Tsurumaru

411 43 2
                                    

[]Bangau[]

|Tsurumaru Kuninaga x Reader|


|Link starto!|

Gemericik air beserta merdu riaknya, berpendar ibarat suara turbin pada irigasi. Kelotak-kelotak pengungkit bambu sederhana yang dirangkai laksana jungkat-jungkit, berbunyi-bunyi sendu ikut menyertai. Entah bagaimana menjelaskan rincinya, sastrawan mengetahuinya sebagai pagi paling diminati untuk menciptakan seni.

Sementara itu, matahari berkuasa di langit siang tanpa penat, agak ditutup oleh awan-awan musim dingin yang menghasilkan butir-butir salju.

Saljunya turun, menyelimuti atap-atap kayu pemukiman, hingga jalan setapak, sampai pucuk pohon cemara di dataran tinggi. Fakta menariknya, itu menyebabkan temperatur menjadi kurang disenangi koloni bocah yang hendak menerbangkan layang-layang di pesisir.

Disuatu daerah beriklim hangat sekaligus dingin, cuaca ini selalu terjadi.

Dan tepatnya disini, di sepersegi panjang rumah panggung, yang sengaja didesain setradisional abad sengoku, ada Cinderella murung sedang menduduki papan Shoginya. Padahal manornya fasilitas paling bernilai jual milik keluarga [Name], tetapi gadis didalamnya merasa itu bukan apa apa selain penjara berbentuk kastel berdinding semen. Wanita elegan itu, [Name], menggoyang-goyangkan kaki searah tenggara, seraya duduk malas di tepian teras, bertumpu kepada tangan yang terbentang dibelakang punggung.

Ia sedang gundah-gulana.

“Nikah lagi, nikah lagi! Apa otak mereka cuman terdiri dari strategi untuk menikahkan aku?!” Gerutu [Name]. Anak perempuan ini, ditakdirkan untuk bersifat tomboy dan tidak kompeten sebagai bangsawan. “Ck, aku baik jadi anak petani. Mengolah ladang lebih manusiawi.”

Omelan macam ini, adalah pidato rutinitas.

Geez, dingin sekali!

[Name] menggigil, ia menggosok-gosok telapak tangan agar seentitas kehangatan terlahir.

Kemudian, ia bangkit, berjalan kemana insting menuju. Berjalan ke halaman Dojo, sejejer pakis dalam pot yang menenpel ke kolam ikan menarik perhatiannya. Apalagi bonsai-bonsai baru yang nampaknya dibeli oleh ibunya tempo hari. Bentuknya lumayan, siapapun yang membentuknya, [Name] acungkan jempol pokoknya. Namun pada sudut siku-siku pagar kebun belakang, ia memergoki sebuah lubang keropos disana. Cukup untuk akses keluar-masuk [Name] tanpa kendala, dia 'kan kecil. Lantas [Name] merengsek keluar lewat lubang, berhasil dan terkekeh bersemangat.

Upaya kabur dari rumah, sukses.

"Ini berkat. Ini rahmat. Ini anugrah." Ocehnya.

Tapi apa yang ia peroleh? Ketika [Name] mengedarkan pandang, ini nyaris seperti selimut salju. Pohon-pohon mapple meranggas, dibasuh salju, dan berdiri bongkok, ekosistem ini jadi mayoritas.

Tapi, ini indah!

[Name] berjalan riang, mengeksplorasi hutan mapple dan oak. Ia kehilangan navigasi, dan sejak awal tidak punya. Mengabaikan fakta bahwasanya gadis ini penakut seperti daun putri malu adalah fatal.

“HA HA! Ha ha ha! Sungai!” Suara sungai, aliran air yang lebih sensasional dari air terjun buatan di sisi turbin kediaman [Name] berfungsi terdengar nyaring. Itu artinya sumbernya dekat dan [Name] tahu itu.

[Name] beringsut menyisir hutan, dan ditemukanlah sungai. Nyaris beku, jika aliran tidak sedemikian kuat mengikis bongkahan es maka semua bakal membeku. Tapi arusnya deras.

|Touken| |Ranbu| |Oneshoot|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang