V

2.4K 451 48
                                    

liu hanya memutar bola matanya sambil menghela nafas. ia tau orang yang sedang berada didepannya ini pasti adik kelas yang ingin 'confess' kepadanya.

liu kemudian mengubah ekspresinya menjadi senyuman manis ala-ala suami idaman.

"iya boleh, mau ngomong apa?" ucapnya dengan nada yang ramah dan manis.

"j-jadi gini kak, aku sebenernya udah suka sama kakak dari lama" ucap adik kelas itu.

liu hanya menatapnya dengan tatapan kosong dan seketika ekspresinya berubah menjadi dingin.

"monmaap nih ya, gue takut lo ngacauin prestasi gue. sorry. banyak orang diluar sana yang lebih baik dari gue. sekali lagi maaf" ucap liu tanpa ada rasa bersalah.

adik kelas itu tampak kaget dan matanya agak berkaca-kaca. "o-oh gitu kak, gapapa. makasih ya udah mau buang waktu kakak buat aku" adik kelas itu berbalik dan lari menjauh dari liu.

liu hanya menghela nafasnya. sepertinya adik kelas itu sedang menangis sekarang entah dimana.

sebenarnya ada beberapa sifat asli liu yang mungkin reine belum tau. liu terkadang suka cukup kejam menolak mentah-mentah segala ungkapan perasaan kepadanya.

alasan yang ia pakai pun bisa dibilang cukup beragam. kadang ia beralasan pacaran dapat menghancurkan prestasinya sebagai peserta olimpiade tetap di sekolah atau dengan alasan ia ingin bebas dan tidak mau dikekang.

malah pernah ketika seorang anak dari kelas yang berbeda dengannya menyatakan perasaan kepadanya ia beralasan kalau cinta-cintaan itu mengerikan dan menjijikan.

namun, sebenarnya najla mengetahui sifat liu yang satu ini. namun ia enggan memberi tahu kepada reine.

ya karena reine juga sebenarnya gak menanyakan lebih jauh tentang sifat dan tetek bengeknya liu.

liu pun segera masuk ke kelas dan berubah menjadi liu si anak rajin dan kutu buku. bila anak-anak di barisan belakang yang lain bermain hp dibawah meja atau sekadar tidur tidur diatas meja saat guru menerangkan, maka liu akan mencatat seluruh materi yang gurunya tulis di papan tulis atau mencatat omongan gurunya.

ia duduk di barisan paling belakang hanya karena ia ingin merasakan ademnya ac dari dekat. karena sebenarnya bila kelas ini tidak diberi ac, maka kelas ini akan seperti gurun. emang pada dasarnya panas, gitu.

tapi entah kenapa, ada sesuatu yang mengganjal diotaknya. bukan karena ia malas atau gimana, tapi rasanya jadi malas mencatat catatan di papan tulis kalau ada sesuatu yang mengganjal.

"li, ditanya tuh" agise menyenggol lengan liu. tapi liu tetap bengong sambil menopang dagunya.

"liu yangyang, kamu dengar pertanyaan saya tadi?" tanya pak gito. liu hanya menggeleng perlahan. matanya masih tidak terfokus ke guru didepannya.

"kamu emangnya lagi mikirin tentang apa sih?! sampe-sampe omongan saya gak didengar" ucap pak gito dengan nada yang meninggi. liu tau bila tidak menjawab pertanyaan pak gito sama saja dengan cari mati. tapi masa bodo.

"haduh pak, otak saya kram. capek pinter" jawab liu dengan nada malas. pak gito malah menggebrak meja liu. murid murid lainnya hanya memperhatikan dengan wajah yang memucat.

"keluar kamu sekarang!" perintah pak gito dengan lantang. liu hanya memutar bola matanya dan langsung meninggalkan kelas.

'kesempatan emas, mending gue pulang aja' batin liu. ia sebenarnya tau pasti adiknya akan mengadu pada ibunya bila ia pulang sebelum waktunya.

ngga ngga, daripada pulang mending ke starbucks atau kemana dulu, begitu pikir liu.

liu langsung berlari kearah tempat parkir siswa dan mengambil motornya. ia langsung mengemudikan motornya kearah mcdonalds di dekat sekolahnya.

saat sampai di mcdonalds, ia mengantri dulu untuk sekedar memberi mcflurry.

"najla geceee" ucap sebuah suara dibelakangnya.

"sabar ih anjir tadi mobil gue gatau kenape"

liu langsung menengok ke belakang dan menemukan sosok yang ternyata daritadi mengganjal diotaknya.

"reine? lo ngapain disini?"

racing - liu yangyangWhere stories live. Discover now