Uhmm.. aku tidak yakin, mungkin hanya mirip. Sudahlah lupakan hahaha.. Oiya kita belum berkenalan, hai.. aku Liz!"

"Hai juga, aku Joey."

———

drrttt.. drrttt..
Handphone ku tiba-tiba bergetar. Sontak ku lihat dari siapa kiriman itu datang.
Dan di layar HP ku tertulis nama yang terdengar tidak asing, Joey.

"Rumahmu di Jl. Harvey blok A bukan?"

"Iya. Kok tau?" jawab ku bingung.

"Hebat kan haha.. Oh iya, besok mau pulang bareng? Akan ku antar kau sampai rumah."

Aku agak terkejut membacanya, lalu aku membalas,
"Memangnya jam pulang kita sama?"

"Tidak, hehe."

"Lah terus? Bukannya jam pulangmu lebih cepat ya? Jadi kamu akan menunggu ku sampai keluar kelas?"

"Ah tidak.. aku akan pulang ke rumah dulu lalu kembali lagi ke sekolah."

"Hah? Kalau begitu kan jadi bolak balik?"

"Tidak apa apa, sekalian jalan-jalan." ujarnya.

Pembicaraan yang aneh pun dimulai. Ya menurutku aneh, dibalik sifat pendiamnya, ternyata anak itu sering melontarkan candaan candaan buatannya yang menurutku tidak lucu sama sekali. Mau bagaimana lagi.. aku pun ikut membalasnya dengan candaan lain.

Tapi..

Tidak butuh waktu lama untuk saling memahami, saling menerima, dan saling memiliki rasa yang sama. Joey yang ku lihat sekarang jauh lebih menyenangkan, pandai bergaul, berpakaian menawan, dan jauh dari kata 'culun'.

"Besok ke rumahku yuk!" ajak Joey

"Ehh? Kau serius? Ah.. tidak enak lagi pula ada mama kamu kan?
Aku takut."

"Justru itu aku mau kenalin, udah yuk.. mama ku baik kok."

Rasa senang dan takut pun bercampur aduk. Aku takut rasa ini akan membuatku salah tingkah nantinya. Karena bujukan yang cukup meyakinan, akhirnya aku menyetujui ajakan Joey.

The Truth UntoldWhere stories live. Discover now