3

32.7K 1.3K 27
                                    

"Dosennya tidak terlalu tua untuk diajak bercanda" ucap Dinah saat mereka keluar dari kelas, mereka sudah mulai pelajaran seminggu setelah masa ospek

"Apa? Bercinta?" Tanya Ali kaget

"Ali tolong ambil gagang sapu itu dan kesini" perintah Dinah

"Untuk apa?"

"Mau tusuk lubang telingamu, siapa tau ada benda yang membuat telingamu kurang pendengaran"

"Haha Dinah kamu jahat!" Rujuk Ali sambil memeluk tangan Dinah

"Hih jangan pegang-pegang! Aku ini berlian di tengah batu kali dan batu karang jadi mahal"

"Ssstt Dinah Ali itu ruangannya, mana surat kalian" potong Alana saat mereka sudah mendekati ruangan dosen serta sekretaris untuk mengantar surat rekomendasi dari SMA

"Biar aku yang mengumpulkannya, kalian tunggu saja disini" kata dinah mengambil kertas milik Alana dan Ali

"Cari muka!" Ujar Alana tapi langsung menarik tangan Ali untuk mengikuti Dinah dari belakang dan masuk ke ruangan itu

"Permisi Miss, saya mau mengumpulkan surat ini" ucap dinah hati-hati

"Surat apa?" Tanya sekretaris kampus

"Uh ini apa namanya, surat peserta ujian eh salah ini surat penerima beasiswa masuk kampus ini"

"Ana kamu dengar itu, gadis yang sok pemberani kelihatan gugup" ucap Ali sambil melihat Alana di sampingnya yang sedang menahan tawa

"Kita keluar saja Ali, dari pada kita ikut malu" ajak Alana

"Yuk"

Bugggg.... Baru saja Alana membalik badannya pintu itu di tolak dari luar dan mengenai jidatnya

"Awhh" Alana meringis

"Ana jidatmu tidak apa-apa?" Tanya Ali, belum sempat Alana menjawab ada suara asing yang memecah perhatian mereka

"Permisi? Saya ingin lewat" ucap suara itu

"Ali jangan menghalangi jalan, aku tidak apa-apa" ucap Alana sambil memegang jidatnya

"Mari miss, tapi teman saya tadi kena ujung pintu yang miss dorong" kata Ali mencari pembelaan, namun dalam hati Alana itu bukan pembelaan tapi mencari masalah

"Temanmu itu tidak tau kalau pintu ini harus di dorong dari luar dan di tarik dari dalam? dan kenapa tidak mengambil jarak untuk mencegah hal ini terjadi?" Oh lihatlah dia adalah dosen yang memberi kata sambutan dulu, mentang-mentang dosen mau seenaknya batin Alana

Mereka yang mendengar itu tidak dapat berkata apa-apa sampai akhirnya orang yang berbicara melewati mereka dan masuk ke dalam ruangan dosen

"Aku baru tau ada dosen yang tidak ramah" ucap Dinah pelan sambil berjalan ke arah Ali dan Alana

"Ayo kita keluar" ajak Ali kemudian membuka pintu itu

(Alana Jasmine)

"Ana kamu tidak apa-apa?" Tanya Dinah ketika kami melewati lorong kampus

"Perih" jawabku masih menahan sakit, untung tidak berdarah

"Berhenti disini dulu" kata Dinah dan kami berhenti, dengan cepat dia berdiri di hadapanku, mengambil rambut gelombangnya lalu menggosok jidatku dengan rambut itu dan sangat lembut

"Dinah apa yang kamu lakukan?" Tanyaku tanpa mencegah gosokannya, sedangkan Ali hanya melihat kejadian itu dengan tampang tidak percaya

"Sstt diam saja, ini terapi agar jidatmu tidak bengkak" jawabnya meyakinkan, semakin lama gesekan rambut di jidatku semakin kuat dan perih

"Apa kamu yakin Dinah? Bukannya itu hanya mitos? Dan kalaupun harus seperti itu bukan rambutmu yang di gunakan, tapi rambut orang yang sakit itu sendiri" kata Ali melihat aku dan Dinah secara bergantian

"Dinah!" Aku langsung menepis tangannya kala aku mencium bau tidak enak dari rambutnya

"Ups hehe maaf, jadi berminyak"

Kalian tau apa yang terjadi, mukaku sudah berminyak karena dinah yang ternyata menggunakan minyak rambut, oke jadi MINYAK RAMBUT bukan Vitamin Rambut!

"I hate you Dinah! Dasar keriting sial!"

"Haha i love you Ana meskipun kamu selalu jadi korban tapi aku tetap menyayangimu"

....

(Sarah Laurent)

Ada saja hal yang membuatku ingin marah, tidak di rumah, tidak di kampus semuanya sama.
Hari ini aku sangat lelah, sejak makan malam bersama ayah banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan dan dia tidak pernah berhenti memintaku untuk makan malam bersamanya serta tinggal di rumah anehnya itu.

Bukan tanpa sebab aku sedikit membencinya, karena awalnya memang hubungan kami tidak seperti baik-baik saja, terlebih setelah mama meninggal dan dia langsung mencari perempuan lain yang aku panggil dengan sebutan Tante Girang. Meskipun aku juga sudah di panggil tante oleh anak dari sepupuku setidaknya tidak ada kata girang dibelakang tante.

Bukkk..

"Awhh" aku kaget mendengar suara seseorang dibalik pintu

Ternyata itu adalah maba, dia terlihat kesakitan namun diam saja dan aku tidak peduli. Setelah menceramahi mereka singkat aku langsung berjalan ke ruanganku, rasanya aku membutuhkan segelas kopi untuk menenangkan pikiranku

..

"Sarah, kemarin Ayahmu menelfon ke saluran kampus" ucapan Rachel membuatku kaget, untuk apa dia menelfon ke tempat kerjaku

"Aku tau apa yang ingin kamu tanyakan" katanya lagi dan berjalan mendekatiku

"Dia ingin mendapat informasi tentang kegiatan serta orang yang sedang mendekatimu"

"Hah? Kenapa dia seperti itu?" Tanyaku mendengar kalimat gila itu

"Aku tidak tau, dia kan ayahmu bukan ayahku"

"Dia pikir aku ini anak SMP yang sedang dalam masa puber jadi harus di awasi!" Nada kalimatku sedikit meninggi

"Ssttt, tenang saja sudah aku atur, aku sengaja bilang padanya jika kamu aman karena aku akan mengawasimu dan dia percaya padaku. Dan untuk kalimatmu yang puber itu ehemm kamu belum terlambat untuk itu Sarah hahha"

"Aku sudah 28!"

Miss Sarah (END)Where stories live. Discover now