Surprising Surprise with Teary Eyes

1.2K 207 24
                                    

Pulang dalam keadaan lelah sudah pasti Jeon Wonwoo rasakan hampir tiga tahun belakangan ini. Setelah memutuskan untuk bekerja pada sebuah perusahaan di bidang properti dirinya sudah berteman baik dengan tidur telat dan pulang malam. Ia tidak memiliki kontrak yang cukup menjanjikan pada perusahaan tempatnya bekerja kini. Mau tidak mau ia terus bekerja keras membuat desain bangunan untuk mengumpulkan lembar portofolio yang baik. Jeon Wonwoo yakin, meski pekerjaan kini tidak sesuai dengan jurusannya saat di perguruan tinggi dulu, pasti ia bisa sukses dan berhasil. Berpikir positif sudah menjadi pegangan hidupnya untuk menjauhkannya dari sebuah penyesalan.

Pintu Apartemen miliknya terbuka. Kini ia sadar pada kehidupan yang ia tengah jalani. Lenguh panjang ia lepaskan sembari menaruh sepatu pada rak di sebelahnya. Apartemen yang nyaman dan rapi. Tidak banyak barang berarti atau pun sofa untuk mengisi ruangan. Jeon Wonwoo sudah biasa sendiri. Tidak mengharapkan kedatangan tamu ataupun seseorang yang menemaninya melewati hari-hari membosankan.

Ia melempar tas kerja miliknya pada sofa depan televisi. Sebuah sofa yang hanya seukuran tubuhnya dengan warna hitam. Kakinya berjalan menuju counter dapur untuk sekedar meneguk air putih. Hari ini tidak hanya berat karena pekerjaan, tapi karena bertemu seseorang yang susah payah ia coba lupakan.

Bel apartemen berbunyi saat Jeon Wonwoo baru saja melepas dasi bermotif digonal. Ia berdecak kesal karena siapa yang bertamu di malam hari seperti ini. Tidak sopan menurutnya. Tapi, meski mengeluh ia tetap menghampiri pintu untuk membukanya.

"Wajahmu menunjukkan bahwa kau sangat kesal melihat kedatanganku." nada bercanda dan senyuman khas dari seseorang yang terus menyemangati Jeon Wonwoo. Sosok lelaki itu selalu terlihat tampan karena setelan jas yang khas dengan dirinya. Sebuah kotak kertas berukuran sedang mengisi tangan kanannua sedang tangan lainnya masih melambai didepan wajah Jeon Wonwoo.

"Ini sudah malam, Wen Junhui," Mata rubah itu menatap malas "aku baru saja pulang."

Wen Junhui menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku tidak akan pulang sebelum kau meniup lilin. Aku akan masuk meski kau menolak."

Tentu saja lelaki berkebangsaan China dengan mata besarnya itu masuk ke dalam apartemen Jeon Wonwoo tanpa menghiraukan bagaimana raut empunya. Sepatu miliknya dengan cepat ia lepas lalu berjalan melenggang masuk ke ruang tengah. Sudah jelas bahwa kedatangannya bukan yang pertama.

"Aku sedang tidak dalam mood untuk meniup lilin."

Wen Junhui tidak menyahut. Ia hanya melepas jasnya dan menggantung pada tempat di ujung ruangan. Dibawanya kotak yang sedari tadi di pegangnya menuju dapur. Kue wortel dengan warna oranye cukup muda kesukaan Jeon Wonwoo mulai terlihat ketika Wen Junhui memindahkannya dari dalam kotak ke sebuah piring bulat. Lilin panjang yang sudah dibelinya ia tusukkan pada kue tersebut dan dengan cepat membakarnya. Senyum Wen Junhui begitu manis ketika cahaya dari lilin itu mulai menghias tengah kue. Ia pun lekas menghampiri Jeon Wonwoo yang sudah duduk bersila di atas sofa dengan bosan.

"Kejutaaan! Selamat ulang tahun yang ke-30 Jeon Wonwoo!"

Wen Junhui masih tersenyum di sela waktu yang berlalu tanpa ada pergerakan atau ucapan dari lelaki di hadapannya. Kedua mata rubah Jeon Wonwoo mulai berkaca-kaca menatap piring dengan kue kesukaannya. Ia tersentuh dan sangat bersyukur. Setiap tengah malam di hari ulang tahunnya, Wen Junhui datang untuk membuatnya merasa tidak sendiri. Jeon Wonwoo tau alasan temannya melakukan hal seperti ini. Pasalnya di saat umurnya bertambah, ia selalu teringat dengan sosok yang begitu dicintainya. Lelaki yang sangat berarti tapi berakhir menyakitinya.

Jeon Wonwoo tersenyum, "Terimakasih."

Ia menutup kedua matanya mengucap doa yang hanya terlintas dalam kepalanya saat itu. Ketika mata itu terbuka, luka di hatinya semakin terasa. Bagaimana sosok Kim Mingyu akan memberi pelukan hangat. Dan Jeon Wonwoo benci saat seperti ini. Mengapa ia harus mencinta pada sosok lelaki yang begitu egois. Mengapa ia harus merindu pada kehangatan yang lelaki itu berikan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[on hold] Erstwhile Where stories live. Discover now