Drupada juga tidak mengakui Drona sebagai temannya. Dia menyangkal telah belajar bersama pada ayahnya Drona. Saat Drona mengingatkan bahwa Drona dulu pernah menyelamatkan nyawa Drupada, Drupada berkata "Tentara-tentaraku sering menyelamatkan nyawaku tapi itu tidak menjadikannya sebagai temanku. Jika kau ke sini datang untuk meminta hakmu maka kau akan mendapat hukuman mati karena telah menghina Raja."

Drupada mengusir Drona dan menyuruh tentara menyedekahkan 10 sapi. Drona langsung merasa terhina. Drona bersumpah bahwa suatu hari dia akan menurunkan Drupada dari tahta. Tidak dengan senjata tetapi melalui ilmu yang akan diajarkan pada muridnya. Hal tersebut akhirnya menjadi kenyataan

Setelah kekalahan Drupada, Drona memerintahkan upaya Aswatama dinobatkan sebagai raja hari ini juga. Drona memerintahkan Drupada untuk menuangkan susu ke tubuh Aswatama pada acara penobatan.

Aswatama kemudian naik tahta menjadi Raja dan Drupada bermuram durja. Melihat hal itu, Drona berkata bahwa Aswatama hanya memimpin setengah wilayah panchala. Ibu kota Kampilya & sekitarnya masih jadi kekuasaan Drupada.

Sejak saat itu Aswatama menjadi Raja dan tidak kembali ke Hastinapura. Diapun berpisah dengan Duryudhana teman sekutunya.

Setelah peristiwa pembakaran di istana Waranawata, para Pandawa dan Kunti yang bersembunyi tidak sengaja bertemu dengan Aswatama. Pada episode 86 Aswatama dan prajuritnya mencoba untuk menangkap pandawa namun Pandawa berhasil bersembunyi di dalam hutan ilusi raksasa.

Pada permainan dadu, Aswatama juga menyaksikan peristiwa tersebut. Aswatama juga ikut menghina Drupadi dan Pandawa meskipun ditentang oleh ayahnya.

Saat perang di antara Pandawa dan Kurawa meletus, Aswatama memihak kepada Kurawa. Keputusannya memaksa Drona untuk bergabung dengan Kurawa.

Aswatama bertempur di sisi ayahnya untuk Duryudhana dalam Perang Besar. Aswatama adalah salah satu dari tujuh maharathis (prajurit besar) yang membunuh Abimanyu, anak Arjuna dalam sebuah pertarungan yang tidak adil dan keji. Tujuh prajurit besar mengelilingi satu anak, menyerang dari semua sisi, dan terus menyerang bahkan setelah Abimanyu kehilangan senjatanya dan menjadi tak berdaya. (Karna menyerang dari belakang dan mematahkan busur Abimanyu).

Untuk membangkitkan semangat pasukan Kurawa setelah dipukul mundur, ia memanggil senjata Narayanastra yang dahsyat. Mengetahui hal tersebut, Kresna membuat sebuah taktik dan karenanya senjata itu berhasil diatasi. Ia juga memanggil senjata Agneyastra untuk menyerang Arjuna, namun berhasil ditumpas dengan senjata Brahmastra. Pertarungannya dengan Bima dalam Bharatayudha berakhir seri.

Kabar angin yang salah mengenai kematian Aswatama dalam perang di Kurukshetra membuat ayahnya meninggal di tangan pangeran Drestadyumna dari kerajaan Panchala.

Aswatama yang menaruh dendam mendapat izin dari Duryudhana untuk membunuh Drestadyumna secara brutal setelah perang berakhir secara resmi. Pada hari ke-18 Perang Besar, setelah Duryudhana dikalahkan oleh Bima dalam pertempuran tunggal dan ketika ia berbaring di darahnya sendiri, tiga Ksatria yang tersisa dari pasukannya yakni Aswatama, Resi Krepa dan Kritawarma datang untuk menemuinya.

Duryudhana mengumumkan Aswatama menjadi komandan pasukannya yang tersisa.

Aswatama, buta dengan kemarahan atas kematian ayahnya (Drona yang ditipu dan dibunuh sebelumnya) berkomplot bersama dengan Kritawarma dan Resi Krepa menyerang perkemahan Pandawa di malam hari dan menyembelih semua orang dari Ksatira Pandawa - termasuk Dhrishtadyumna (komandan tertinggi Pandawa), lima anak Drupadi (Pancawala), Srikandi, Uttamaujas, Yudhamanyu dan jenderal besar lainnya yang masih hidup.

Pada serial Mahabharata Antv kisah itu ada pada episode 263 sampai 365. Di ceritakan bahwa Aswatama bertemu Duryudhana yang meminta Aswatama untuk membunuh Pandawa. Putra-putra Pandawa memutuskan untuk menginap di kemah. Begitu juga Drupadi memutuskan untuk tinggal bersama anak-anaknya.

Aswatama menyelinap ke kemah Pandawa di malam hari, dan membunuh Drestadyumna dan

putra - putra Pandawa.

Pandawa yang marah dengan perbuatan tersebut memburu Aswatama dan akhirnya ia bertarung dengan Arjuna.

Saat pertarungan, Aswatama memanggil senjata Brahmastra, yang dulu ingin ditukar dengan cakra milik Kresna namun tidak berhasil. Dengan senjata itu ia menyerang Arjuna dan Arjuna membalasnya dengan mengeluarkan senjata yang sama. Takut akan kehancuran dunia, Resi Byasa menyuruh agar kedua kesatria tersebut menarik senjatanya kembali. Sementara Arjuna berhasil melakukannya, Aswatama (yang mungkin kurang pintar) tidak bisa melakukannya dan diberi pilihan agar senjata menyerang target lain untuk dihancurkan. Dengan rasa dendam, Aswatama mengarahkan senjata menuju rahim para wanita di keluarga Pandawa. Di antara mereka adalah Utari, istri Abimanyu menantu Arjuna yang sedang mengandung.

Setelah Aswatama mengarahkan Brahmastra menuju perut Utari yang sedang mengandung, senjata itu berhasil membakar janin Utari, namun Kresna menghidupkannya lagi. Akhirnya, Kresna mengutuk Aswatama agar menderita kusta dan mengembara di Bumi sampai akhir zaman Kaliyuga. Aswatama juga dipaksa menyerahkan batu permata berharga (mani) yang melekat di dahinya, yaitu permata yang membuatnya tidak takut terhadap segala senjata, penyakit, atau rasa lapar, dan membuatnya tak takut terhadap para dewa, raksasa, detya, dan naga.

Setelah permatanya dilepaskan, keluar farah berbau tak sedap yang tidak akan pernah berhenti mengalir sampai akhir zaman Kaliyuga.

Legenda mengatakan bahwa Aswatama pergi mengembara ke daerah yang sekarang dikenal sebagai semenanjung Arab.

Ada juga legenda yang mengatakan bahwa Aswatama masih mengembara di dunia dalam wujud badai dan angin topan.

Sebuah benteng kuno di dekat Burhanpur, India, yang dikenal dengan Asirgarh memiliki kuil Siwa di puncaknya. Konon setiap subuh, Aswatama mengunjungi kuil tersebut untuk mempersembahkan bunga mawar merah. Masyarakat yang tinggal di sekitar benteng mencoba untuk menyaksikannya namun tidak pernah berhasil. Konon orang yang bisa menyaksikannya akan menjadi buta atau kehilangan suaranya.

Di Gujarat, India, ada Taman Nasional Hutan Gir yang dipercaya sebagai tempat Aswatama mengembara dan konon ia masih hidup di sana sebagai seorang Chiranjiwin.

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang