BAB XLI

476 37 0
                                    

MALAM ini sendu beradu bersama hiruk pikuk keramaian sebuah Cafe. Muda-mudi seakan tak lelah dengan canda tawa bahagianya, menikmati masa yang tak akan datang kedua kali.

📤 Trn : Ke Cafe R sekarang! Ada yang mau gue cerirain ke lo.

Bermenit-menit.. tak kunjung ada balasan dari Trian. Trian pun tak juga menunjukkan batang hidungnya.

📤 Trn : Tentang Laras.

Beberapa menit kemudian. Seorang lelaki berkaos putih yang dipadukan dengan jaket hitam dan topi hitam itu berdiri di depan Arayan yang tengah asyik tenggelam dengan benda pipihnya.

Arayan yang melihat Trian diam bak patung, mengisyaratkan lelaki itu untuk duduk.

"Bucin!"

"Apa lo bilang!!?" Trian melepas topi yang ia kenakan.

"Kayak lo nggak pernah aja." Sindir Trian balik.

Arayan hanya membalas ucapan Trian dengan senyum miring. Ia teringat saat dirinya juga pernah seperti Trian kala pertandingan Futsal.

"Laras pindah ke Yogya." Trian yang sedang melepas jaketnya itu tiba-tiba mematung.

Laras pindah.

"Gue serius." Arayan menatap Trian yang masih mematung.

"Kenapa?"

"..." Arayan menaikkan kedua bahunya. Tanda tak tahu.

"Padahal.. gue ikhlas, kalau lo sama dia. Asalkan gue masih bisa lihat dia."

'Astaga! Si banci ini ternyata masih ngira kalau gue jadian sama Larasnya.' Batin Arayan. Arayan tersenyum puas karena berhasil mengerjai Trian.

"Tapi, kenapa dia yang jauh malah semakin menjauh." Lesu. Itulah yang kini menggambarkan diri Trian.

Seperti kehilangan separuh dirinya. Trian menundukkan kepalanya. Berusaha sebiasa mungkin agar Arayan tak mengetahui kesedihannya.

"Gue gak jadian sama Laras." Trian mengangkat kepalanya seketika. Arayan, si br*ngsek itu.. apakah ia berbohong?

"Hahaha.. gue gak nyangka. Ini akan benar-benar berpengaruh sama lo." Lanjut Arayan.

Sontak Trian pun melempar tisu di depannya ke arah Arayan yang masih tertawa bahagia.

"Br*ngsek! Lo." Umpat Trian.

"Santai, Bro." Arayan berusaha menghentikan gelak tawanya.

"Apa maksud lo!!?"

"Gue cuman pengen Laras peka sama perasaan lo. Tapi, dia malah gak peka-peka sampai sekarang. Yang sabar ya.." Arayan mengulurkan tangannya untuk menepuk bahu Trian.

"Terus.. tahu dari mana lo, kalau Laras pindah ke Yogya?" Trian berharap ini juga salah satu kebohongan yang Arayan rencanakan.

"Tadi siang, gue nguping di depan ruang BK. Bapak-Ibu Laras datang ke BK. Mungkin.. ngurus kepindahan Laras."

Pupus sudah.

***

LarasTrian [Completed]Where stories live. Discover now