🌸 Lee Daehwi 🌸

Start from the beginning
                                    

Dahi Seongwoo berkerut bingung. Satu, dia dibilang gemes sama orang yang dia anggep gemes banget. Dua, kenapa pula jadi nama Daniel dibawa-bawa?

Seongwoo tidak sadar Daehwi sudah memakaikan choker di lehernya karena berpikir terlalu keras. Adik tingkatnya ini gercep banget emang. Lincah, seperti kancil. Tau-tau choker yang tadinya di tangan Seongwoo sudah melingkar manis di lehernya.

"TUH KAN GEMESSSS!" Daehwi refleks memekik melihat penampakan Seongwoo yang memakai choker. Belum lagi kakak tingkatnya itu malah kedip-kedip bingung. Aduh, kalo nggak lagi di perpus dan barusan dia diliatin satu ruangan kayaknya Seongwoo mau diuyel-uyel sama Daehwi.

"Kudu selca dulu, kudu selca." Daehwi buru-buru mengambil ponsel dan menarik bahu kakak tingkatnya itu menempel sama bahunya. "Satu, dua, CHESSEEEEEE!"

Seongwoo refleks tersenyum lucu ketika kamera mengarah padanya dan Daehwi berteriak cheese. Selain karena kaget, Seongwoo juga suka selca. 'Wajah ganteng begitu, harus diabadikan dengan foto.' begitu pikirnya.

"Bagus. Bagus. Intuisi Daehwi nggak pernah salah." gumamnya sambil sibuk menekan layar. Seongwoo sih kembali menekuni bukunya. Sedikit acuh dengan Daehwi, palingan dia sedang update instastory.

"Kak, jangan dilepas ya sampai asrama?" pinta Daehwi. Saat Seongwoo menoleh, adik tingkatnya itu sedang memandangnya dengan mata membesar berkaca-kaca dan bibir melengkung ke bawah. "Pretty please?"

Sudah dibilang kan, kalau Seongwoo gemas dengan Daehwi. Melihat Daehwi seperti itu, tanpa sadar Seongwoo luluh dan kepalanya mengangguk tanpa ragu.

"Yes! Makasih! Kak Seongwoo emang paling ganteng sefakultas!" pekik Daehwi senang.

Seongwoo cuma tersenyum dan mengusak poni Daehwi gemas. Sebenarnya, memakai choker sedikit membuat lehernya tidak nyaman. Mungkin karena Seongwoo tidak terbiasa. Tapi ini yang minta Daehwi, mana mungkin Seongwoo tega.

"Kak Daniel jemput kan?" tanya Daehwi.

Seongwoo menggeleng. "Nggak tau. Nggak ngomong tuh anaknya."

"Berarti Kak Daniel jemput." Daehwi mengangguk-angguk yakin.

"Kok tau?"

"Kalo nggak pasti Kak Daniel ngabarin hari ini nggak bisa jemput." sahut Daehwi lagi. "Iyakan?"

Seongwoo menerawang, lalu mengangguk-angguk. Mencoba mengingat ingat kebiasaan Daniel selama ini. "Ah iya. Bener juga."

"Yaudah, aku pulang sama kakak aja. Mau liat reaksi Kak Daniel."

Seongwoo hanya menghela napas kasar. Pasti Daehwi mau mulai lagi, menjodoh-jodohkan dirinya dengan Daniel. Sebenarnya bukan hanya Daehwi, teman Seongwoo yang lain juga sering menanyakan hubungan mereka. Teman Daniel juga. Tapi hubungan mereka memang hanya sebatas teman sekamar, mau dijawab apalagi.

"Eh, itu Kak Daniel. KAK! KAK DANIEL!!!" Daehwi melambaikan tangannya heboh.

Padahal satu ruangan sudah melihat Daehwi dengan tatapan terganggu, tapi lelaki itu tidak peduli. Bahkan sekarang Daehwi sudah berdiri, tangannya diangkat ke atas dan melambai dengan antusias. Gemas, seperti anak kecil yang melihat ayahnya. Tapi Seongwoo malu dilihat oleh seisi ruangan, jadi diam-diam Seongwoo menggeser bangkunya menjauh dan pura-pura tidak kenal.

"Hwi, daritadi sama Seongwoo? Yah, tau gitu Kakak beliin cupcake juga." bisik Daniel sesampainya di meja mereka.

"Kakak beliin Kak Seongwoo cupcake?" tanya Daehwi tidak nyambung. "Manaaa? Mau lihat."

Daniel tertawa sebelum memberikan bungkusan yang ia bawa pada Daehwi.

"Lucu!!! Aduh gemas! Aku foto boleh?" pekik Daehwi riang. "Bisa nih buat bahan chapter depan." gumamnya pelan.

Uh, Really?Where stories live. Discover now