Kantin dan Ruang Musik #2

16 5 0
                                    

TIDAK hanya satu-dua pasang mata yang melihat Bulan. Muka-muka yang baru mereka lihat. Anak baru? Tentu saja mereka tahu. Tapi penampilan Bulan-lah yang terkesan seperti sudah lama bersekolah disini.

Karena biasanya penampilan anak baru ketika baru saja memasuki sekolah ini pasti terkesan masih 'culun-culun', yang biasanya langsung dijadikan sasaran empuk menjadi korban bully-an. Berbeda sekali dengan Bulan.

Padahal kalau tadi ia tidak bertemu Rafella, mungkin sekarang ia sudah jadi bahan mainan anak-anak sekolah barunya. Beruntung sekali.

"Eh kunang-kunang, temen baru lo?" Tanya seseorang kepada Rafella.

"Iya, jangan macem-macem lo!"

"Yee geer. Asikan juga elu,"

Rafella membesarkan mata sipitnya, malah mendapat cekikikan dari anak laki yang sedang adu mulut dengannya.

"Antara lo merem, melek, atau melotot, mata lo tuh sama aja. Cipet!"

Rafella malah mengejar anak lelaki itu yang berusaha menghindar. Jujur saja, sebutan 'cipet' yang berasal dari plesetan kata 'sipit' terus membuatnya geram.

Bulan sekarang malah ling-lung. Rafella yang dari awal menemaninya kini t'lah hilang meladeni anak lelaki yang boleh Bulan tebak blasteran tadi. Dengan perasaan takut dan ragu yang menjadi satu ia melangkah lebih dalam menuju kantin. Melihat makanan-makanan yang akan dia beli.

"Maaf ya Lan aku ninggalin kamu tadi. Si Dep emang rese banget!" Rafella yang tiba-tiba muncul menggerutu ke Bulan.

"Kanu bisa liat kan makanan disini banyaakk banget. Dari Sabang sampai Merauke. Nah tapi yang paling enak disini cireng kuah nya. Kalau mau cepetan, laris banget soalnya!"

Lagi-lagi Rafella menarik tangan Bulan. Sepertinya Rafella memang tipe-tipe orang hiperaktif. Saking hiperaktif-nya sampai-sampai Bulan telah menyenggol orang lain dari awah berlawanan, membuat makanannya tumpah. Belum sempat meminta maaf Rafella terus menarik Bulan. Untungnya sedikit menghafal mukanya. Semua ini karena Rafella.

Setelah sampai di tempat yang dimaksud, Rafella langsung memesan 2 porsi cireng kuah dan memberi 1 porsi kepada Bulan. Bulan hanya menerima lalu mereka berdua duduk disalah satu bangku kosong.

"Cepetan abisin makanannya, bel istarahat sebentar lagi dan aku masih mau ngajak kamu ke tempat lain."

Bulan hanya mengangguk. Dari tadi kerjaannya hanya mengangguk, menuruti, diseret. Menyebalkan.

Cantik-cantik makannya udah kayak orang tidak diberi makan 10 tahun. Rafella makan dengan lahap. Bukan cara makan dia seperti ini. Dia begini karena ingin mengajak Bulan ke suatu tempat.

Bulan hanya menelan ludah, ia ikut menghabiskan makanannya. Bulan terkenal dengan cara makannya yang sangat lama, tapi sekarang ia disuruh makan dengan cepat.

🍽🍽🍽

"Kamu suka nyanyi?"

Bulan mengangguk, saat ini dirinya berada di depan ruang musik.

Rafella tersenyum, ia mendorong pintu ruang musik. Lengkap sekali peralatan musik disana. Drum, stand mic, biola, angklung, dan... Bulan membesarkan matanya. Orang yang nampaknya sedang berpikir di depan piano itu orang yang tadi ia tidak sengaja menabraknya.

Orang itu menekan not piano. Piano berdenting. Diawal nadanya terdengar begitu mengalun halus. Tiba saatnya, mungkin kalo Bulan tidak salah tebak, itu bagian reff-nya, benar-benar memainkan emosi. Baru pertamakali Bulan dengar nada setegas ini.

Nada yang tadi mengalun tiba-tiba berhenti. Si Orang yang tadi ia tidak sengaja tabrak menatap sinis kearahnya.

Bulan menelan ludah, tiba-tiba dirinya takut untuk meminta maaf. Padahal tadi ia sudah memantapkan diri.

Si Pianis itu berdiri dari tempat duduknya, menatap Bulan sinis. Ia berjalan keluar ruang musik. Bulan diam saja. Mungkin ia benci karena tadi Bulan membuat makanannya jatuh.

"Shombong amat ya emang Mas-nya. Minta buat diiringi aja susah banget." Teriak Rafella ke Si Pianis yang sudah tidak terlihat lagi sosoknya.

"Tadi aku minta buat dia ngiringin, eh malah pergi. Yasudah lah tak pa-pa. Kamu nyanyi, aku main gitar okay?"

Rafella menyambar gitar yang terdapat di lemari besar. Disitu banyak sekali alat-alat musik.

"Buat yang suka main kesini, alat musiknya bisa di taruh di lemari ini. Kalo kayak piano atau alat musik yang besar-besar sudah disediakan lengkap oleh pihak sekolah."

Bulan mengangguk, ia mendekati tempat stand mic berdiri.

"Kalo naro disini mah aman, jarang banget anak sini yang main ke ruang musik. Paling kalo gak aku, anak tadi, sama anak yang iseng-iseng nyoba doang,"  Ucap Rafella sambil mengeluarkan gitarnya dari tas. Dapat terlihat jelas bordiran 'Rafella Vanesha' pada tas gitar. Indah sekali.

"Mau nyanyi lagu apa?"

"Cinta luar biasa, Andmesh." Usul Bulan mantap.

🎤🎤🎤

Vote Vote euy




Silent LoveWhere stories live. Discover now