Lelaki itu pun menyorot ponselnya ke salah satu sudut ruangan hingga terlihat sebuah bak mandi. Aiko seketika paham dengan ruangan ini. Sudah pasti kamar mandi.

Sejenak, Alen mengetik di ponselnya. Selanjutnya, ia menunjukkan benda itu pada Aiko.

—————————————————

Ai, mandi ya. Biar gak masuk angin. Bajunya saya siapkan habis ini.

—————————————————

Aiko terdiam sesaat, lalu mengangguk.

"Saya tinggal dulu, ya, Ai," pamit Alen kemudian, walau tidak dapat didengar oleh Aiko.

Alen melangkahkan tungkainya keluar bilik, meninggalkan Aiko di kamar mandi. Ia membiarkan gadis itu membersihkan badannya terlebih dahulu. Selagi Aiko mandi, Alen bergegas ke arah lemari. Hendaknya menyiapkan pakaian untuk Aiko.

"Aiko masa iya pakai dalamanku?" monolognya sambil mengamati isi lemari.

"Jangan, dong! Ya, kali Aiko pakai sempak aku," gumamnya lagi. Pikirannya mulai tidak beres. "apa tanya Dafian, ya? Kalau tanya Nia yang ada dia curiga parah terus dilaporin ke mama. Wah, enggak, deh,"

"Mending tanya ke Fian aja walau saran dia gak bakal bener,"

Puas bermonolog ria, Alen pun menelepon Dafian. Butuh dua kali telepon baru diangkat oleh sejawatnya. Dari seberang sana, Dafian terdengar menggerutu. Entah menggerutui Alen atau sesuatu.

"Apa, Len?" tanya Dafian kemudian.

"Mau tanya aja, sih," sahut Alen sambil menggaruk tengkuknya. Ia merasa sedikit malu untuk bertanya.

"Tanya apaan?"

"Ini...Aiko di rumah. Bajunya basah sama kayak aku. Solusinya gimana, ya? Aku bingung,"

"Eh, kamu, kok, bisa sama Aiko? Bukannya sama Meira?" Dafian malah bertanya, alih-alih menanggapi pertanyaan Alen.

"Ya..." yang ditanya tidak melanjutkan perkataannya. Bingung hendak menjawab apa. Kalau menjawab langsung bertemu Aiko setelah mengantar Meira, dikira cemburu. Kalau menjawab lainnya, Dafian tidak akan percaya.

"Kamu nyusulin Aiko, ya, Len?" tanya Dafian lagi, menginterupsi lamunan Alen.

"Hng...iya," mau tidak mau, Alen mengakuinya. "jadi aku harus gimana? Aku gak punya daleman cewek, Daf. Mau beli pun hujannya deres banget."

"Aneh, sih, kalo kamu punya daleman cewek. Gini aja, kasih kaus kamu sama jaket atau hoodie. Jadi enggak bakal kelihatan banget dadanya. Kalo celana, ya, kasih celana kamu aja yang tebel."

"Gak usah daleman?"

"Astaga, Len! Mau pake daleman kamu?"

"Enggak! Jangan!" Alen spontan berteriak.

"Pengang kuping aku!" Dafian turut berteriak.

Alen menyengir. "sorry, lupa. Ehehe,"

"Udahlah, kasih yang aku saranin. Toh, lagi padam. Kamu gak bakal kelihatan. Omong-omong, kamu gak anterin dia ke rumahnya aja? Nanti dicari papanya gimana?"

11 : 11 pm ✖ Lee Felix Where stories live. Discover now