九 | Interogasi

6.7K 1.3K 220
                                    

"Len, mau kemana?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Len, mau kemana?"

Alen berhenti melangkah ketika suara Meira terdengar oleh rungunya. Lelaki kelahiran dua puluh tiga tahun silam itu lantas berbalik ke sumber suara. Tepat di sisi kanannya, dari koridor penghubung lobi dan IGD, terdapat Meira—si pemilik suara. Gadis dengan balutan snelli putih itu kini melangkah lekas ke arahnya.

"Mau pulang sebentar," Alen menjawab pertanyaan Meira tatkala sang gadis tiba di dekatnya.

"Pulang? Kenapa?" tanya Meira. Ia keheranan sekaligus penasaran.

Alen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu menyengir. Sedikit grogi.  "ada keperluan sebentar, sih."

"Hm...lama? Aku tadinya mau ajak makan siang bareng," seperti biasa, Meira mengajak Alen makan siang berdua.

Yang ditanya mengedikkan bahunya. Tidak tahu atau belum yakin seberapa lama ia pergi. Pasalnya, ia masih menemani Aiko makan siang, kemudian mengantarkan gadisnya pulang. Kalau dihitung, paling akan cukup lama, bahkan sampai melewati jam istirahat rumah sakit.

"Kayaknya lama. Lebih baik kamu makan duluan aja. Takut enggak nutut," sahut Alen kemudian.

Raut wajah Meira sedikit berubah. Nampak kecewa. Alen melihat dengan jelas perubahan raut wajah Meira, namun tidak bisa meyakinkan rekan sejawatnya itu. Ia saat ini sedang memprioritaskan Aiko, sebab dirinya telah membuat gadisnya demam. Yah, walau bukan sepenuhnya kesalahan Alen.

Di samping itu, ia takut mamanya berkunjung ke rumahnya siang ini, dan menemukan Aiko. Bisa-bisa urusannya tambah panjang kalau benar terjadi. Alen jujur belum siap mengenalkan Aiko sebagai belahan jiwanya kepada kedua orang tuanya dan Nia.

"Aku berangkat dulu, ya, Mei," pamit Alen.

Meira mengangguk. "Hm. Hati-hati di jalan, Len,"

Alen mengiyakan ucapan Meira, lalu beranjak dari sana. Ia bergerak menuju parkiran, mengambil motornya, dan mengendarainya keluar dari kawasan rumah sakit. Meski jarak antara rumah sakit dan rumahnya tidak begitu jauh, Alen mengendarai motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Gara-gara siang hari ini sangat panas dan ia mencemaskan Aiko, ia ingin lekas sampai di rumah.

Beberapa saat berkendara di jalan, lelaki itu akhirnya sampai di kediamannya. Usai memarkirkan motor di pekarangan rumah, Alen bergegas membuka pintu. Kedua tungkainya lantas melangkah masuk ke dalam rumah, hingga ke kamarnya. 

Tiba di kamar, ia mendapati Aiko sedang duduk di ranjang. Sang gadis menatapnya sambil tersenyum tipis, kemudian melambai. Alen seketika tercenung melihat Aiko. Bukan karena senyum indah yang tersungging di bibir sang gadis, melainkan air muka Aiko. Walau sedang tersenyum, terlihat jelas kesedihan di wajah Aiko. Tidak hanya itu, wajah sang gadis memerah dan sembab. Layaknya habis menangis.

11 : 11 pm ✖ Lee Felix Where stories live. Discover now