Bab 2 : Han River

27K 2.5K 162
                                    

Jaehyun sadar, akhir-akhir ini ia sering kali meninggalkan Taeyong sendirian di rumah. Pergi ke luar kota untuk perjalanan dinas, pulang hampir setiap hari diatas jam sebelas malam, lalu keesokannya berangkat pukul tujuh pagi. Waktunya bersama marmut imut itu semakin kesini semakin berkurang.

Pekerjaan Jaehyun yang merupakan seorang Manager bagian Riset di salah satu rumah sakit daerah kota Seoul mengharuskannya untuk mengemban tugas begitu banyak, hingga terkadang di hari libur saja ia masih harus bekerja.

Mereka berdua masih intens berkomunikasi, karena baik Jaehyun maupun Taeyong tau bahwa rahasia hubungan awet itu adalah komunikasi ditambah kepercayaan akan satu sama lain.

Jaehyun sempat berpikir untuk mencari pekerjaan lain saja agar bisa mengatur waktu untuk istrinya juga. Tapi ia kembali sadar bahwa itu hanya akan membuatnya mengulang semuanya lagi dari nol. Berada di titik sekarang ini benar-benar membutuhkan perjuangan yang sulit untuk Jaehyun. Tamat lulusan kedokteran, Jaehyun harus rela menganggur dulu selama setahun sebelum diterima menjadi dokter magang di rumah sakit daerah kota Seoul.

Dua tahun kemudian, melihat bagaimana kinerjanya selama ini, Jaehyun diangkat menjadi anggota kelompok penelitian hingga naik menjadi manager bagian Riset. Jaehyun merintis semuanya dari bawah hingga terus naik sedikit demi sedikit. Semua kerja keras itu tidak lain ia lakukan hanya untuk memastikan kehidupan Taeyong semuanya tercukupi. Ia tidak mau, istri mungilnya itu merasa kekurangan akan hal apapun.

Tidak, ia tidak semata-mata melakukan itu hanya karna Taeyong adalah istrinya. Melainkan untuk membalas semua yang pernah Taeyong lakukan padanya dulu ketika masih belum mempunyai apa-apa. Jaehyun ingat sekali, ketika pertama kali ia menyatakan perasaannya pada Taeyong, ia masih menjadi dokter magang, hidup masih ditanggung orang tua, juga tidak punya kekayaan yang bisa dibanggakan. Pada waktu itu Jaehyun hanya mampu membawa Taeyong berkencan di sungai Han, ia masih belum sanggup mengajak kekasihnya makan di restoran mewah.

Tapi alih-alih meninggalkannya, Taeyong justru terus berada di samping Jaehyun, mensupport penuh segala kegiatan yang pria Jung itu lakukan. Setia menemaninya disaat tersulit, tanpa mengeluh sedikit pun. Secara tidak langsung, Taeyong lah penyebab sebenarnya dari segala hasil yang Jaehyun dapatkan sekarang ini dan ia bersyukur untuk itu.

Kebetulan sekali hari ini pekerjaan Jaehyun selesai lebih awal, ia memutuskan pulang pada pukul lima sore. Mengendarai mobil miliknya ke kawasan Seoungdong, menuju studio tari milik istri manisnya.

"Yeoboseyo?" Jawab seorang di seberang telepon dengan ramah. Tanpa sadar Jaehyun tersenyum gemas, rindu sekali dengan istrinya.

"Hai baby, apa kau masih mengajar?"

"Baru saja selesai, Jaehyunie. Ini sudah mau pulang kok, ada apa?"

"Hari ini pekerjaan di rumah sakit sudah selesai jadi aku bisa pulang lebih awal. Karena aku begitu merindukanmu, jadi kupikir kita bisa pergi berkencan?"

Wajah Taeyong memerah di seberang sana, aish suaminya itu memang jago sekali membuatnya panas dingin begini, "kau ada dimana sekarang?"

"Dalam perjalanan menjemputmu, tunggu sepuluh menit lagi"

"Baiklah, hati-hati di jalan Jaehyunie, aku tau kau tidak pernah bisa santai dalam mengendarai mobil, jadi aku peringatkan kau!"

Jaehyun terkekeh, membayangkan wajah kesal Taeyong malah membuatnya makin rindu "oke, baby. Perintah dilaksanakan"

"Aku tutup telponnya ya, bye-bye. Aku mencintaimu"

"Aku lebih mencintaimu, sayang. Bersiaplah"

Tak sampai sepuluh menit, Taeyong bisa melihat mobil suaminya memasuki halaman studio tari miliknya, ia bergegas mengambil tas lalu sedikit berlari menghampiri Jaehyun.

"Kita jadi pergi?" Tanya Taeyong sambil memakai sabuk pengaman.

Jaehyun mengangguk, mencuri dua kecupan di bibir istrinya "apa harimu menyenangkan?"

"Hmm, ada beberapa anggota baru yang mendaftar jadi aku dan Ten sedikit kewalahan"

"Apa kita perlu mencari pelatih tambahan?"

"Aku rasa belum, semuanya masih bisa kutangani bersama Ten"

"Jangan membuat dirimu kelelahan, oke?"

"Oke. Kau juga jangan terlalu memforsir tubuhmu untuk bekerja, kau manusia bukan robot"

"Hmm, aku mengerti" Jaehyun meraih sebelah telapak tangan Taeyong untuk ia kecup selama perjalanan.

🍭🍭🍭🍭🍭

Taeyong tidak menduga bahwa Jaehyun akan membawanya pergi berkencan di sungai Han, tempat favorite mereka dulu ketika masih pacaran.

Dipikir-pikir, sudah lama sekali mereka berdua tidak pernah kesini lagi. Terakhir kali mungkin setahun yang lalu, ketika ulang tahun pernikahan mereka yang pertama.

"Kenapa parkirnya jauh sekali, kita bisa parkir di seberang sana"

"Sstt, aku hanya sedang rindu masa-masa kita pacaran. Apa kau ingat? Dulu aku hanya bisa mengajakmu kemari menggunakan sepeda, jadi ayo kita bernostalgia"

"Tapi...kita tidak bawa sepeda Jaehyunie"

"Disana ada tempat penyewaan sepeda yang baru buka, kita bisa mendapatkannya disana"

Taeyong belum sempat membalas ketika Jaehyun sudah berhasil menarik tubuhnya untuk beranjak dari sana. Pria Jung ini terlihat bersemangat sekali sore hari ini.

"Naiklah"

"Kau yakin?"

"Kenapa tidak? Dulu juga kita sering melakukan ini"

Pria manis berambut pink itu menghela napas sebelum mendudukkan dirinya di bagian top tube sepeda, menyamankan diri lalu memberi anggukan kepada Jaehyun.

Matahari mulai terbenam ke ufuk barat, cuaca perlahan turun seiring bergantinya malam, Jaehyun mengayuh sepedanya pelan di sepanjang tepian sungai Han, menyandarkan dagunya ke pundak Taeyong, memberi beberapa kecupan di pipi tirus istrinya. Dari belakang, tubuh Taeyong tampak tenggelam tertutupi tubuh besar Jaehyun yang mendekapnya erat.

Keduanya tersenyum bahagia, merasakan euforia masa-masa pacaran terulang kembali, menciptakan perasaan baru yang terus tumbuh setiap harinya.

"Aku merindukan moment ini sungguh. Sudah lama sekali kita tidak pernah melakukan ini" lirih Taeyong pelan, mengusakkan helaian rambutnya ke pipi Jaehyun.

"Maaf karena sering mengabaikanmu. Aku sadar waktu kita banyak berkurang akibat pekerjaan yang semakin menumpuk" bisik Jaehyun merasa menyesal.

"Tidak apa-apa, yang penting kau tidak berselingkuh, maka kau tidak akan mati ditanganku"

"Untuk apa mencari yang lain, jika yang sempurna saja sudah berada di pelukanku?" Jaehyun tersenyum menggoda, merasa gemas begitu melihat rona kemerahan samar di pipi Taeyong.

"Dasar gombal! Kau tidak memikirkan kesehatan jantungku?!"

"Aku suka melihat pipimu memerah, sayang. Kau terlihat seperti malaikat" Jaehyun terkekeh, menampilkan cekungan samar kesukaan Taeyong di kedua pipinya.

"Jaehyunie"

"Hm?" Jaehyun menghentikan laju sepedanya hanya untuk melihat matahari yang berangsur pulang ke peraduan. Sinar jingganya memancar indah, mengenai mereka berdua.

Taeyong menoleh ke belakang, menatap Jaehyun yang juga melakukan hal sama "jangan pernah meninggalkan aku, oke?"

"Tidak akan pernah, baby. Kau hidupku, bagaimana mungkin aku meninggalkanmu?"

Taeyong tersenyum manis, mengundang Jaehyun untuk mengajak istri mungilnya berbagi kecupan di bawah naungan senja.

Mungkin keduanya tidak akan bisa hidup bersama selamanya, namun terlepas dari itu, dikehidupan berikutnya pun, Jaehyun akan meminta pada Tuhan untuk menjadikan Taeyong  lagi sebagai pendamping hidupnya.

🍭🍭🍭🍭🍭

Ma Cotton Candy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang