01

13.2K 1.9K 205
                                    







"PARK JISUNG!"


Suara teriakan di lorong sempit itu menggema bahkan sampai ke ujung sekolah. Terdapat lautan para siswa—kebanyakan kaum hawa, mengerumuni 3 orang pria yang kini kesusahan untuk berjalan menuju kantin.

"Apa-apaan ini," kekeh salah satu dari mereka. "apa mereka pikir Jisung ini seorang artis?" candanya walaupun dalam hati mengumpat pelan karena para siswa itu mendorong-dorong tubuhnya.

"Aku mau tanda tanganmu dong, Jisung!" sahut yang lain sambil mengulurkan tangannya ke wajah lelaki tinggi di depannya. Yang diejek mendecih pelan walaupun terlihat ia agak malu dengan candaan seperti itu.

"Ampun deh biarkan kami lewat dong!" teriak lelaki dengan name tag Lee Jeno dengan keras.

Suara ricuh itu berhasil diredakan setelah guru bk datang disana. Mengusir para siswa itu untuk pergi dan tidak membuat keributan di lorong sempit itu.

"Fyuh, gila sekali mereka itu. Apa mereka pikir Jisung semacam idol korea?"

"Hei, lakukan sesuatu pada fansmu. Mereka membuat kita semua kesusahan." ucapnya sambil menyikut lelaki di sebelahnya.

"Akan kuusahakan." ucapnya singkat.

Mereka bertiga masuk ke dalam kantin dan berpasang-pasang mata langsung menatap ke arah mereka. Suara bisikan terdengar di penjuru kantin selagi mereka melangkahkan kakinya kesana.

Lee Minhyung, Lee Jeno, Park Jisung, bintang sekolah alias primadona seluruh orang di sekolah. Ketiganya masuk ke dalam tim basket mereka dengan Mark alias Minhyung sebagai kapten basket, Jeno dan Jisung sebagai pemain basket terbaik timnya. Belum lagi Mark menjabat sebagai ketua osis juga ketua klub musik, dan Jeno Jisung ikut ke dalam klub dance. Popularitas mereka makin melonjak dengan wajah rupawan mereka dan talenta mereka yang hebat.

"Baiklah kita duduk disini?" tanya Mark sambil duduk di salah satu bangku kosong. Yang lain mengikuti.

"Mau pesan apa?"

"Samakan denganmu saja."

"Jisung."

Jisung yang sedang memainkan hpnya menyuarakan suaranya tanpa mengalihkan atensinya dari hp. "Hm."

"Belikan makanan untuk kami."

Jisung memberikan pandangan mencela pada Mark. "Kenapa harus aku?"

"Kau yang termuda, tidak usah membantah dasar kurang ajar!" Jeno memukul punggung Jisung yang ada di sebelahnya. Jisung mengerang kesal dan akhirnya berdiri dari bangkunya. Menerima pesanan dari kedua hyungnya lalu pergi membeli ke kios makanan di kantinnya.

Ia mengantri sambil melihat sekelilingnya, mengabaikan tatapan mendamba dari sekitarnya. Ia sibuk melamun sambil bergerak kesana kemari, menghafal gerakan dance yang hendak ia gunakan untuk showcase tahunan sekolah mereka.

Sibuk bergerak kesana kemari hingga tak menyadari tangannya menyenggol seseorang dan suara pecahan terdengar nyaring disana.


PRANG!


Jisung berjengit kaget dan menatap seorang lelaki yang kini menunduk membereskan pecahan gelas kaca itu. Merasa bersalah karena kesalahannya, Jisung berjongkok sambil berkali-kali mengucapkan kata maaf.

"Maafkan aku, aku tidak melihatmu. Biar kubantu—"


PLAK!


Jisung membeku saat tangannya ditepis oleh lelaki itu. Jisung menatap lelaki di depannya yang kini berdiri dengan tangan yang berdarah, mungkin terkena pecahan beling itu karena membereskannya terburu-buru.

Jisung ikut berdiri dan melihat lelaki yang lebih pendek darinya. Hendak meminta maaf lagi dan bertanya keadaannya.

"Hei—"

Namun naas, ia sudah pergi meninggalkannya. Jisung dapat mendengar bisikan-bisikan berisi sindiran dan cemooh pada lelaki itu. Dan itu membuat Jisung semakin bersalah.

Apalagi itu menyangkut lelaki itu.

Jisung tau siapa dia. Tentu, bagaimana mungkin dia bisa melupakan salah satu orang yang paling berharga di hidupnya?



To Be Continued 

abandon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang