Surprising Surprise with Teary Eyes

Start from the beginning
                                    

"Jadi," Ucapan Wen Junhui ketika ia baru saja menaruh kue di atas meja dan melihat Jeon Wonwoo yang mulai meneteskan air matanya. Beberapa tahun terakhir Jeon Wonwoo sudah berhasil melewati hari-hari dengan mudah lantas apa yang membuat temannya itu memecah tangisnya. Wen Junhui pun dengan segera merengkuh tubuh ringkih itu.

"Menangislah, jika seperti ini kau terlihat normal. Jangan menyembunyikannya."

Di tengah tangisnya Jeon Wonwoo menjawab, "Aku bertemu dengannya. Ia terlihat tampan dan aku merindukannya. Aku, Jeon Wonwoo, membenci diriku jika seperti ini."

"Kau merindukkannya? Apa kau bersyukur ia menemukanmu?"

Ruangan menjadi sunyi. Suara jarum jam dan tangis Jeon Wonwoo masih mengisi di sana. Wen Junhui setia mengelus pundak temannya itu. Bersabar menunggu jawaban yang mungkin begitu susah untuk terucap. Ini tentu tidak mudah, Wen Junhui paham.

"Dia, Kim Mingyu, si bintang besar itu pernah tidak tidur semalaman menemaniku mengerjakan tugas. Dia yang bangun di pagi buta, membaca resep sup jagung di internet untuk aku yang sakit." Jeon Wonwoo mengenhentikan ucapannya. Nafasnya terasa berat terdengar di telinga Wen Junhui, "Dan dia yang melukaiku demi tempat yang ia tinggali kini."

...

Kim Mingyu memilih untuk tidak langsung pulang. Rasa rindunya belum terbalas tadi. Jeon Wonwoo jelas dihadapannya, tapi tak ada senyuman yang biasa menyambutnya. Mata rubah yang menyiratkan bahwa keberadaan dirinya begitu berarti.

Kini ia berdiri di depan air mancur di tengah taman kota yang terlihat sepi. Tempat dimana ia dan Jeon Wonwoo menjadi sepasang kekasih serta tempat wajib untuk berkencan di akhir pekan. Kim Mingyu tersenyum tipis mengingat kenangan di masa lalu ketika ia menemani Jeon Wonwoo mengerjakan tugas dan berakhir keduanya tertidur di atas rerumputan hijau tak jauh dari sana.

Kim Mingyu mendongak menahan air mata yang hendak jatuh karena ia begitu rindu. Langit di atasnya terlihat indah karena bintang bersinar terang. Tentu bintang-bintang itu terlihat indah dari kejauhan. Namun, tidak ada yang tau bahwa mereka bersinar di tengah kegelapan yang sepi. Tidak ada yang menemani di sisinya. Bintang lainnya sibuk bersinar sendiri. Sama sepertinya yang hidup dengan kemewahan, popularitas dan hormat dari orang-orang di sekitarnya. Semua yang pernah ia impikan kini ada di genggamannnya.

Akan tetapi, Kim Mingyu tidak pernah tau bahwa tempat yang ia inginkan akan begitu sepi. Tidak ada seseorang yang benar-benar menemaninya. Seseorang yang tidak butuh alasan untuk membagi senyum.

Dulu pernah ada dan Kim Mingyu sia-sia kan.

Perlahan, ia melepas topi yang sedari tadi menutupi wajahnya. Menjauhkannya dari identitas yang mungkin diketahui oleh orang lain. Ia tentu tidak bisa bebas menuju tempat yang ia inginkan tanpa ijin manajer atau CEO agensi tempat ia bernaung.

"Selamat ulang tahun, Jeon Wonwoo. Aku merindukanmu di sini." Kim Mingyu tersenyum tepat saat air mancur itu mulai menyemburkan air yang setiap 30 menit tumpah.

...

"Minumlah," Wen Junhui datang dengan secangkir kopi panas, "Aku tidak akan bertanya lebih jauh bagaimana kau bisa bertemu Kim Mingyu. Kau bisa menceritakannya saat kau siap."

Jeon Wonwoo yang masih memegang cangkir dengan tatapan kosong itu menoleh ke sampingnya. Ia terheran-heran dengan sikap baik Wen Junhui, sosok lelaki yang sudah sering ia berikan kalimat tidak baik.

Wen Junhui merasakan tatapan lekat dari Jeon Wonwoo. Hatinya berdegup kencang. Perasaan yang coba ia singkirkan bertahun-tahun lamanya. Entah, atas alasan apa, tapi ia memilih untuk maju perlahan. Mengarahkan wajahnya sejajar dengan Jeon Wonwoo yang bahkan tidak berkedip sedikitpun.

Ketika nafas mereka sudah mengelus wajah satu sama lain, Wen Junhui menghentikan pergerakannya. Ia mematung beberapa saat dan menatap penuh arti, "Aku harus pulang."

Jeon Wonwoo hanya berkedip, "Terimakasih untuk semuanya."

"Tentu saja," Wen Junhui meraih jas miliknya yang menggantung, "Besok pagi ada pertemuan keluarga antara keluargaku dan Kyulkyung. Kami berdua sudah jelas mengatakan bahwa kami bersahabat, tapi perjodohan itu tetap berlangsung."

Lelaki yang duduk di atas sofa dengan selimut tebal menyelimuti pundaknya itu terkekeh. Ia menyeruput kopi panas itu dengan pelan, "Kau bisa melewatinya. Lakukan saja dulu pertungan yang sudah direncanakan oleh keluarga kalian. Tidak ada yang tidak mungkin jika kalian jatuh cinta atau keluarga kalian tiba-tiba berubah pikiran, bukan?"

"Aku harap begitu. Baiklah, berjanjilah untuk istirahat dengan baik selama hari ulang tahunmu ini." Wen Junhui mengusak surai Jeon Wonwoo lembut sebelum berjalan menuju pintu, "Ah, aku mau mengajakmu datang ke pesta yang di adakam perusahaanku di Hotel Shinwa besok malam."

Jeon Wonwoo mengerutkan keningnya, "Pesta perusahaanmu berarti berurusan dengan entertain bukan? Untuk apa aku datang,"

"Ada beberapa pemilik proyek besar yang mencari arsitek bertalenta dan kurasa portofoliomu cukup meyakinkan." Wen Junhui menaikkan alisnya.

"Baiklah, Aku harap tidak ada niat terselubung di balik ajakanmu ini."

...

"Datanglah ke pesta itu dengan Naeun. Jadikan sorot utama adalah kalian berdua. Rumor tentang hubunganmu dengan Naeun yang dibuat menggantung bertahun-tahun lamanya membuat media penasaran. Kau semakin terkenal seperti sekarang. Ingatlah kita butuh perhatian lebih karena film yang kau bintangi akan rilis sebentar lagi."

Kim Mingyu menelan ludah kasar. Ia hanya mengangguk karena ia belum tau harus melakukan apa. Pikirannya masih melayang di masa lalu.

Pertemuannya dengan Jeon Wonwoo yang seakan membencinya membuat ia bimbang. Haruskah ia melepas semua ini?

tbc

a/n;
sorry for typo(s)
sabar ya yang nunggu meanie bertemu:)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[on hold] Erstwhile Where stories live. Discover now